Pages

Minggu, 16 Juni 2013

Keselarasan Komunikasi Bersama Ahok


Kelompok EO FIKOM UNTAR 10 Wonders pada Sabtu, 15 Juni 2013 sukses menghadirkan orang nomor dua D.K.I. Jakarta, Ir. Basuki Tjahaya Purnama, MM. (Ahok) dalam acara talkshow bertema “Becoming Good PR with Ahok”, bertempat di Auditorium lantai 4, Gedung Utama, Kampus I Untar.
 
“Saat saya pertama kali lihat proposal dari FIKom. Becoming Good PR, waah..saya pikir, salah orang ini,” celoteh Ahok di muka.

Acara yang dimoderatori News Presenter Berita Satu Kenia Gusnaeni ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa/i FIKom, pelbagai kalangan non-Untar, hingga pejabat tinggi Untar seperti Rektor Untar Prof. Ir. Roesdiman Soegiarso, M.Sc., Ph. D., dan Ir. Ciputra pun turut memenuhi bangku auditorium.

Menjadi PR yang baik kata Ahok, kuncinya ialah menyamakan pemikiran, nurani dan perkataan yang dikeluarkan. “Ini yang musti disetel. Orang bisa ngomong lancar karena dia konsisten dengan perkataan, pengetahuan dan nuraninya.”

Ahok mengakui bahwa ia sebenarnya bukan PR yang baik, “saya ini biasanya, ngomong dulu baru mikir. Keluar dulu omongannya baru mikir, tadi gue ngomong apa ya?”

Namun begitu, Ahok menjelaskan bahwa “ngomong dulu baru mikir” ini ada syaratnya. Syaratnya ialah berani mengatakan yang benar. Kuncinya adalah suara hati, berkata apa adanya.

Mengaku Gila
Di sela talkshow, Ahok juga beberapa kali mengungkapkan isi hatinya (curhat). Ada masa di mana Ahok sering merenung sendirian di bawah pohon. 

Istrinya yang melihat sering bertanya, “sudah gila ya?” “Belum. Belum gila, baru pura-pura gila,” jawabnya. Yang disambut gelak tawa hadirin.

Kenangan lain bersama istrinya yang ia ungkapkan, salah satunya ketika ia dihadapakan kepada pilihan untuk menang dengan suap saat PilGub Bangka Belitung. “Dasar Istri saya ini emang anak sekolah minggu banget.” Dari atas Vero, istrinya menjawab “Terserah. Terserah kamu mau jadi murid Yesus atau murid Barabas?!” katanya kemudian lari pergi.

Beberapa kali, Ahok juga bernostalgia tentang ayahnya. Ia menceritakan bahwa ayahnya sudah menempa ia menjadi seorang pengusaha sejak kecil. Satu pesan sang ayah yang selalu terngiang dalam ingatannya, "kalau kamu mau bantu orang, jadilah pejabat. Kalau kamu jadi pejabat, kamu bisa nolong orang pake uang negara bukan uang sendiri lagi." "Bener juga," celotehnya.

Komitmen Jokowi-Basuki
Terkait pemberitaan miring seputar gaya kepemimpinannya yang lantang dan terkesan galak, Ahok mengaku tidak peduli pendapat orang lain. “Kami (Jokowi dan Ahok) taat pada konstitusi, bukan konstituen,” tegasnya.

“Kalau partai dan organisasi kami ga takut. Yang kami takutkan, kami menyimpang dari konstitusi. Kami yakin, selama bisa menjalani sesuai konstitusi maka ada saja yang pasti mendukung. Tooh kalau kita benar, orang-orang juga bisa lihat nantinya. Biar malu yang tidak mendukung itu.”

Guna menjaga keharmonisannya dengan Gubernur D.K.I. Jakarta Joko Widodo, Ahok menyatakan dirinya tidak pernah merasa satu paket dengan Pak Gubernur. “Kalau mikirnya satu paket, jadinya kalau dia bagus itu berkat usaha saya juga. Kalau dia naik, saya juga harus naik, seperti itu.” Tambahnya, “saya justru selalu bilang bahwa saya ini Staf Pribadi Jokowi.”

“Tidak ada pembagian kerja di antara kami,” ujarnya. “Beliau (Jokowi) malah bilang kalau pak wagub mau ambil 90%, ambil saja, saya malah senang. Jadi kami selalu berusaha mengerjakan semaksimal mungkin, sebanyak-banyaknya supaya tidak saling memberatkan. Apalagi beliau kan juga sibuk. Kami juga saling terbuka. Kalau beliau sudah mengerjakan, saya tidak perlu kerjakan. Demikian juga sebaliknya.”

Mengutip Laozi, Ahok menjabarkan  ada 5 unsur negara yang harus ada, yakni pertahanan, makanan, wilayah, rakyat dan kepercayaan. "Kalau tinggal 4, buang pertahanan. Rakyat tooh bisa bertahan juga. Kalau tinggal 3, buang makanan. Kurangin makan masih bisa hidup. Kalau tinggal 2, buang wilayah.  Contohnya waktu kita dijajah dulu. Ithu kan kita ga punya wilayah. Kalau tinggal 1, buang rakyat. Maksudnya orang Indonesia misalnya pindah ke Vietnam, jadi warga negara sana. Yang penting sisakan kepercayaan."

"Seperti kata pepatah China, daripada mengutuki kegelapan, lebih baik menyalakan lilin." Demikian Ahok menanggapi antipati masyarakat akan kelamnya terjun ke dunia politik. "Permata walau terjun ke lumpur pun akan tetap permata."

Hingga akhir acara, masih banyak pertanyaan yang ingin diajukan peserta. Ditambah antusias peserta yang setia menunggu Ahok untuk berfoto bersama.

Siangnya, Ahok batal menghadiri seminar di Universitas Bina Nusantara (Binus) karena harus segera menghadiri penyerahan piala kejuaraan berkuda di Arena Pacuan Kuda Pulo Mas Jakarta Timur.
(SIL) (Foto/TIK)

Sabtu, 15 Juni 2013

Hari Kedua Pemilu Raya, BEM dan DPM Sukses Melakukan Suksesi Kepemimpinan

Satrio kembali mengungguli perolehan suara akhir Pemilu Raya BEM Fikom Untar, setelah sebelumnya unggul telak pada hari pertama. Dengan hasil resmi ini, maka satrio dipastikan menjadi ketua BEM Fikom Untar periode 2013/2014.

Dalam Pengitungan suara yang dilakukan di selasar lantai 12, Gedung Utama Untar pada Jumat 13 Juni 2013, Satrio berhasil menyisihkan para kandidat lainnya. Dari total suara yang masuk selama dua hari, tercatat  439 mahasiswa yang menggunakan hak suaranya dimana Satrio menempati urutan pertama dengan 259 suara, diikuti Jessica Bernadetta dengan 95 suara, Ivander Elffindy dengan 64 suara serta 21 suara yang tidak sah.

Dengan demikian, lembaga inti mahasiswa Fikom Untar telah sukses melakukan suksesi kepemimpinan setelah sebelumnya Silviana Dharma yang maju sebagai calon tunggal DPM Fikom Untar, terpilih otomatis sebagai ketua DPM Fikom Untar periode 2013/2014.

Tidak tampak Silviana Dharma dalam pengumuman pemungutan suara Pemilu Raya . Sementara Elwi Gito, ketua BEM Fikom Untar periode 2012/2013, lebih memilih mengurung diri di ruang lembaga daripada menyaksikan pengitungan suara.

Satrio merasa bersyukur dengan banyaknya dukungan dan kepercayaan yang diberikan pada dirinya, tapi ia merasa harus tetap rendah diri, “Nggak boleh puas dulu sama hasil ini, soalnya perjalanan masih panjang, masih ada satu periode ke depan,” ujarnya.

Ketua Pelaksana Pemilu Raya, Jesse Adam Halim dalam pidatonya mengimbau bahwa persaingan antara kandidat maupun tim suksesnya harus berhenti setelah masa kampanye dan pemilu ini berakhir. Setelah itu kita harus saling bahu-membahu demi kemajuan Fikom Untar yang lebih baik, “Pemilu ini adalah milik Fikom bersama, bukan milik satu kelompok atau golongan. Karena bersama tak harus sama” (rez)

Rabu, 12 Juni 2013

Hari pertama, Satrio Menang Telak Pemilu BEM 2013/2014



Pada 12 Juni 2013, FIKOM UNTAR melaksanakan demokrasi regenerasi kepemimpinan DPM (Departemen Perwakilan Mahasiswa) dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) melalui jalur Pemilu Raya.
 
Perlu diketahui Pemilu Raya merupakan ajang penentuan ketua BEM dan DPM melalui demokrasi pemungutan suara dimana setiap mahasiswa Fikom mempunyai hak yang sama untuk memilih kandidat calon pemimpin lembaga mahasiswa di Fikom Untar. 

Adapun BEM memiliki 3 kandidat calon pemimpin yaitu Satrio, Ivander Efindy dan Jessica Bernadetta.  Sedangkan, DPM memiliki calon tunggal Silviana Dharma yang juga masih tercatat sebagai redaksi Oranye.

Dalam pengitungan suara hari pertama yang dilaksanakan di selasar lantai 12, hanya Jessica Bernadetta dari semua kandidat calon yang tidak hadir untuk menyaksikan pengesahan hasilnya.

Dari 299 suara, Satrio menempati posisi pertama dengan perolehan 174 suara, diikuti Jessica Bernadetta dengan perolehan 63 suara dan Ivander dengan 47 suara, serta 15 suara terhitung tidak sah. Sementara Silvi selaku calon DPM dipastikan maju sebagai Ketua DPM periode 2013/2014.

Menanggapi perolehan sementara, Ivander menyayangkan masih banyaknya mahasiswa/i yang belum menggunakan hak suaranya. “Kan banyak anak-anak yang kebentur ujian,” ujarnya.

Sementara Satrio berusaha tetap memijak bumi dengan menunggu hasil resminya besok.

“Suara rakyat adalah suara semesta. Kalau sampai (kandidat yang menang) ingkar janji, berarti membohongi semesta,” tegas Jesse Adam Halim selaku Ketua KPU.
(Sil, Rez)

Senin, 10 Juni 2013

Liputan 6 SCTV Awards: Aleta Baun, Aktivis Lingkungan

     Dalam rangka malam penghargaan yang sekaligus ulang tahun Liputan 6 SCTV, mahasiswa fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara mendapat kesempatan secara langsung untuk mengikuti acara tersebut.

     Acara tersebut diisi oleh artis-artis ternama seperti Glen Fredly, Sandy Sandoro, Tompi, Krisdayanti, Syahrini, Teamlo dan artis pendukung lainya. Liputan 6 Award juga memberikan penghargaan bagi pejuang lingkungan hidup.  Penghargaan ini sangat layak bagi Mama Aleta, sang penerima penghargaan di malam itu.

     Siapa Mama Aleta dan apa perjuangannya? Mama Aleta memiliki nama asli Aleta Baun. Lahir di Lelobatan, Molo, Timor Tengah Selatan pada 16 April 1963, ia adalah anak ke-6 dari 8 bersaudara dari keluarga petani. Sejak kecil, Aleta telah dekat dan menyatu dengan alam. Baginya, tanah kelahirannya memiliki keindahan yang membuat pihak lain terpesona. Belum lagi tempat tersebut memiliki situs batu bersejarah serta mengandung pualam dan marmer. Walupun Pendidikannya hanya SMA, namun prestasi yang dihasilkan Mama Aleta sungguh luar biasa. Bulan April 2013, ia menerima penghargaan The Goldman Environmental Prize di San Fransisco, California, Amerika Serikat dan masuk dalam nominasi Women’s Nobel Prize for Peace.

     Ketika menerima penghargaan Liputan 6 Award di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat, tidak lupa ia memberikan pesanya bahwa yang terpenting adalah peran masyarakat dalam pelestarian alam di negeri ini. "Jualah apa yang kalian bisa buat, tapi jangan jual apa yang tidak kamu bisa buat," ujarnya.





Sabtu, 01 Juni 2013

Beda tapi S(a)warna

     Jumat-Minggu, 17-19 Mei 2013, lembaga minat bakat Fakultas Ilmu Komunikasi, I-focus kembali mengadakan hunting besar yang berlokasi di Pantai Sawarna, Serang, Banten. Kegiatan ini bertujuan untuk mengakrabkan sesama anggota atapun pun non anggota, sekaligus menambah wawasan mengenai dunia Fotogarafi.

     Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari 2 malam ini dibuka dengan mengajak para peserta menikmati suasana pantai di pagi hari. Tidak lupa juga sambutan oleh dosen Fikom Untar Bp Genep Sukendro, S.sos yang menyampaikan pesan agar para peserta bisa lebih peka dan memanfaatkan lingkugan sekitar, karena aka ada banyak objek menarik yang bisa difoto. 

     Para peserta juga diperlihatkan suasana saat matahari terbit, dan diberi kesempatan memfoto salah seorang peserta untuk dijadikan model. Arus ombak dan batu karang yang cukup besar menambah estetika foto yang diambil  para peserta.

     Sesi berikutnya para peserta juga harus memperlihatkan hasil foto yang telah mereka peroleh selama berada di pantai. Di sinilah antara sesama anggota saling memberikan penilaian.

     Salah seorang peserta, Michael Jordan angkatan 2012 memberikan pesan dan kesanya bahwa kegiatan hunting sangat bermanfaat dan acaranya pun sangat seru.

     Tidak lupa sebagai penutup, Ketua I-focus Haribertus Wijanyanto mengucapkan terima kasih dan dan bagi peserta untuk lebih sering mengikuti acara seperti ini terlebih bagi yang ingin lebih mengenal dunia Fotografi.

Pengabdian di Wonogiri

     6-10 Mei 2013 para mahasiswa, dosen, staf dan dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara mengadakan kegaiatan pengabdian masyarakat di atau bakti sosial di Desa Eromoko Kulon, Kecamatan Eromoko, Wonogiri. Tujuan diadakan dari kegiatan ini untuk membuat mahasiswa lebih peduli terhadap sesama dan juga membagikan pengetahuan yang bermanfaat.

     Rombongan mendapatkan kesempatan yang istimewa dengan bertemu langsung oleh Bupati Wonogiri H Danar Rahmanto dan Ketua DPRD Wawan Setyo Nugroho. Rombongan juga mengunjungi kota Solo dan menikmati keindahan Waduk Gajah Mungkur.
     Keramahan dan suasana menyenangkan membuat tim sangat semangat untuk terus membantu para warga dalam kegiatan berupa bedah rumah, pembagian bibit tanaman, penyuluhan HIV AIDS dan Narkoba kepada Siswa STM Giri Wacana dan karang taruna, Bimbingan belajar kepada murid SD & SMP Dusun Eromoko Kulon, Penyuluhan Posyandu dan PAUD kepada ibu PKK serta Penyuluhan Pertanian kepada para petani.

     Salah satu mahasiswa peserta juga memberikan kesan dan pesan bahwa kegiatan ini merupakan pengalaman pertama baginya. Lingkungan desa terasa seperti di rumah. “Harapanya adalah, semoga apa yang sudah kami bagikan dapat bermanfaat” ujarnya.