Pages

Senin, 31 Mei 2010

UPGRADING SKILLS OF LEADERSHIP TRAINING


Salah satu metode pelatihan yang sering dilaksanakan oleh lembaga maupun organisasi adalah training yang menekankan pada leadership dan organization skill dimana materi yang diberikan tidak hanya terpaut kepada teori, namun melalui pemahaman langsung berupa simulasi games untuk ice-breaking. Sebuah pelatihan akan menjadi sangat menarik dan berkesan ketika pelatihan tersebut mampu mencakup unsur edukatif, informatif serta entertaining.  

Atas dasar pemikiran inilah, Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara (DPM FIKOM UNTAR) menyelenggarakan kegiatan Upgrading Skills of Leadership sebagai pelatihan dasar untuk anggota DPM FIKOM yang telah menjabat selama periode 2009-2010 serta beberapa mahasiswa FIKOM yang telah lulus fit and proper test.

Kegiatan yang berlangsung di Villa Nida, Cisarua, Bogor, tanggal 14 sampai 16 Mei 2010 ini sukses menghadirkan makna tersendiri bagi peserta training, karena setiap materi dan game mengajarkan basic skill untuk menjalankan suatu organisasi legislatif di tingkat fakultas, seperti belajar untuk melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar dalam City Game, kepercayaan pada teamwork di game Trust and Fall setelah renungan yang dibawakan oleh Andreas Sinaga dan Raymond Tjahyadi, ilmu negosiasi pada game FBI, Mafia, Gangster, dan Borjuis yang dipandu oleh Verdi Sukeiri, Okky Wijaya, dan Kelvin, mendengarkan suara pemimpin dalam game Memasukkan Bola Ke Ember, serta kerjasama untuk menjaga organisasi dalam game Memecahkan Telur.  

Selain itu, pelatihan yang pertama kali diselenggarakan oleh DPM FIKOM ini juga menghadirkan Drs. Widayatmoko, M.M., Eddy Dadang Suryadi, S.E., M.M., Fernando Yohanes, dan Dr. Eko Harry Susanto, M.Si. yang masing-masing membawakan materi mengenai fungsi organisasi, birokrasi surat-menyurat di Untar, dan tanggung jawab sosial mahasiswa.

Upgrading Skills of Leadership Training ini diharapkan mampu memberikan pembekalan dasar bagi seluruh anggota maupun calon anggota DPM FIKOM mengenai leadership dan organization skill yang akan membantu mereka beradaptasi dan bekerjasama dalam memaksimalkan kinerja lembaga serta mempererat rasa solidaritas, kekerabatan, dan rasa memiliki dalam lembaga DPM FIKOM. Diharapkan kegiatan DPM Training FIKOM ini dapat dilaksanakan setiap awal periode DPM FIKOM.   (Novena Adelweis Gisela)

Jumat, 21 Mei 2010

Ferry Soentoro di Fikom Untar, Suka Duka Meliput di Daerah Konflik

Tewasnya seorang wartawan foto dari Italia Rabu (18/5) lalu menambah
deretan jurnalis yang tewas dalam peristiwa kerusuhan demonstran
dengan militer di Bangkok, Thailand. Sampai saat ini sudah tercatat 3
orang jurnalis tewas dalam aksi kerusuhan di Bangkok, Thailand.

Kebanyakan para jurnalis dalam meliput kerusuhan dan bentrokan ini
bergabung dengan para demonstran. Hujan peluru bisa membidik siapa
saja yang ada di tempat tanpa pandang bulu, termasuk jurnalis. Kasus
tewasnya para wartawan di daerah konflik kian bertambah dan menandakan
besarnya pertaruhan nyawa seorang jurnalis di daerah konflik. Bahkan,
ada beberapa kasus tertembaknya wartawan di daerah konflik tak tuntas
dipertanggungjawabkan padahal pekerjaan wartawan dalam meliput berita
dilindungi oleh berbagai regulasi dan kode etik.

Menoreh 7 tahun silam, tepatnya 29 Desember 2003, seorang reporter
RCTI, Ersa Siregar, tewas dalam aksi tembak-menembak setelah ditawan
bersama kameramen RCTI, Ferry Soentoro, oleh kelompok separatis
GAM(Gerakan Aceh Merdeka). Bang Ersa, begitulah panggilannya,
merupakan salah satu jurnalis Indonesia yang harus merenggang nyawa
dalam melakukan pekerjaan jurnalistiknya. Ada wacana tewasnya Bang
Ersa diusut tuntas untuk dibawa ke pengadilan, tetapi pada akhirnya
keluarga Bang Ersa menolaknya. Tewasnya salah satu jurnalis senior
Indonesia ini pun tenggelam bagai ditelan bumu.

Alasan beberapa orang enggan menjadi wartawan karena diantaranya takut
diutus ke daerah konflik. Peristiwa konflik mengandung nilai berita
yang tinggi, seperti ketegangan, dramatik, konflik, dan sebagainya.
Karena bernilai, peristiwa ini penting untuk diinformasikan kepada
masyarakat.

“Seorang jurnalis di daerah konflik harus siap mental, siap lahir
batin. Mereka juga harus mengenal kultur budaya daerah yang mereka
liput. Selain itu, juga perlu menyiapkan berbagai beralatan dari
kantor seperti rompi anti peluru, obat-obatan, dan sebagainya,” ujar
Ferry Soentoro yang pernah bersama Ersa Siregar ditawan GAM selama 345
hari pada kuliah umum Jurnalistik Media di Fikom Untar Kamis (20/5).

Ferry menyatakan seorang jurnalis harus bersikap profesional dan siap
menerima segala risiko dalam meliput. Umumnya, media yang mengutus
jurnalisnya ke daerah konflik akan menunjuk mereka yang sudah siap,
senior dan jam terbangnya sudah tinggi.
“Setelah selamat dan pulang, kami tetap diberi penghargaan dari banyak
pihak, termasuk dari media tempat kami bekerja,” ujarnya tersenyum
lebar.

Tak ada penyesalan dalam benak Ferry sebagai jurnalis yang telah
merasakan jadi tawanan di daerah konflik. Kekecewaan yang dirasakannya
adalah kepergian almarhum rekan sejawatnya, bahkan rekan
seperjuangannya, Ersa Siregar. Pekerjaan wartawan adalah pekerjaan
yang harus melibatkan mental, tetapi hati nurani ikut bicara. Ferry
berpesan agar mahasiswa Fikom Untar yang menjadi calon jurnalis untuk
berpijak pada profesionalisme dan hati nurani. Memang berada di daerah
konflik harus mempertaruhkan nyawa, betapa mulianya mempertaruhkan
nyawa untuk melaporkan peristiwa kepada masyarakat. (SW, Oranye).

Jumat, 14 Mei 2010

Pendidikan: Intelektual Vs Moral

Ujian nasional baru saja selesai. Seperti biasa, pengumuman hasil ujian selalu diwarnai dengan berbagai ekspresi. Bagi yang lulus, ekspresi kegembiraan pasti terpancar dari diri mereka. Satu kata, lulus, seakan menjadi sumber kegembiraan dan kelegaan setelah berjuang belajar selama tiga tahun. Namun, bagi siswa yang tidak lulus, pengumuman kelulusan menjadi suatu momen banjir air mata. Bahkan, ada siswa yang melakukan tindakan nekat dengan mencoba bunuh diri. Tidak lulus ujian sudah pasti menimbulkan perasaan sedih, malu, dan terpukul bagi siswa yang mengalaminya. Walaupun tahun ini pemerintah sudah memberi kesempatan untuk ujian ulang, tetap saja hal tersebut tidak dapat menutupi perasaan mereka. 
     Melihat ekspresi yang agak ekstrim dari para pelajar yang tidak lulus, maka muncul sejumlah pertanyaan. Apakah hasil ujian menjadi harga mati untuk menjalani kehidupan selanjutnya? Apakah mereka yang lulus berarti pintar dan yang tidak lulus itu bodoh? Apabila kita hanya mengukur dari kemampuan intelektual, bisa saja ada pengkotakan semacam itu. Namun, terdapat hal-hal yang lebih penting dari sekedar intelektualitas. Masyarakat kita mungkin kurang menyadari pentingnya hal lain seperti etika yang dapat menjadi tolak ukur dalam menilai kualitas manusia. Misalnya, ada seorang siswa yang mendapatkan nilai 9 dalam ujiannya dengan cara yang tidak jujur. Secara akademis, memang siswa tersebut dapat digolongkan pintar, tetapi bagaimana dengan sisi moralitasnya? 
     Sistem pendidikan di Indonesia sepertinya masih menciptakan sebuah iklim di mana nilai adalah segala-galanya. Lihat saja di sekolah-sekolah pada masa persiapan ujian. Para siswa diberi pelajaran yang berfokus pada penyelesaian soal ujian, bukan bagaimana agar siswa mengerti sepenuhnya materi yang dipelajari. Ada juga siswa yang menggunakan jalan pintas dengan membeli soal dan jawaban ujian. Harapannya, lulus dengan usaha seminimal mungkin. Semua yang mereka lakukan adalah “perjuangan” untuk mencapai angka yang akan memunculkan kata lulus. 
     Sudah sepatutnya sistem pendidikan semacam ini diubah. Tidak salah jika siswa berusaha mengejar nilai tinggi. Namun, yang terpenting bagaimana siswa bisa mempertanggungjawabkan nilai-nilai yang tercetak di rapor atau ijazah. Nilai memang penting, tetapi jangan lupakan bahwa moral juga tidak kalah penting. (eil)

Antara Gaga dan Little Monsters





Seksi, unik, dan glamor. Mungkin kata-kata tadi sangat tepat untuk menggambarkan sosok Lady Gaga. Penyanyi yang tak pernah melewatkan kesempatan untuk tampil nyentrik ini sepertinya sedang berada di puncak kesuksesannya. Gaga berhasil membawa pulang dua piala Grammy dan menyandang status sebagai salah satu artis paling berpengaruh versi Majalah Time.

Memang tak sedikit artis yang berhasil mencapai kesuksesan. Namun tak banyak pula artis yang begitu mencintai penggemarnya seperti Lady Gaga. Wanita yang bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini bahkan memiliki sebutan eksentrik untuk fans yang begitu disayanginya, Little Monsters. Terdengar aneh bukan? Tapi itulah Gaga. Bukan Gaga namanya jika tidak aneh. Lady Gaga menamai kawanan fansnya Little Monsters sesuai dengan judul album terbarunya, The Fame Monster.

Gaga sendiri menganggap Monster sebagai icon kuat yang melekat pada dirinya.  Berbekal rasa cintanya pada para fans, ia bahkan memasang tato bertuliskan “Little Monsters” di lengannya. Menjelaskan maksudnya, Gaga menulis di akun Twitter-nya, “Lihat apa yang sudah kulakukan semalam, Little Monsters selamanya, di lengan yang kupakai untuk menggenggam mikrofonku. XX.” Dengan begini, bagaimana lagi para fansnya bisa meragukan ketulusannya? Bahkan seorang Oprah Winfrey pun sudah mengklaim bahwa dirinya adalah salah satu dari Little Monsters.

Seolah belum cukup, rasa cinta Lady Gaga pada para monster kecilnya tidak hanya diekspresikan sampai di sana. Penyanyi yang sudah meluncurkan lebih dari 5 single ini bahkan begitu peduli pada penggemarnya. Buktinya Gaga mengeluarkan kocek sebesar $1000 untuk mengenyangkan mereka denganpizza. Berharap mereka tidak akan kelaparan lagi saat mengantri untuk meminta tanda tangan sang idola.

Agak sulit rasanya mempercayai sosok penyanyi sekaliber Lady Gaga yang sudah cukup sibuk dengan penampilannya dapat berbuat cukup banyak untuk fansnya. Gaga tulus mencintai mereka. Tanpa mereka, entah siapa Lady Gaga kini. Berangkat dari pemikiran itu, Gaga memuja fansnya seperti mereka memuja dirinya. Bahkan bisa dibilang ia sangat fanatik pada Little Monsters-nya.

Jika ditanya kekuatan erat seperti apa yang ada di antara Gaga dan Little Monsters, cukup satu kata untuk menjawabnya. Cinta. Gaga dan para monster kecilnya saling mencintai.
(Calvin 09)

Fikom Expo 2010, Hajatan Fikom! Sukses!

Setelah berlangsung selama 4 hari, Fikom Expo 2010 ditutup oleh talkshow dari Samuel Mulia pada 6 Mei 2010. Fikom Expo 2010 adalah program BEM Fikom Untar dalam memperkenalkan bidang peminatan ilmu komunikasi dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu komunikasi. Hari pertama pada 2 Mei 2010, acara diisi oleh seminar fashion fotografi oleh Didit Anindita. Didit berbagi pengalaman dan tips dalam fotografi model.

Hari kedua, saatnya bidang public relations beraksi. Acara ini paling ramai pengunjungnya karena pembicaranya sendiri sangat mengundang perhatian, yakni Charles Bonar Sirait. Charles bicara soal public speaking dan membuat seminar semakin atraktif.

Hari ketiga, Sonny Gumilang membedah iklan Sampoerna Hijau. Expo kali ini membahas bidang periklanan. Bahan yang dibahas sangat menarik. Tak hanya mahasiswa dengan peminat periklanan, mahasiswa dari luar pun ikut dalam bedah iklan ini.

Hari terakhir yakni talkshow mengenai gaya penulisan, gaya hidup dan gaya-gayaan. Samuel Mulia yang menjadi pembicaranya, berbagi pengalaman dan mengajarkan keterbukaan dalam menulis. Tak hanya itu, Samuel Mulia juga banyak membagikan motivasi hidup kepada peserta.

Acara selama 4 hari ini dikoordinir oleh UKMF Fikom yakni I-Focus, Creadzy, dan Oranye. Selain itu, acara didukung oleh lembaga kursus Bahasa Inggris, Wallstreet, CBS School of Communication, dan Maxx-m.com. 

Rabu, 12 Mei 2010

Memakai Akun Facebook Teman untuk Mengatai Dosen

Pagi-pagi ke kampus, Susan resah dan gelisah. Dia tak masuk ke kelas, padahal mata kuliah Reportase dan Investigasi yang akan diikutinya sudah mulai. Dia dengan gelisah berkeluh kesah dengan teman-temannya. Tiba-tiba saja genangan bening mengalir dari sudut matanya. Dia menangis.

“Facebook aku di-hack…,” ujarnya dengan suara serak.

Beberapa temannya mencoba menenangkan Susan. Akun jejaringannya dibobol oleh seseorang yang tak diketahui. Status facebooknya berubah dengan kata-kata yang tidak menyenangkan, bahkan jorok. Parahnya, akun facebooknya telah mengirimkan pesan ke salah seorang dosen di Fikom Untar dengan isi yang tidak sopan dan menjatuhkan dosen tersebut.

Lala seorang teman Susan kaget melihat akun facebooknya berisi muatan yang tidak semestinya. Lantas menghubungi Susan saat berada di kampus pagi itu. Apa lagi melihat pesan yang dikirim ke seorang dosen Fikom Untar dan respon yang diberikan oleh sang dosen tersebut. Pagi itu juga Susan langsung menelepon dosen yang bersangkutan.

“Aku udah telepon dua kali, tetapi gak diangkat…” keluh Susan dengan gelisah.
Dosen yang bersangkutan lantas mengirimkan pesan singkat ke nomor ponsel Susan, berisi pernyataan tidak menyangka Susan bisa berkata yang menjelekan sang dosen. Susan pun tambah cemas. Masalah Susan disampaikan ke sekretariat Fikom Untar. Dengan bantuan seorang teman, akun facebook Susan berhasil dilacak kembali dan password facebooknya diganti yang baru.

“Email yahoo-nya juga di-hack,loh!” ujar Calvin yang membantu Susan menyelamatkan akun facebook-nya.
Sampai saat ini, Susan sedang mengejar dosen yang dikirimi pesan aneh melalui akun facebook-nya. Dengan bantuan pihak fakultas, Susan akan memberikan penjelasan kepada sang dosen. Yang jelas, tindakan mengakses sistem informasi orang lain adalah tindakan melanggar hukum seperti yang tertera di UU ITE.

Jumat, 07 Mei 2010

Sayembara Fikom Expo 2010

Sayembara Poster
-Tema: Penghormatan terhadap HAM sebagai awal kebangkitan nasional
-Sub tema: Tragedi Mei 98
                 Multikultural
                 Kebangkitan bangsa
-media: soft file di CD ukuran A1, dimasukan ke dalam amplop berwarna cokelat dikumpulkan ke panitia Fikom Expo 2010 di ruang 1207 serta menyerta fotocopy KM Untar yang masih berlaku.


Sayembara Fotografi:
-Tema: Penghormatan terhadap HAM sebagai awal kebangkitan nasional
-sub tema: Tragedi Mei 98
                 Multikultural
                 Kebangkitan bangsa
-media: cetak ukuran 12 R & soft file di CD, dimasukan ke dalam amplop warna cokelat ke panitia Fikom Expo 2010 di ruang 1207 dengan menyertakan fotocopy KM Untar yang masih berlaku.


Disediakan untuk masing-masing sayembara hadia sebesar Rp 1.000.000,00 untuk 5 orang pemenang setiap sayembara. Batas waktu pengumpulan karya paling lambar 14 Mei 2010. Kriteria penilaian harus orisinal dan sesuai dengan tema.

Fikom Expo 2010 Ditutup dengan Manis

Antara Gaya Hidup, Gaya Penulisan dan Gaya – gayaan

Fakultas ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara ( Fikom Untar ) mengadakan acara Fikom Expo yang  berlangsung selama empat hari. Pada hari terakhir Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fikom Untar bekerjasama  dengan koran Oranye mengadakan sebuah acara yang bertajuk “ Antara Gaya Hidup, Gaya Penulisan dan Gaya – gayaan” . Acara yang diadakan tanggal 6 Mei 2010 ini dikemas dalam bentuk sebuah talkshow dengan menghadirkan Samuel Mulia sebagai pembicara dan Ita Sembiring sebagai moderator. Samuel Mulia merupakan seorang jurnalis lepas di beberapa majalah dan mengasuh kolom parodi di kompas minggu.Saat ini ia bekerja di bidang publishing and brand consultant.
Santai, lugas dan berani menjadi ciri khas tulisan seorang Samuel Mulia. “ Tulisannya pedas walaupun orangnya begitu lemah gemulai dan religius” demikian komentar Ita Sembiring, sang moderator yang juga seorang penulis novel terkenal. Saat ditanya mengapa cara menulis yang bagus sehingga bisa seperti seorang Samuel Mulia. Ia memaparkan bahwa tulisan seseorang tumbuh dari akumulasi perjalanan hidup sang penulis. Tulisan yang mengandung sarkasme dan menjatuhkan orang itu tumbuh dari perjalanan hidup  penulisnya yang tidak bagus juga.
Mas Sammi, demikian panggilan akrab untuk pria berusia 47 tahun ini memberikan beberapa saran agar bisa menulis dengan santai dan baik. Ia menjelaskan bahwa kita harus mem-value diri kita sendiri, menjadi diri kita sendiri. Ia juga mengatakan bahwa bakat memang harus ada, namun latihan juga perlu. “Apabila setelah latihan ternyata memang tidak sesuai maka tinggalkan saja, karena memang bidangnya bukan disana” ujarnya.
“Pengadilan seorang jurnalis adalah hati nuraninya” pesannya. Ia menekankan bahwa bukan masalah bagaimana gaya penulisan seorang penulis, namun yang penting adalah objektifnya, tujuan si penulis. Ita Sembiring juga menambahkan bahwa kesederhanaan sebuah tulisan bukanlah nistaan. Samuel menghimbau para peserta agar jangan memanipulasi tulisan karena suatu hari pembaca akan datang dan menanyakan apa yang ditulis.
Pria kelahiran Denpasar, Bali ini mempunyai filosofi bahwa jiwa dan roh itu tidak akan pernah hilang, sekalipun tubuh daging seseorang dibunuh karena ketidaksukaan akan perbedaan pandangan, agama, dan lain – lain, namun tetap tidak akan dapat membunuh keyakinan dan keteguhan hatinya. Melalui filosofi hidupnya, ia mendorong mahasiswa agar punya value yang tidak bisa dimatikan orang lain.
Mas Sammi mengakhiri diskusi dengan sebuah analogi. Ia mengilustrasikan penulis sebagai sebuah spons. Penulis harus menjadi spons yang kering dan masuk dalam air, jangan menjadi spons yang sudah basah karena daya serapnya menjadi berkurang. Intinya adalah penulis harus menjadi orang yang terbuka dan jangan menghakimi. Menulis tidak boleh dibatasi. Ia mengulang kembali beta[pa pentingnya jiwa seorang penulis dalam memengaruhi tulisan. Tulisan mencerminkan siapa penulisnya, oleh karena itu sangat diperlukan detoksifikasi jiwa, yakni pembersihan dan pemurnian jiwa seorang penulis. (Rudy Bun).

Kamis, 06 Mei 2010

Fikom Expo Hari Terakhir: Saatnya Samuel Mulia Bicara

Fikom Expo 2010 Hari Terakhir, penutupan dilakukan oleh Oranye dengan menghadirkan pembicara handal, Samuel Mulia. Samuel akan bicara tentang mencari ide menulis dengan gaya yang berbeda serta mengatur kreatifitas di dalamnya. Samuel juga seorang designer, pengamat mode dan fashion, serta kadang-kadang dijuluki seorang motivator. Penasaran? Datang aja ke ruang 1106 AB, pukul 13.00...

Rabu, 05 Mei 2010

Fikom Expo 2010: Bedah Iklan Sampoerna Hijau

Apa reaksi anda saat melihat iklan Sampoerna Hijau? Tersenyum, tertawa, mengerutkan dahi, atau malah bernostalgia?
Hari ketiga acara Fikom Expo, 5 Mei 2010, giliran seminar periklanan dengan bedah iklan Sampoerna Hijau. Seminar yang juga menayangkan iklan-iklan Sampoerna Hijau ini disampaikan oleh Sonny C. Gumilang dari perusahaan LOWE Indonesia.
Seperti seminar Fikom Expo pada hari-hari sebelumnya, acara ini dimulai pada pukul 13.30 di ruang 1106A-B, lantai 11, Gedung Utama, Universitas Tarumanagara.  Dibuka dengan kata sambutan dari wakil dekan, Bapak Widayatmoko, dan dimoderatori oleh Christina, acara berlangsung selama 2 jam.
Sampoerna Hijau adalah salah satu merk rokok di Indonesia yang berhasil menyajikan iklan menarik dan mudah dimengerti. Merk ini dikeluarkan oleh Dji Sam Soe khusus untuk masyarakat menengah ke bawah, seperti kerah biru (pekerja yang digaji di bawah Rp 3.000.000,00).
Menurut Mas Sonny untuk menjadi seorang pembuat iklan yang hebat orang itu harus unik, aneh, langka, supaya kreativitas tidak habis. (MC)

Selasa, 04 Mei 2010

Fikom Expo 2010 Hari ke-2: The Power of Public Speaking dari Charles Bonar Sirait

Takut dan gugup berbicara di depan umum? Charles Bonar Sirai memiliki solusinya. Masih dalam rangkaian Fikom Expo 2010, BEM Fikom bekerja sama dengan  CBS (Charles Bonar Sirait) School of Communication mengadakan seminar Public Relations dengan judul The Power of Public Speaking dengan Charles Bonar Sirait sebagai pembicaranya pada Selasa, 4 Mei 2010.

Bertempat di ruang 1106A-B, Fikom Untar, acara diawali dengan sambutan dari Dekan Fikom Untar, Eko Harry Susanto dilanjutkan dengan presentasi dari Charles.

Charles mengungkapkan seorang PR yang sukses pasti memiliki sesuatu yang disebut the power of public speaking. Ada 3 komponen yang penting adalah kemampuan mempengaruhi public, mempersiapkan presentasi dan kemampuan menyajikan presentasi. Contoh orang yang melakukan ini, Charles menyebutkan diantaranya Algore dan Obama.

“Kombinasi dari penampilan dan isi yang baik akan menghasilkan PR yang baik,” jelas Charles. Acara berlansung selama 2 jam sangat menuai antusias mahasiswa dan orang di luar kampus untuk mendengar seminarnya. (Florensya Ranny)

Senin, 03 Mei 2010

Fikom Expo 2010 Hari Pertama: Fotografi untuk Fashion


BEM Fikom menyelenggarakan sebuah seminar yang diberi judul Fikom Expo, acara ini diadakan di ruang 1106A dan 1106B pada tanggal 3 mei 2010. Dengan tema Fashion Photography, acara seminar ini diawali dengan pembukaan dari dekan Fikom Untar, Eko Harry susanto. Ia menjelaskan tentang pentingnya fotografi di bidang ilmu komunikasi. Dia berharap semoga seminar ini dapat berjalan dengan lancar serta para mahasiswa/mahasisiwi dapat mendapat pengetahuan yang banyak tentang fotografi.
  Seminar ini dimoderatori oleh Raymond Cahyadi dengan pembicara Didiet Anindita, seorang Fashion Photographer. Ia memulai fotografi tahun 1987. Berjalan di bidang fotografi sampai tahun 1990. Tahun 2003-2009 ia menjadi freelance fotografer. Tahun 2009 ini ditawarkan menjadi fotografer di majalah otomotif.  Banyak penghargaan yang diperoleh Didiet. Salah satu penghargaan diperoleh dari National Geographic pada tahun 2009 yang lalu
   Fashion fotografi adalah menjual image foto baik pria maupun wanita. Dalam fotografi ini dibutuhkan model-model baik pria maupun wanita. Titik fokus yang dipakai berupa wajah karena wajah adalah satu hal yang penting dalam fashion photography. Menurutnya, seorang fotografer harus bisa bekerja sama dengan model, wardrobe, make up artist, penata gaya, dan sebagainya. Intinya seorang fotografer harus bekerja satu tim, bukan sendiri-sendiri. (Shara Kun)

PROSPEK FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI TARUMANAGARA


Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jakarta menawarkan 3 bidang ilmu komunikasi untuk mahasiswanya, yakni jurnalistik, public relations, dan periklanan.

Jurnalistik
Jurnalistik adalah bidang ilmu yang mempelajari perencanaan, pencarian, pengumpulan data, peliputan, pemrosesan, penyuntingan, dan penyebarluasan informasi yang mengandung nilai-nilai berita dan kaidah tertentu.
Lapangan pekerjaan terbentang luas bagi mereka yang ingin mengelola media internal perusahaan (cetak, elektronik dan online), mengelolah production house (News dan Dokumenter), News Presenter di televisi maupun radio, reporter lapangan, travelling journalist, jurnalis lepas, fotografer media, produser multimedia, konsultan kampanye dan polling, jurnalis televisi, radio, online dan cetak, kontributor berita daerah dan mancanegara, redaktur media, editor media dan penerbitan, pengamat media, mengolah website pribadi berbasiscitizen journalism, dosen dan peneliti masalah jurnalistik, dan sebagainya.

Public Relations (Hubungan Masyarakat)
Public Relations (PR/Humas) adalah bidang ilmu yang mempelajari pengembangan hubunganbaik dengan public dan menejemen organisasi dengan menjaga publisitas yang menguntungkan, membangun citra baik organisasi, dan menangani rumor, cerita dan kejadian yang negatif.
Kuliah PR diharapkan bisa bekerja sebagai PR lembaga bisnis, sekretaris eksekutif, konsultan PR, presenter TV, Radio daneventcustumer service perusahaan multinasional, Communications Executive, Direktur dan staf komunikasi perusahaan dan pemerintah, PR Pemasaran, Event Organizer,Perencana merk dan citra, PR lembaga sosial, PR lembaga politik, Humas pemerintah, pengamat kehumasan, Dosen serta peneliti masalah PR, dan sebagainya.

Periklanan
Periklanan adalah ilmu yang mempelajari komunikasi suatu produk, brand, jasa, dan pelayanan publik kepada khalayak umum dengan menggunakan media agar masyarakat yang menjadi sasaran iklan tertarik untuk mengikuti persuasi yang disampaikan oleh pengiklan.
Lapangan pekerjaan bagi yang tertarik di periklanan antara lain mengelolah periklanan, strategi perencanaan iklan dan pemasaran, fotografer pencitraan, copy writeraccount executive, penulis naska iklan, inforial dan profil perusahaan, art director, konsultan kampanye, konsultan pencitraan bran, produk, elite, tokoh dan komunitas, pengelola pemeringkatan pemirsa (rating), monitor iklan, media planner dan media buyer, dosen dan peneliti komunikasi periklanan, dan sebagainya.

Popularitas yang Beretika


              Etika pemberitaan media saat ini sudah hampir kehilangan wibawanya. Apakah pernyataan itu benar? Fikom Untar pun turut berpartisipasi dalam diskusi ini, yang diwakili oleh Suwito, Ivana Carolin D, Lisa Anggraini, Laras Nadya, dan Susanti. Diskusi yang di adakan di Habibie Center Jakarta , tanggal 29 April 2010 ini membvahas tentang “Menggugat Tanggung Jawab Pemberitaan Media Massa”. Kita sering kali mendapati pelanggaran undang-undang pers yang mengakibatkan kontroversi. Mungkin perlu kita bandingkan terlebih dahulu tentang etika jurnalistik dan etika profesi. Di mana dalam sebuah profesi harus memiliki keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan. Sedangkan etika jurnalistik harus memiliki moral, aturan-aturan, yang mengikat para jurnalistik tersebut.

“Sebenarnya pemahaman masyarakat tentang berita itu sangat lemah dan belum tuntas, sehingga penangkapan pesannya pun bias salah.” ungkap  Satrio Arismunandar (Redaktur Pemberitaan Trans TV) dalam diskusi pers tersebut.
“Apabila ditinjau dari kode etik yang ada, sebagai masyarakat awam, dapat diterima berbagai pengertian salah, akibat bahasa jurnalistik yang terlalu mendramatisir.” Ibnu Hamad (Pakar Komunikasi UI) mengungkapkan dari keadaan nyatanya. Hal itulah yang menjadi pertimbangan media hingga saat ini. Karena pada nyatanya belum dapat diseimbangkan antara etika dan profesi secara profesionalitas.

By. Ivana Carolin D