Dalam sesi focus disscusion group (FGD) Seminar Nasional “Career Planning Journalism & Public Relation" Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, para delegasi mencari solusi tentang dua tema besar yang diberikan dalam diskusi yaitu, “Mengapa PR yang melingkupi image perusahaan tapi didorong untuk menjual, dan, mengapa dunia PR lebih suka mendidik lulusan disiplin lain secara instan”. Dari sisi jurnalistik muncul tema “Media lebih senang mendidik jurusan disiplin lain ilmu juralistik daripada lulusan jurnalistik murni yang menguasai satu bidang”. Berikut adalah hasil diskusinya:
HASIL PANELIS PUBLIC RELATIONS:
Bidang Sistem Akademis dan Kurikulum
A. Dibutuhkan integrasi pendidikan dasar jurnalitstik dalam sistem pendidikan public relations
B. Dibutuhkan cakupan pendidikan yang luas agar kelak mahasiswa dapat fleksibel dalam menghadapi dunia kerja
C. Dibutuhkan integrasi program magang ke dalam sistem pendidikan public relations
Wadah Pelatihan Mahasiswa
A. Dibutuhkan badan mahasiswa yang secara spesifik mengurus masalah public relations
B. Lingkup kerja badan mahasiswa tersebut antara lain menyelenggarakan kuliah praktisi, lomba, latihan praktis, serta menciptakan relasi dengan berbagai pihak terkait
C. Dibutuhkan birokrasi yang fleksibel dan transparan dari pihak kampus untuk mengakomodasi badan mahasiswa tersebut
D. Salah satu lingkup kerja paling penting dari badan mahasiswa ini adalah pengadaan pendidikan PR yang lebih spesifik, misalnya PR pertambangan, PR ekonomi, dan lain-lain
Minat Mahasiswa
A. Dibutuhkan peran aktif badan mahasiswa untuk meningkatkan minat dan pemahaman mahasiswa terhadap bidang PR
Pembinaan dan Publikasi Lomba
A. Dibutuhkan ketersedian informasi mengenai lomba untuk seluruh elemen mahasiswa komunikasi yang tertarik
B. Dibutuhkan dukungan finansial dan emosional dari universitas untuk peserta lomba
C. Dibutuhkan kesempatan yang sama bagi semua mahasiswa untuk terlibat dalam lomba dan mendapatkan dukungan dari universitas
Hubungan dengan Alumni
A. Dibutuhkan pertemuan rutin dengan alumni untuk menjaga hubungan
B. Dibutuhkan database alumni yang up to date dan mudah diakses
Fasilitas
A. Dibutuhkan akses yang memudahkan mahasiswa untuk belajar langsung di dunia kerja
Relasi dengan Perusahaan dan Praktisi
A. Praktisi dibutuhkan untuk menyampaikan kuliah diluar lingkup akademis
B. Relasi dengan perusahaan dibutuhkan dalam bidang beasiswa, akses magang, dan lain-lain
Apresiasi terhadap Prestasi Mahasiswa
A. Dibutuhkan sistem yang mengapresiasi prestasi mahasiswa melalui publikasi prestasi lewat berbagai media seperti web, spanduk outdoor, dan lain-lain.
HASIL PANELIS JURNALISTIK
Kesimpulan:
1. Minat mahasiswa sangat rendah, sehingga iklim belajar kurang termotivasi
2. Banyak alumni ilmu komunikasi masih kurang di pandang di dunia kerja. Sehingga banyak jurusan di luar komunikasi masuk dan menjadi profesi di komunikasi. Kecenderungan ini di karenakan:
• Mahasiswa cenderung kurang berperang aktif,
• Acara-acara seminar dan praktisi masih dibutuhkan pada masa kekinian
• Masih belum berimbangnya teori dan praktek di lapangan sehingga perlu pembenahaan kurikulum
• Perlu upgrading bagi para pengajar/dosen
Solusi:
1. Pihak kampus lebih membuka dan memfasilitasi relasi antara praktisi dengan mahasiswa karena pihak kampus pun sebetulnya terdiri dari orang-orang senior yang juga memiliki jaringan dan relasi keluar yang profesional. Dengan kata lain, dosen pun mampu memberi warisan relasinya kepada mahasiswa sehingga mahasiswa pun juga mampu menjalin relasi dengan para praktisi secara langsung dan memanfaatkan relasi yang ada sesuai dengan kebutuhan.
2. Dosen lebih bersifat sebagai fasilitator dan moderator ilmu dimana dosen tetap membekali teori dasar namun dari segi praktek dan teori aplikatif lebih berkiblat pada para praktisi yang pada dasarnya telah melakoni jurnalisme lapangan dalam kurun waktu lama.
3. Literasi ilmu lebih dikembangkan ke arah interdisipliner dimana ilmu jurnalistik dari ranah studi komunikasi tetap menjadi fondasi atau kacamata utama namun tetap terbuka terhadap segala bentuk insight dari ilmu lain.
4. Pembelajaran melalui praktek lebih difokuskan dimana dapat terakomodir dari bentuk ‘ekstrakulikuler’ seperti pers mahasiswa maupun magang di media-media baik yang terjalin dalam relasi kampus maupun tidak.
5. Teori-teori yang diberikan dalam kuliah pada dasarnya tetap dibutuhkan, namun perlu diberikan update sehingga lebih bersifat terapan atau praktis yang dinamis sesuai dengan perkembangan kondisi lapangan saat ini. Jadi perlu adanya pembaharuan literasi secara rutin dan konsisten.
Hasil diskusi ini merupakan sudut pandang dari mahasiswa yang mersakan pengajaran selama berkuliah di jurusan komunikasi, sekaligus juga dapat menjadi bahan masukan bagi Universitas yang memiliki jurusan Komunikasi untuk pedoman dalam mengatur sistem kurikulum pengajaran.
Pages
▼
Sabtu, 15 Desember 2012
Seminar Career Planning Journalism & Public Relation
Profesi public relation dan jurnalis adalah profesi komunikasi yang paling sering dimasuki oleh lulusan dari disiplin lain, padahal pada saat yang bersamaan dua profesi ini adalah profesi yang paling membutuhkan basis dasar ilmu komunikasi.
Berkaca dari keresahan tersebut , pada tanggal 5-6 Desember kemarin Korps Mahasiswa Komunikasi (Komako) Universitas Gadjah Mada (UGM) Mengadakan acara Seminar Nasional “Career Planning Journalism & Public Relation". Tujuannya, agar akademisi dan mahasiswa bisa mendapat gambaran mengenai ceruk-ceruk profesi komunikasi kontemporer dan menyesuaikan diri dengan gambaran tersebut. Acara ini digelar di Auditorium Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. “Acara ini merupakan acara Komako terbesar dalam beberapa tahun terakhir” kata I Dewa Ayu, ketua Komako.
Acara ini turut mengundang 40 delegasi dari 15 universitas seluruh Indonesia. Universitas Tarumanagara yang mempunyai jurusan Ilmu Komunikasi juga tidak ketinggalan mengirimkan wakilnya. Fikom Untar diwakili oleh Riza Firdaus & Reza Ramadhan dari Oranye, lembaga minat& bakat Fikom Untar yang bergerak dalam bidang jurnalistik.
Hari pertama dimulai dengan sesi Public Relation (PR). Sesi ini menghadirkan praktisi & akademisi dalam bidang PR, antara lain Tribuana Tunggadewi (Vice President, Corporate Secretary BNI 46), Raldy Doy (Manager Public Relation TV One), Bunga Laulara (Mahasiswa Jurusan Komunikasi UGM) dan Budi Darmawan (Corporate Communication PT Djarum & Djarum Foundation)
Setelah itu dilanjutkan sesi Jurnalistik yang menghadirkan Wisnu Marta Adiputra (Dosen Ilmu Komunikasi UGM), M.Budi Santosa (Pimpinan Redaksi Okezone), Abdul Kohar (Kepala Pemberitaan Media Indonesia) & Budiman Tanuredjo (Wakil pimpinan Redaksi Kompas) sebagai pembicara.
Kedua sesi itu menghadirkan kepada para peserta seluk-beluk dunia profesional profesi PR & jurnalistik. Pesertab juga diberikan gambaran mengenai ruang lingkup pekerjaan & tantangan profesi ilmu komunikasi di masa depan. Pembekalan materi diberikan supaya lulusan PR dan jurnalistik mampu bersaing dengan disiplin ilmu lain yang kini mulai banyak ‘menginvasi’ profesi lulusan jurusan komunikasi.
Hari kedua, dilaksanakan sesi focus discusion group (FGD), dimana sesi ini hanya dikhususkan untuk para delegasi. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok kecil untuk PR dan 3 kelompok kecil untuk Jurnalistik. Dalam sesi FGD peserta melakukan sharing ilmu tentang apa yang sudah didapatnya baik dalam kampus maupun organisasi masing-masing.
Peserta juga mencari solusi tentang dua tema besar yang diberikan dalam diskusi yaitu, “Mengapa PR yang melingkupi image perusahaan tapi didorong untuk menjual lalu mengapa industri dunia PR lebih suka mendidik lulusan disiplin lain secara instan?” dan “Media lebih senang mendidik jurusan disiplin lain ilmu juralistik daripada lulusan jurnalistik murni yang menguasai satu bidang”.
Laurencia delegasi dari Universitas Petra, Surabaya, tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya dapat bertemu dan bertukar pikiran dengan perwakilan jurusan ilmu komunikasi dari seluruh Indonesia, ”Senang banget dengan acara seminar ini, dapat bertemu teman dari berbagai kota dan sharing bersama” ungkapnya.
Sari Dewi sebagai ketua acara juga mengaku puas dengan acara terbesar yang pernah diselenggarakan Komako ini. Ia juga mengatakan bahwa kesuksesan acara ini tidak akan tercipta tanpa totalitas panitia yang sudah melakukan persiapan sejak 1,5 bulan terakhir. “Semoga ini bukan kesempatan terakhir untuk kita kerjasama dan membangun pertemanan,” tutupnya dalam pidato yang disampaikan di hadapan para delegasi. (rez)
Berkaca dari keresahan tersebut , pada tanggal 5-6 Desember kemarin Korps Mahasiswa Komunikasi (Komako) Universitas Gadjah Mada (UGM) Mengadakan acara Seminar Nasional “Career Planning Journalism & Public Relation". Tujuannya, agar akademisi dan mahasiswa bisa mendapat gambaran mengenai ceruk-ceruk profesi komunikasi kontemporer dan menyesuaikan diri dengan gambaran tersebut. Acara ini digelar di Auditorium Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. “Acara ini merupakan acara Komako terbesar dalam beberapa tahun terakhir” kata I Dewa Ayu, ketua Komako.
Acara ini turut mengundang 40 delegasi dari 15 universitas seluruh Indonesia. Universitas Tarumanagara yang mempunyai jurusan Ilmu Komunikasi juga tidak ketinggalan mengirimkan wakilnya. Fikom Untar diwakili oleh Riza Firdaus & Reza Ramadhan dari Oranye, lembaga minat& bakat Fikom Untar yang bergerak dalam bidang jurnalistik.
Hari pertama dimulai dengan sesi Public Relation (PR). Sesi ini menghadirkan praktisi & akademisi dalam bidang PR, antara lain Tribuana Tunggadewi (Vice President, Corporate Secretary BNI 46), Raldy Doy (Manager Public Relation TV One), Bunga Laulara (Mahasiswa Jurusan Komunikasi UGM) dan Budi Darmawan (Corporate Communication PT Djarum & Djarum Foundation)
Setelah itu dilanjutkan sesi Jurnalistik yang menghadirkan Wisnu Marta Adiputra (Dosen Ilmu Komunikasi UGM), M.Budi Santosa (Pimpinan Redaksi Okezone), Abdul Kohar (Kepala Pemberitaan Media Indonesia) & Budiman Tanuredjo (Wakil pimpinan Redaksi Kompas) sebagai pembicara.
Kedua sesi itu menghadirkan kepada para peserta seluk-beluk dunia profesional profesi PR & jurnalistik. Pesertab juga diberikan gambaran mengenai ruang lingkup pekerjaan & tantangan profesi ilmu komunikasi di masa depan. Pembekalan materi diberikan supaya lulusan PR dan jurnalistik mampu bersaing dengan disiplin ilmu lain yang kini mulai banyak ‘menginvasi’ profesi lulusan jurusan komunikasi.
Hari kedua, dilaksanakan sesi focus discusion group (FGD), dimana sesi ini hanya dikhususkan untuk para delegasi. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok kecil untuk PR dan 3 kelompok kecil untuk Jurnalistik. Dalam sesi FGD peserta melakukan sharing ilmu tentang apa yang sudah didapatnya baik dalam kampus maupun organisasi masing-masing.
Peserta juga mencari solusi tentang dua tema besar yang diberikan dalam diskusi yaitu, “Mengapa PR yang melingkupi image perusahaan tapi didorong untuk menjual lalu mengapa industri dunia PR lebih suka mendidik lulusan disiplin lain secara instan?” dan “Media lebih senang mendidik jurusan disiplin lain ilmu juralistik daripada lulusan jurnalistik murni yang menguasai satu bidang”.
Laurencia delegasi dari Universitas Petra, Surabaya, tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya dapat bertemu dan bertukar pikiran dengan perwakilan jurusan ilmu komunikasi dari seluruh Indonesia, ”Senang banget dengan acara seminar ini, dapat bertemu teman dari berbagai kota dan sharing bersama” ungkapnya.
Sari Dewi sebagai ketua acara juga mengaku puas dengan acara terbesar yang pernah diselenggarakan Komako ini. Ia juga mengatakan bahwa kesuksesan acara ini tidak akan tercipta tanpa totalitas panitia yang sudah melakukan persiapan sejak 1,5 bulan terakhir. “Semoga ini bukan kesempatan terakhir untuk kita kerjasama dan membangun pertemanan,” tutupnya dalam pidato yang disampaikan di hadapan para delegasi. (rez)
Senin, 10 Desember 2012
Paradigma Baru Dunia Cetak Jurnalistik: Matriks 5W1H
Pemberitaan media cetak tidak cukup hanya mengandalkan
unsure 5W + 1H (what, who, where,
when, why & who). Paradigma ini mulai sekarang harus diubah menjadi matriks 5W+1H.
Begitulah kira-kira pemaparan
Abdul Kohar, kepala pemberitaan Media
Indonesia dalam seminar nasional “Career
Planning Jurnalism & Public Relation" yang digelar Korps Mahasiswa
Komunikasi (Komako) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Auditorium
Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. Rabu (5/12).
Abdul Kohar |
“Kalau berita hanya mengandalkan 5 W 1 H, sudah dilalap habis sama media
televisi dan online. Itu tidak berlaku buat wartawan cetak," ujarnya.
Matriks 5W+1H yang dimaksud adalah mengaitkan unsur satu dengan unsur
yang lain sehingga dapat mengungkap kedalaman berita lebih detail. Misalnya pembahasan unsur What & When tentang mengapa suatu
peristiwa (what) terjadi ketika waktu
tertentu (when) dan seterusnya hingga mendalam.
"Model 5 W 1 H atau piramida terbalik itu sudah kuno. Anda kalau di
kampus masih diajarkan seperti itu, berarti metode untuk mencari berita harus
diubah," sambungnya lagi.
Acara tersebut juga turut menghadirkan Pimpinan Redaksi
Okezone M Budi Santosa, Wakil Pimpinan Kompas Budiman Tanuredjo, dan
Dosen Ilmu Komunikasi UGM Yogyakarta, Wisnu Marta Adiputra.
Ketua Komako UGM I Dewa Ayu saat di wawancara Oranye menyampaikan, Profesi public relation dan jurnalis adalah profesi komunikasi yang paling sering dimasuki oleh lulusan dari disiplin lain. Seminar ini memberikan gambaran bagi para mahasiswa komunikasi, salah satunya tentang dunia jurnalistik agar tidak kaget setelah lulus. “Acara ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa jurusan komunikasi tentang apa saja yang dibutuhkan dalam seluk-beluk profesi komunikasi.” ujarnya. (rez)
Ketua Komako UGM I Dewa Ayu saat di wawancara Oranye menyampaikan, Profesi public relation dan jurnalis adalah profesi komunikasi yang paling sering dimasuki oleh lulusan dari disiplin lain. Seminar ini memberikan gambaran bagi para mahasiswa komunikasi, salah satunya tentang dunia jurnalistik agar tidak kaget setelah lulus. “Acara ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa jurusan komunikasi tentang apa saja yang dibutuhkan dalam seluk-beluk profesi komunikasi.” ujarnya. (rez)
Sabtu, 08 Desember 2012
UAS Datang, Liga Bersama Vakum
Para mahasiswa Fikom Untar yang biasa mengikuti acara liga
bersama mungkin harus kecewa mendengar kabar ini. Pasalnya, mulai mulai Senin (10/12), Departemen Olahraga BEM Fikom Untar
untuk sementara menonaktifkan kegiatan yang rutin digelar setiap Senin
ini.
Satrio, Staf Menteri Olahraga BEM Fikom saat dihubungi Oranye menjelaskan bahwa minggu lalu
menjadi kegiatan terakhir acara Liga Bersama pada semester ini. Acara akan
berjalan efektif kembali di minggu pertama semester genap. “Selama UAS
kegiatan ini ditiadakan, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa Fikom bisa fokus
ujian,” ujarnya.
Liga Bersama merupakan program kerja Departemen Olahraga BEM Fikom Untar yang diselenggarakan untuk
merangkul mahasiswa-mahasiswi yang mempunyai kesamaan minat di bidang olahraga
khususnya futsal & basket. Acara ini rutin diselenggarakan setiap Senin jam 14.00-16.00 WIB untuk basket dan 16.00-18.00 WIB untuk futsal di
gedung olahraga (GOR) Untar, Kampus 2.
Para mahasiswa tetap bisa menggunakan GOR pada hari Senin untuk berolahraga secara individu.
“Jika ada yang ingin main secara individu, dipersilahkan,” sambung Satrio.
Ditiadakannya kegiatan ini bukan berati berhenti pula
kegiatan olahraga para mahasiswa. Olahraga sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh
apalagi saat ujian. Kondisi fisik yang prima tentunya menjauhkan kita dari penyakit
di pekan-pekan yang rawan ini. Jadi, tetap berolahraga ya! (rez)
Rabu, 05 Desember 2012
Seminar 'Feminisme dalam Kajian Komunikasi'
Selasa (4/12) lalu, BEM
Fikom Untar menyelenggarakan seminar 'Feminisme
dalam Kajian Komunikasi' sekaligus bedah buku 'PORNO!' di Auditorium Gedung M lantai 8, Universitas Tarumanagara. Hadir sebagai narasumber yaitu Uni
Lubis (pimpinan redaksi ANTV), Ahmad 'Alex' Junaidi (penulis buku “PORNO!”, Kajian Sosiologi dan Feminisme dalam Media), Maman Suherman (presenter kompas TV dan
penulis buku BOKIS), serta Christina Yulianti Purba dari Komnas Perempuan.
Dalam acara tersebut Uni Lubis menghimbau dengan tegas agar jangan menjadikan
wanita sebagai objek pemanis semata. Beliau juga menjelaskan bagaimana pemahaman
tentang gender di kalangan redaksi media-media tanah air masih sangat minim. Uni juga menyinggung soal tantangan kaum perempuan dalam dunia
jurnalistik, antara lain jurnalis perempuan idealnya bukan hanya
mengandalkan penampilan luar saja tetapi juga bagaimana kecerdasan mereka
saat meliput di lapangan.
Acara dilanjutkan dengan bedah buku 'PORNO!' yang ditulis Ahmad 'Alex' Junaidi. Buku ini merupakan karya kedua Alex berdasarkan tesisnya saat menempuh pendidikan pascasarjana di Program Studi Kajian Wanita, Universitas Indonesia. Penelitian yang menjadi isi buku diinspirasi peristiwa pencekalan
goyangan Inul sekitar tahun 2001-2002, dimana seluruh media 'heboh' memberitakan kasus
tersebut. Alex menjelaskan inti dari bukunya adalah bagaimana wacana
seksualitas ditampilkan di media cetak. Menurut pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini, salah satu alasan kasus Inul
mencuat menjadi kasus pornografi adalah juga akibat dari pemberitaan media.
Yulianti Purba dari Komnas Perempuan pun turut berkisah, “Pernah seorang mahasiswa mengatakan kepada saya bahwa RUU
Pornografi sebenarnya ditentang juga oleh laki-laki beradab, karena UU tersebut
menempatkan seolah-olah lelaki adalah binatang yang siap menerkam perempuan!“ Lanjutnya lagi, “Tidak benar jika perempuan dipersalahkan karena
pakaian yang dipakai karena itu adalah bagian dari kebebasan berekspresi.
Wanita selalu disalahkan atas apa yang menimpa mereka, padahal wanita adalah
korban. Menurut studi kasus, hukum kita tidak berpihak pada perempuan.”
Maman Suherman turut menilai bahwa 'PORNO!' begitu menarik karena mampu memaparkan berbagai aliran feminisme di dunia secara lengkap. Dalam menanggapi kasus diskriminasi kaum wanita, Maman melakukan sindiran pada salah satu mantan pejabat Ibukota yang menyatakan rok mini adalah penyebab pemerkosaan. "Kasus yang ada bahkan memperlihatkan korban pemerkosaan yang paling muda adalah bayi berusia
8 dan paling tua adalah wanita berjilbab yang berusia 80 tahun yang bukan seorang pengguna rok mini!“ ujarnya.
Flora Ariesta, salah satu peserta seminar berkata, “Acara ini menarik karena membahas tentang eksploitasi
terhadap perempuan dan saya jadi tahu bagaimana media selama ini memberitakan
kita sebagai perempuan.“ (Maria)