Pages

Selasa, 20 November 2012

Ujian Saringan Masuk Fikom Untar (Gelombang 1)



Minggu 18 November  2012 lalu Universitas Tarumanegara mengadakan Ujian Saringan Masuk (USM) gelombang pertama. USM tahun ini diadakan di gedung utama dari lantai sebelas hingga lima belas.  Sejak pukul tujuh pagi sudah terlihat banyak orang tua yang menemani anaknya untuk mengikuti ujian, padahal ujian baru akan dimulai pukul delapan. Sebelum mulai ujian, Yonathan, salah satu peserta dari SMA Ketapang 2 mengatakan, “Aku yakin bakal diterima di Untar, harus optimis!“ Salah satu alasan Yonathan memilih Untar juga karena lokasi kampus yang dekat dengan rumah dan fasilitasnya yang bagus.

Setelah ujian selesai, Oranye mewawancarai Indra, salah satu peserta ujian yang mendaftar di Fakultas Ilmu Komunikasi. Sembari didampingi sang ibu, Indra menuturkan bahwa Fikom Untar merupakan jurusan yang bagus dan sesuai dengan keinginanya. Yang menarik adalah sebagai pelajar SMK jurusan Akuntasi, Indra berencana mengambil konsentrasi jurnalistik di Fikom. Keputusan Indra didukung penuh oleh ibunya.

Ketua BEM Fikom Untar, Elwi Gito yang turut hadir berujar “ Kami selaku BEM Fikom memaksimalkan pelayanan baik dari gedung ini, baik dari segi kepanitiaan maupun dari segi nilainya “

Selain pameran  masing-masing fakultas di lantai dasar gedung utama,  terdapat pula pameran dari Fikom di lantai sebelas dan dua belas.

Penyelenggaraan ujian tertulis ini selanjutnya akan dibuka pada  Januari hingga Juli 2013.

Jumat, 16 November 2012

LK BEM Pusat Ke-13: Membentuk “The New Leader”


Setiap  Universitas memiliki Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) & organisasi internal untuk  menyusun dan melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan mahasiswa. Untuk mendukung kinerja, setiap organisasi memerlukan pemimpin hebat agar mampu menjalankan roda organisasi serta merangkul semua anggota.
BEM Pusat Untar selaku induk organisasi yang membawahi organisasi internal fakultas & UKM, pada tanggal 2-4 November 2012 mengadakan acara Latihan Kepemimpinan (LK) BEM Pusat ke-13.

Acara yang bertema “You Are the New Leader” ini diikuti oleh perwakilan setiap organisasi internal fakultasi & UKM. Kegiatan yang diikuti oleh 38 peserta  ini bertempat di Hotel Wira Carita Anyer, Cilegon, Banten.
Tujuan latihan kepemimpinan ini adalah untuk mengembangkan & menggali potensi individu sebagai bakal pemimpin-pemimpin baru yang siap untuk melanjutkan tongkat estafet organisasi masing-masing. Fakultas Ilmu Komunikasi Untar diwakilkan oleh 6 peserta yaitu Febert, Satrio, Ronald, Nirma & Ester dari BEM Fikom serta Reza perwakilan Lembaga Minat & Bakat.

Perjalanan menuju lokasi dengan bus menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Sesampainya disana peserta dipersilahkan untuk makan malam  lalu dilanjutkan dengan kontrak sosial. Hari kedua diawali dengan senam pagi. Siangnya peserta melakukan outbond. Dalam outbond, disajikan banyak permainan yang menguji ketangkasan & kemampuan individu. Acara berikutnya dilanjutkan di tepi pantai. Berbeda dari sesi sebelumnya, dalam sesi ini lebih banyak permainan yang mengutamakan kerjasama & kolektivitas kelompok.
Malamnya peserta dibekali materi bertema “Komunikasi Efektif” oleh Agus Dariyo dari Tarumanagara Adventure Club. Dalam sesi ini dijelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik komunikasi yang efektif sangatlah penting. Dalam komunikasi tidak hanya teori yang dibutuhkan ,tapi bagaimana seorang pemimpin mampu mengaplikasikannya secara praktis.

Hari ketiga dilakukan upacara penutupan  dan diadakan foto bersama. Setelah itu peserta dipersilahkan mengemasi barangnya untuk kembali pulang ke Jakarta.

Dari segi fasilitas & permainan, acara latihan kepemimpinan ini bisa dibilang memuaskan & bervariasi.  “Sangat disayangkan, tidak ada materi tentang organisasi atau kepemimpinan lebih dalam,” ujar salah seorang peserta. Jeerial Pratama, selaku ketua acara menyatakan, acara ini memang sengaja didesain dengan banyak permainan agar peserta bisa langsung merasakan praktek ke lapangan “Kalau teori-teori (tentang organisasi & kepemimpinan) seperti itu kalian akan dapatnya di LK MM nanti.” ujarnya.

 Praktik kepemimpinan dengan turun langsung ke lapangan memang penting sebagai bentuk aplikasi nyata. Hal tersebut akan lebih mantap bila didukung dengan pembekalan teori untuk  membentuk karakter peserta. (rez)

Senin, 05 November 2012

Fikom Untar Menentang Korupsi!


                Plek! Sudah 3 gepok uang diletakan di hadapan Woko, seorang kepala gudang. “Kalau tidak bisa ditaruh beras saya hari ini juga, saya bisa rugi banyak, Pak. Jadi saya mohon, Pak.” Woko terdiam sebentar. Mungkin teringat pada anaknya yang sedang sakit atau mungkin pada tong berasnya yang sudah kosong. Namun dengan mantap ia menjawab “Saya rasa Ko Abeng harus mencari gudang lain.” Perbincangan itu terus berlanjut dan Woko tetap bersikukuh tidak meminjamkan gudang untuk sang penimbun beras.

 Begitulah salah satu adegan dalam film “Kita versus Korupsi”. Film ini ditayangkan dalam bedah film yang diadakan oleh Fikom Untar dalam rangka membangun kesadaran mahasiswa Fikom Untar mengenai fenomena korupsi di negeri ini pada tanggal 31 Oktober 2012.

                Dengan menghadirkan Tama S Langkun dari Divisi Investigasi ICW (Indonesia Corruption Watch) dan Agus dari Transparency International Indonesia (TI-Indonesia), bedah film ini disambut antusias oleh mahasiswa Fikom Untar.  Alhasil, kedua pembicara ini pun dicecar pertanyaan oleh beberapa mahasiswa Fikom Untar mengenai film yang diputar
.
“Jika kita masuk dalam lingkungan yang korup kita punya tiga pilihan. Yang pertama ikut korupsi. Yang kedua tidak korupsi dan membiarkan korupsi terjadi. Dan yang ketiga melawan korupsi tersebut. Pilihan mana yang bisa mengubah Indonesia? Biar teman-teman sendiri yang memutuskan.” ujar Tama menyikapi film tersebut.

Sedangkan Agus punya pandangan sendiri. Dia mengungkapkan bahwa memberantas korupsi harus dimulai dari hal-hal kecil. Menurutnya, hal-hal kecil bisa berdampak besar jika dilakukan bersama. Dia mencontohkan pada malam penangkapan Novel Baswedan oleh Polri, dia tidak menyangka dengan satu tweet yang tersebar. Dan hasilnya pada jam 1 dini hari berbagai elemen masyarakat berkumpul di Gedung KPK menghalau penangkapan tersebut.

Agus juga berharap, Fikom Untar dapat mengadakan acara-acara serupa yang bertemakan anti-korupsi. Harapan Agus ini direspon baik oleh Ketua BEM, Elwi Gito. Bedah film ini diakhiri dengan pengumuman pemenang lomba artikel bertema “Kita versus Korupsi” yang diadakan oleh Oranye, Media Fikom Untar yang diraih oleh Maria Margaretha (2012). 

(Willy) 

Minggu, 04 November 2012

Korupsi : Biasa? Tapi Luar Bi(n)asa



Seperti kita ketahui, ada dua kasus besar yang sedang menguji ketahanan negara kita, yaitu korupsi dan terorisme. Dua konflik lahir batin inilah yang sepanjang sejarah nasional terus menggerogoti keagungan perjuangan Hak Asasi Manusia (HAM). Korupsi adalah fenomena. Setujukah Anda dengan istilah itu?

Lebih dari sebuah fenomena, bukankah korupsi kini telah mewabah? Lebih dari sekadar penyakit masyarakat, korupsi telah merasuk jadi budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak hanya dalam pemerintahan seperti yang banyak dibidik media, korupsi juga terjadi sehari – hari. Selain berorientasi pada penyelewengan dana, bentuk dari tindak korupsi beragam, misalnya korupsi waktu dan korupsi rambu lalu lintas.

Mengapa korupsi terjadi?
Hal inilah yang harus, kudu, musti, perlu didalami segenap umat yang berakal-budi dan berhati-nurani. Dalam tinjauan psikologi, setiap sikap, tindakan dan perilaku individu merupakan hasil interaksi antar faktor intra, dari dalam diri sendiri maupun inter, dari luar diri.


Faktor dari dalam diri merupakan kepribadian individu yang membuat orang cenderung menahan id (naluriah kebinatangannya), dalam hal ini menahan diri dari godaan melakukan tindak korupsi. Faktor intra mencakup dua hal, yaitu motivasi diri dan moralitas. Menurut konsep motivasi berprestasi yang dikembangkan David McClelland (1963), motivasi berprestasi yang rendah merupakan salah satu atribusi individu berlaku korup. Orang yang motivasi berprestasinya tinggi cenderung mengejar kesempurnaan, dalam arti selalu mengupayakan yang terbaik, bukan kerja asal jadi.*


Faktor dari luar diri termasuk faktor budaya merupakan atribusi luar diri yang memudahkan individu berlaku korup. Contohnya, pemberian upeti. Oknum tak berprinsip akan menerima upeti bahkan memintanya. Mereka berpikir bahwa penerimaan upeti merupakan hal yang biasa dan pantas mereka terima. Contoh lain ialah pertimbangan hukum yang berlaku, perbandingan antara besaran uang yang dikorupsi dan besaran ganjarannya. Apalagi dengan pertimbangan adanya remisi penahanan. Bukan mustahil, kurangnya komunikasi yang baik pun dapat menjadi faktor terjadinya tindak korupsi.


Bagaimanakah upaya pemberantasannya?


Sebagai negara berkembang, kalau bukan terbelakang, tidak ada salahnya kita mencari referensi hukum dari negara-negara tetangga bernasib serupa yang lebih maju. Mari kita tengok, negara pecahan Uni Soviet yang ber-ibukota Riga di Eropa Utara, Latvijas Republika. Sebelum tahun 1998, Latvia termasuk negara terkorup di dunia, namun kini ia menjadi negara bebas korupsi setelah berlakunya UU Lustrasi. Melalui UU Lustrasi, semua pihak yang korup, termasuk para pejabat petahana dan pejabat yang pernah memerintah sebelumnya dipecat dan tidak diizinkan menjabat lagi. Istilah yang lebih dikenal ialah pemotongan generasi korupsi. UU ini pernah diajukan menjadi RUU oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud M.D. sebelum kelengseran GusDur, namun tidak digubris pemerintah.

Ataukah kita harus seperti negara China yang memberlakukan hukuman mati bagi para koruptor? Ya, hukuman mati. Setiap oknum yang menjadi duri dalam daging ini pantas mati. Terorisme, bahkan yang dilakukan secara gerilya pun tidak semenyakitkan duri dalam daging. Terorisme dapat datang sewaktu – waktu dan segera menghabisi dan meluluhlantahkan korban hingga pelaku. Terorisme menjadi isu besar sekelebat waktu. Tidak demikian dengan duri dalam daging yang terus menyiksa kita sepanjang waktu, membuat filsuf dan para ahli sakit kepala tiada henti.

Benarkah hukuman mati sudah tepat untuk memangkas hama, gulma, ilalang, parasit bernama koruptor ini? Hukuman mati berdampak memberikan efek jera, ya. Pertanyaannya, apalah yang kita dapat dari orang yang sudah mati? Mortvi non mordant. Dead me not bite, dead men tell no tale.

Bukankah kini kita negara demokrasi? Negara yang menjunjung tinggi pancasila dan nilai – nilai kemanusiaan? Ataukah demokrasi kita hanya sistem semu? Apakah ternyata kita secara praktik masih kolot? Masih komunis? Masih otoriter? Masih terpusat?

Berdasarkan asas pancasila dan penghormatan terhadap HAM, praktis kedua UU di atas tidak layak ditiru menjadi hukum kita. Sekarang, mari kita arahkan pandangan kita ke negara terdekat, Malaysia dan Brunei. Malaysia menghukum koruptor dengan menyita hak milik. Di Brunei, berlaku hukuman denda sebesar 30.000 dollar Brunei (sekitar 227 juta rupiah), sepuluh tahun kurungan dan kerja sosial. Demikian juga Hongkong, koruptor dihukum penjara dan denda, serta penyitaan kekayaan. Negara yang pernah menjajah kita 3,5 tahun, Belanda, menghukum tindak korupsi dengan kerja sosial.**

Indonesia tidak sendiri. Banyak negara baik yang masih berkembang seperti kita hingga negara-negara maju dan adidaya pun bergumul dengan korupsi. UU yang dianggap melanggar HAM seperti UU lustrasi Latvia dan UU Pemutihan di China, nyatanya berhasil memangkas tindak korup di kedua negara tersebut. Malaysia, Brunei dan Belanda berhasil dengan hukum kerja sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum manapun baik adanya, terlepas dari penghormatan terhadap perikemanusiaan. Lalu, manakah yang baik untuk kita adaptasi menjadi hukum di negara kita?

Sesungguhnya, bukan hanya sistem yang berjasa menyukseskan penanganan korupsi. Kunci utamanya ialahkonsistensi, yang termasuk di dalamnya cipta, rasa, karsa dan karya. Cipta maksudnya pikiran jernih, rasa ialah hati tulus, karsa yaitu tekad bulat dan karya berarti mau bekerja keras.***



Layaknya kebolongan lapisan ozon bumi kita, korupsi tidak bisa ditambal oleh satu per sepuluh orang saja. Perlu kesatu-paduan yang kukuh untuk memperbaikinya sehingga setiap kita dapat bernafas lega.

Sulit itu bukan mustahil, Kawan!

*)http://ancok.staff.ugm.ac.id/main/wp-content/Korupsi.pdf

**)Sumber: litbang “kompas”/ YOG, dari pemberitaan “Kompas” dan Koalisi Masyarakat Pemantau Peradilan.

***)http://kalinyamat.mhsw.isi-ska.ac.id/latto-moga-u-chi-kawa-chi-cipta-rasa-karsa-dan-karya/

(SIL)

Sabtu, 03 November 2012

Ayo Hidup Sehat!

Ada begitu banyak tanaman obat di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan sebagai obat alami, di antaranya:


Jahe: Untuk perut kembung dan sakit kepala
Temulawak: Radang lambung
Kencur : radang lambung, mual dan muntah
Ubi jalar merah: kembung, gangguan lambung
kunyit: perut kembung, mual, dan rasa begah
Kapulaga: mual dan muntah
Kayu manis: radang lambung dan mual


ISTIRAHAT JUGA PENTING


Untuk dapat beristirahat dengan tenang, ada beberapa tips yang dapat Anda lakukan, antara lain:


Mengurangi kebiasaan tidur di pagi hari
      Terlalu sering tidur di pagi hari dapat mengurangi produktivitas tubuh, karena di pagi hari adalah waktu untuk beraktivitas.

            Tidur siang
Saat jadwal tidur malam kurang, tidur siang menjadi alternatif baik. Waktu tidur siang ideal adalah 30-45 menit.

      Hindari kebisaan setelah makan langsung berbaring
Bertujuan mengurangi tingkat diabetes

            Posisi tubuh
Posisi tubuh miring ke kanan adalah posisi tidur yang sangat baik karena organ tubuh akan berada dalam posisi yang ideal.

  Tidur dengan lampu mati
Ahli biologi, Joan Robert mengatakan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya. Hormon ini mencegah berbagai penyakit kanker payudara dan kanker prostat. (bim)