Pages

Kamis, 31 Oktober 2013

Baru! Lembaga Minat Bakat Public Relations, PRO

Foto bersama dalam peresmian PRO
Setelah dua tahun menampung gagasan untuk mendirikan lembaga minat bakat sebagai wadah untuk mahasiswa yang tertarik pada dunia Public Relations, maka pada hari Rabu (30/10) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara meresmikan berdirinya lembaga minat bakat PRO (Public Relations Organization). Peresmian PRO yang mengambil tema “The Power of Words” ini diadakan di Gedung Utama Kampus 1 Untar dan dihadiri oleh dekan serta dosen-dosen Fikom Untar.

PRO lahir melengkapi 3 lembaga minat bakat yang mendahuluinya yaitu Creadzy , I-Focus dan Oranye dalam keluarga besar Fikom Untar. Ketua PRO perdana dipercayakan kepada Jennifer Fay dan Koordinator PRO oleh Yugih Setyanto yang merupakan salah satu dosen Fikom Untar.

“Berbicara mengenai Public Relations maka akan berbicara tentang diri kita, berbicara tentang diri kita maka akan berbica tentang kejujuran, itulah PR,” ungkap Yugih Setyanto dalam sambutannya.

“Bagaimana memandang konsep diri kita, yaitu dengan gaya penyampaian kata-kata yang kita keluarkan, sehingga akan membentuk konsep diri kita,” ujar Jennifer Fay, Ketua PRO.

Adapun Program Kerja (Proker) yang akan dijalankan oleh PRO yaitu pelatihan public speaking, diskusi dan debat, press conference serta simulasi Corporate Social Responsibility (CSR).


Salah satu mahasiswa yang memilih bergabung kedalam PRO, Fievielia Sugita mengungkapkan bahwa alasannya bergabung karena ingin memiliki wadah yang benar-benar dapat melatih diri, tidak hanya fokus pada teori namun diiringi dengan praktik di lapangan.(Nir)

LKMM 2013: “Integritas dan Profesionalisme”

“Dalam integritas terdapat lima nilai yakni kejujuran, bisa dipercaya (amanah), konsistensi, tanggung jawab dan keteladanan”

Yuwono Prianto, S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Untar

Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Universitas Tarumanagara (Untar) Angkatan ke- 39 digelar pada Jumat hingga Minggu lalu (25-27 Oktober 2013) bertemakan Integritas dan Profesionalisme dengan mengambil dua tempat yakni Kampus 1 Gedung M pada hari pertama dan Hotel Wira Carita di Banten pada hari kedua dan ketiga. Peserta kegiatan ini merupakan ketua lembaga kemahasiswaan baik tingkat fakultas maupun tingkat universitas. Beberapa fakultas yang tidak mengirimkan perwakilan adalah Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Fakultas Psikologi, dan Fakultas Kedokteran.

“Sebagai aktivis akan mengalami banyak masalah. Bertahan dari masalah tersebut bukanlah hal yang ringan sehingga diperlukan pribadi yang lebih kuat dan tangguh. Ibarat besi yang sering ditempa akan  tajam dibandingkan besi yang didiamkan” Ujar Yuwono Prianto, S.H., M.H., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Untar saat memberikan sambutan dalam pembukaan LKMM. Lanjutnya, integritas merupakan prinsip yang perlu dipegang. Yuwono juga menjabarkan lima nilai yang terdapat dalam integritas.
“Dalam integritas terdapat lima nilai yakni kejujuran, bisa dipercaya (amanah), konsistensi, tanggung jawab dan keteladanan” tambahnya.

Selain Yuwono, LKMM juga dihadiri oleh Happy Dharmawan, S.H.,M.M., selaku ketua LKMM 2013, fasilitator serta anggota lembaga kemahasiswaan baik tingkat universitas maupun fakultas. Happy menuturkan LKMM diisi oleh penyampaian materi-materi yang dapat memotivasi serta mendorong kinerja lembaga.  Materi tersebut di antaranya mengenai pengenalan diri dan analisis kondisi lingkungan, tolok ukur keberhasilan, etika, kesekretariatan dan dokumentasi penganggaran, latihan proposal dan laporan pertanggungjawaban, komunikasi efektif, kepemimpinan dan manajemen konflik dan materi yang baru pada tahun ini adalah mengenai manajemen stres dan teknik negosiasi.(tik)

Senin, 28 Oktober 2013

Vox Pop: Bagaimana Anda Memaknai Sumpah Pemuda dalam Kehidupan Sehari-hari?

85 tahun lalu, Sumpah Pemuda dikumandangkan. Tonggak yang mengikat pemuda-pemudi Indonesia. Pemuda-pemudi yang pada saat itu terbelah dalam solidaritas suku atau etnis tertentu. Sumpah Pemuda menjadi titik balik perjuangan Indonesia melawan penjajah sebagai satu kesatuan bangsa, bangsa Indonesia. Nah, bagaimana kita memaknai Sumpah Pemuda dalam kehidupan kita sehari-hari? Mari kita lihat beberapa pendapat orang-orang yang kami temui.

“Yang jelas berbahasa Indonesia yang baik, kemudian berpikir bahwa kita  juga dari Sabang sampai Merauke semuanya bersama dan yang terakhir seharusnya tidak membeda-bedakan antara suku.” 
Ninawati, pengajar mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD).

“Dalam kehidupan sehari-hari saya maknai kita semua harus punya ikrar dan salah satunya yang kita kenal adalah Sumpah Pemuda. Jadi kita harus punya sebuah ketetapan hati . Untuk pemuda hubungannya untuk kebangsaan, jadi kalau kita sudah tidak punya bangsa yang satu , tidak punya bahasa yang satu , dan negara yang satu saya pikir kita sudah tidak ada artinya”
Ferry, pengajar mata kuliah Brand and Postitioning.

“Menggunakan bahasa persatuan atau bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkegiatan, dan juga selalu melakukan hal-hal berguna sekaligus menaikkan martabat bangsa kita.”
Jasey Jackson, mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Tarumanagara.

“Menurut saya, dengan meningkatkan semangat juang terutama bagi para kaum muda dari penjajahan moral yang belakangan ini semakin marak terjadi di Indonesia. Meningkatkan semangat perjuangan terutama dalam hal pendidikan.”
Jessika Karoline, mahasiswi  Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara.

“Dengan menjadikan Sumpah Pemuda itu sebagai pedoman untuk terus turut memajukan bangsa. Karena pemuda-pemudi seperti kita ini yang menjadi penerus bangsa.”
Julius Aditya, mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Tarumanagara.


“Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti yang telah kita ketahui ada tiga butir penting Sumpah Pemuda, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu. Tiga faktor ini penting bagi Negara kita.” 
Hardytio, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
(val)

Potret Hidup si Anak Kuda.

Tanpa keluh kesah bocah SD ini bekerja sebagai joki kuda wisata setiap pulang sekolah hingga petang menjelang. Sebut saja Angga, anak yang kini berusia 12 tahun itu sudah mencari nafkah sejak duduk dikelas 1 SD. Setiap hari selepas sekolah, Angga membawa kudanya untuk berkeliling disekitar villa Cimacan, Puncak Bogor.
Kuda yang biasa menemaninya bukanlah miliknya sendiri. Ia harus berjalan sejauh tiga kilometer untuk meminjam kuda tersebut. Diusianya yang masih tergolong anak – anak,ia mampu menunggang kuda dengan mahir. Menurutnya, kuda tersebut sudah jinak dan mengenalnya dengan baik.
Angga hanya mematok tarif sebesar Rp 20.000,- bagi pelanggan yang ingin menunggangi kuda yang olehnya diberi nama Isabella itu. Selama 30 menit ia membawa pelanggannya berkeliling dikebun teh Puncak dengan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Biasanya dalam sehari ia mendapatkan 2 orang pelanggan, namun terkadang ia tidak mendapatkan pelanggan sama sekali. Jika tidak mendapatkan pelanggan, ia harus pulang dengan tangan kosong. Walaupun demikian ia tetap bersyukur dan berharap esok hari akan mendapatkan rezeki yang lebih baik lagi.

Selama empat tahun menjadi joki kuda wisata, resiko tidak pernah lepas dari pekerjaannya. Karena postur tubuhnya yang kecil, Ia pernah digigit bahkan diinjak oleh kuda yang menjadi mata pencahariannya itu. “Ya gak apa – apa, paling hanya diusap – usap saja,” kata Angga. Rasa sakit ataupun lelah yang Ia dapat terbayarkan ketika berhasil membawa sejumlah uang untuk diserahkan kepada ibunya selepas senja. 
Angga adalah anak ke empat dari 5 bersaudara. Ditengah kesulitan ekonomi keluarga, ia membantu mencari nafkah semampunya. Pendapatan ayah yang bekerja sebagai kuli bangungan dan Ibu sebagai penyabit rumput divilla tidak pernah mencukupi biaya kehidupan sehari – hari mereka. Kakak – kakaknya sudah tidak lagi bersekolah. Hanya Angga dan seorang adiknya bernama Rini yang masih bersekolah di kelas 5 SD. 

Ipang, kakak sulung Angga, hanya bekerja membantu ibunya sebagai penyabit rumput. Sedangkan kedua kakak perempuannya Tia dan Santri membantu memasak dan mencuci dirumah. Adik bungsu, Rini tidaklah bekerja.
Angga tidak pernah merasa iri hati ketika melihat teman – temannya bermain sepulang sekolah. Seringkali ia hanya bisa menelan ludah dan mengusap dada ketika melihat teman – temannya membeli jajanan tetapi ia tidak bisa. Ia harus bekerja dan mencari uang. Seluruh uang hasil menjadi joki kuda wisata ia serahkan kepada ibunya. “Uangnya saya kasih Ibu buat beli makan sehari – hari, buat biaya sekolah saya sama adik juga,” ujarnya dengan lapang dada.

Walaupun keluarganya mengalami kesulitan ekonomi, Angga tidak pernah berpikir untuk meninggalkan bangku sekolah. Ia tetap menyempatkan diri untuk belajar dengan giat pada malam hari sepulang bekerja. Berharap, kehidupan keluarganya akan menjadi lebih baik.
Kedua orangtua dan adiknya menjadi motivasi utamanya utuk terus giat belajar dan bekerja. Ia tidak ingin putus sekolah seperti ketiga kakaknya. Ia juga berharap adik bungsunya dapat terus melanjutkan pendidikan. Semangat inilah yang membuat Angga tetap ceria menjalankan pekerjaan sehari – harinya sebagai joki kuda wisata.

Nasib Angga hanyalah sebuah potret kehidupan dari anak – anak “perkasa” lain yang mencari nafkah demi membantu kebutuhan ekonomi keluarganya. Cara berpikir yang jauh lebih dewasa dibandingkan umur mereka dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua. Keinginan mereka untuk bermain tidaklah berbeda dari anak-anak yang lain, hanya saja nasib belum mengijinkan. Semoga kisah hidup si anak kuda dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk mengejar cita-cita.(fic)

85 Tahun Sumpah Pemuda : Ke manakah Semangat itu?

Sumber: http://www.mqradio.com
“Buat apa sih kita belajar bahasa Indonesia? Nggak penting banget.”

“Bahasa Indonesia itu ribet banget. Bikin males belajarnya.”

Kalimat-kalimat itu seringkali tercetus dari mulut pelajar Indonesia, baik dari jenjang sekolah dasar, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi. Bahasa Indonesia selama ini dikenal sebagai momok yang menakutkan bagi pelajar yang duduk di bangku sekolah, lantaran sulit mendapatkan nilai yang bagus. Hal itu terbukti dari nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) bahasa Indonesia yang tak pernah lebih baik daripada matematika dan bahasa Inggris. Sedangkan di perguruan tinggi, bahasa Indonesia pun tidak mendapatkan tempat di hati para mahasiswa dikarenakan berbagai alasan, mulai dari banyak aturan yang rumit, dosen tidak mengajar dengan baik, hingga, “Bahasa Indonesia itu nggak keren”.

Selain telah kehilangan banyak peminat, terutama di kalangan anak muda, bahasa Indonesia juga mengalami kemunduran terutama dalam hal kualitas. Para pengguna tidak lagi menggunakan kaidah-kaidah bahasa Indonesia secara tepat, bahkan cenderung mengabaikannya.  Hal tersebut tercermin dari berbagai aspek. Seperti kepopuleran penggunaan bahenglish (percampuran antara bahasa Indonesia-Inggris) di kalangan anak muda, penulisan buku dan novel dengan EYD yang berantakan, serta buruknya pemilihan kata oleh pers. Padahal pers atau media massa merupakan salah satu sumber utama edukasi berbahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat.

Banyak dari masyarakat dewasa ini menyepelekan penggunaan bahasa Indonesia. Masyarakat telah melupakan fungsi esensial dari penggunaan bahasa Indonesia, yakni untuk menyatukan bangsa Indonesia yang bhinneka. Asa dari sumpah pemuda tampak hilang ditelan individualisme dan hedonisme. Kemerosotan ini tentu akan menyedihkan hati para pencetus Sumpah Pemuda yang dengan sekuat tenaga telah berusaha untuk membantu mencapai kemerdekaan. Delapan puluh lima tahun Sumpah Pemuda seharusnya menjadi momen yang tepat bagi masyarakat, dimulai dari generasi muda, untuk kembali merajut persatuan melalui kecintaannya terhadap bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia di Mata Internasional

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.”


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar RI Pasal 36. Penggunaannya diresmikan pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bahasa Indonesia juga disebut sebagai bahasa persatuan seperti yang tertuang dalam isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Pada saat itu penggunaan Bahasa Indonesia berfungsi untuk memberi kesadaran bahwa rakyat harus bersatu agar dapat melawan penjajah. Pada perkembangannya kini, bahasa Indonesia cukup populer di mancanegara meskipun mendapat predikat sebagai bahasa ketiga tersulit di Asia. Beberapa negara yang memiliki universitas dengan jurusan bahasa Indonesia antara lain Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan Vietnam.(mau) 

Sabtu, 26 Oktober 2013

Sri, Hidup untuk Berbagi

Sri (kanan) saat mengajar anak putus sekolah
Di daerah kecil di sekitar Tangerang, Banten yang jauh dari keramaian kota tinggal seorang ibu yang hidup untuk meniti harapan. Sriyatmo (58) atau biasa dipanggil Sri mendedikasikan dirinya mengajar anak-anak yang putus sekolah. Dalam keterbatasannya, tak pernah ia mengeluh apalagi berputus asa. Halaman rumahnya yang hanya dilapisi bambu-bambu dan atap yang terbuat dari asbes cukup menampung sekitar 30 anak.

Sri tidak sendiri dalam mengajar anak-anak. Sri bergabung bersama Yayasan Dutasia yang bergerak di bidang sosial.Langkah inilah yang mendorong aku untuk mengajak para warga untuk membangun Taman Baca Sintanala” ujar Sri.

Setiap harinya Sri bersama suaminya, Yatmo (56). hanya mengandalkan sebuah warung kecil untuk memenuhi kebutuhannya. Meskipun mengandalkan warung, pasangan Sri dan Yatmo mampu menyekolahkan kedua anaknya yang saat ini duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sri merupakan mantan penderita kusta. Meskipun begitu, tak pernah terlintas dalam dirinya merasa  rendah diri terhadap pandangan orang-orang sekitarnya. Justru baginya, ini  merupakan awal untuk dapat memotivasi orang yang berada disekitarnya  agar tidak mudah menyerah.

Kegiatan saya selain mengajar dan menjadi seorang ibu, saya juga aktif dalam seminar-seminar untuk memberikan motivasi bahwa penyakit kusta bukan sebuah penyakit menular dan harus ditakuti. Bagi saya sekarang adalah bagaimana para penderita kusta dapat bangkit lagi dan tidak dipandang rendah lagi oleh masyarakat” ujar ibu Sri.(bim)

Menyulap Bakau Busuk menjadi Batik

Cahyadi (Kiri) bersama 3 modelnya
Satu lagi karya anak bangsa yang patut diapresiasi, batik bakau. Lahir dari tangan pemuda asal Semarang Cahyadi A. Kurniawan (22 tahun), buah bakau yang busuk dipanennya menjadi batik bernilai ekonomis tinggi.

Ditemui dalam ajang tahunan Social Media Festival “Dare to Share” di FX Sudirman pada 12-13 Oktober 2013, Cahyadi lengkap dengan kostum batiknya, mengenalkan kepada pengunjung akan salah satu manfaat ekonomis yang dimiliki oleh mangrove. Berbekal ilmu kelautan dan keterampilan memotif batik, pemuda yang juga tergabung dalam komunitas sukarelawan mangrove (KeMANGTEER) ini menuturkan bahwa batik bakau merupakan batik yang ramah lingkungan karena berasal dari pewarna alami, yakni dari serasah propagul sehingga limbahnya cenderung  aman.

Uniknya, batik bakau ini bukan saja warnanya yang dibuat dari bakau, motif yang diukirkan juga menggambarkan mangrove itu sendiri. Namun tahukah kalian bagaimana proses pembuatannya hingga menjadi batik utuh?

Pewarna Alami
Nama batik bakau diambil dari bahan dasar pewarna alam yang digunakan dalam proses pembuatannya. Kecambah mangrove yang bertebaran di pesisir pantai atau biasa disebut propagul dipungut Cahyadi dan kawan-kawan sebagai bahan utamanya. Dalam pemilihannya, propagul yang diambil harus benar-benar yang sudah jatuh dan tergeletak begitu saja di pesisir pantai. Pasalnya, propagul merupakan bibit mangrove. Dengan demikian, propagul yang jatuh terbenam ke lumpur, dibiarkan agar bertumbuh. Sementara yang jatuhnya tidak sampai terbenam ke lumpur sehingga terbawa arus pasang dan membusuk di daratan itulah yang boleh diambil menjadi bahan dasar pewarna alam batik bakau.

Berawal dari sistem trial and error alias coba-coba, Cahyadi yang sempat berguru pada penggiat motif mangrove di Surabaya ini bereksperimen terhadap pelbagai jenis mangrove. 6 bulan berlalu, eksperimennya pun membuahkan hasil. Mangrove jenis Apiculata, Mucronata dan Stylosa teruji mampu menghasilkan pewarna alami yang baik untuk batik.

Proses pengolahan bakau busuk menjadi pewarna alam terbilang mudah. Serasah propagul dijemur selama 2-3 hari. Setelah kering, propagul dapat dimasukkan ke dalam dandang berisi air mendidih. Proses perebusan dilakukan sekitar 4 jam. Hasilnya, saat dandang dibuka terhirup aroma jamu yang cukup kuat.
Kendala baru terjadi ketika menyocokkan warna tersebut ke dalam batik. “Karena yang digunakan pewarna alami bukan pewarna tekstil, warna yang dihasilkan tidak bisa sama persis,” jelasnya. Selain itu, demi mendapatkan warna yang diinginkan, batik tersebut harus dicelup 5 sampai 6 kali. Dicelup pun tidak langsung celup. Celup sekali, keringkan. Setelah kering, celup lagi, kemudian dijemur. Celup-jemur, celup-jemur, begitu seterusnya hingga memperoleh warna yang diinginkan.

“Sekilo propagul lebih kurang dapat mencetak 5 lembar batik berukuran 2m x 1,5m,” terang Cahyadi.
Saat ditanya mengenai takaran pastinya, Cahyadi menjawab ragu-ragu, “waduh, enggak pernah saya ukur sih. Cuma memang ada ember dan dandang khususnya. Sekilo propagul bisa menghabiskan 3 ember air.”
“Ya, kira-kira seginilah embernya,” tambah Cahyadi sambil mengira-ngira dengan kedua tangannya ukuran ember tersebut. Ukurannya sedang namun sayang tidak dapat dipastikan.
Hingga kini, pembuatan batik bakau ini masih mengandalkan tenaga pengrajin di Kampung Batik Semarang. Bersama 10 orang lain dalam timnya, Cahyadi memotif batik bakau tersebut di Semarang baru kemudian diimpor ke Jakarta melalui KeMANGTEER.

“Sejauh ini produksi batik bakau ini masih ditangani oleh KeMANGTEER di Semarang. Di Jakarta peralatannya masih kurang memadai. Ditambah lagi, spesies mangrove yang ada di Jakarta masih kurang variatif,“ ungkap Reza Ramadhan, wakil ketua KeMANGTEER Jakarta periode 2013/2014.
Setelah menekuni batik bakau ini selama 2 tahun, Cahyadi masih terus bereksperimen. Warna yang dihasilkan bakau kini masih terbatas pada warna coklat hingga hitam. Guna mendapatkan warna-warna alam lain dari bakau, Cahyadi dan kawan-kawan bertekad untuk terus menggali potensi bakau di Indonesia.
Dengan adanya batik bakau ini, Cahyadi selaku pelopor batik bakau berharap animo masyarakat akan batik alam lebih tinggi. “Yang dinamakan batik bukan motifnya tapi batiknya.”

Fantastis
Minggu siang, 13 Oktober 2013, batik bakau dipamerkan di atas catwalk. Para model berlenggak-lenggok memperkenalkan batik bakau rancangan Cahyadi. Hilir mudik, batik legenda, batik tulis dan batik cap melenggang memukau para pengunjung.

Cahyadi mengakui, biasanya batik bakau ini menjadi sabetan kolektor-kolektor batik. Oleh karena itulah, harga yang dibanderol terbilang fantastis untuk ukuran kocek mahasiswa. Batik cap ukuran 2m x 1,5 m misalnya, diusung seharga minimal Rp. 250.000,00; batik tulis sekitar Rp. 4.000.000, 00 dan batik legenda seharga lebih dari Rp. 5.000.000,00.

Wow, tertarik untuk membeli?

Sebuah tulisan dari kontributor kami, Silviana Dharma.

Minggu, 20 Oktober 2013

Pesan yang Lantang dalam Itong si Hiu

Ada hiu di FX Senayan! Berbeda dari biasanya, predator laut yang menyeramkan ini tampil sangat mencolok dan menggemaskan. Berbadan biru besar, begigi tonggos serta mata berkaca-kaca ini sibuk berkeliling ditengah-tengah keramaian orang yang sedang mengunjungi booth-booth dalam ajang kopi darat komunitas terbesar di Indonesia, Social Media Festival (SocMed Fest) pada 12-13 Oktober 2013.

Tak ayal Hiu besar ini menarik perhatian pengunjung.  Bukannya takut dan melarikan diri para pengunjung yang berasal dari berbagai kalangan  ini malah memeluk, mencium bahkan bergantian menunggu giliran untuk mengabadikan gambar. Hiu yang biasanya mempunyai momok menyeramkan kali ini menjadi sosok sahabat yang menyenangkan

ITONG SI HIU

Ternyata Hiu ini bernama Itong, ia merupakan badut yang menjadi icon dari #SaveShark Indonesia dalam mengkomunikasikan kampanyenya tentang kelestarian dan perlindungan salah satu predator laut ini.


Ditemui selepas Talkshow tentang komunitasnya dalam SocMed Fest. Riyani Djangkaru, mantan Presenter acara Traveling yang sempat booming di tahun 2002 dengan program acara Jejak Petualang, kini menjadi penggagas kampanye #SaveShark di Indonesia. Ia membagi sepenggal cerita tentang usahanya dalam perlindungan hiu.

“Itong ini sebagai Icon untuk lebih mudah menkomunikasikan pesan kita” ujarnya. Citra hiu yang ganas, pembunuh manusia dan haus darah membuat orang tidak yakin bahwa predator laut ini terancam keberadaannya. Oleh karena itu, Riyani menciptakan tokoh Itong untuk membuat citra hiu yang lucu dan baik sehingga keberadaanya hiu menjadi dekat kepada masyarakat. Tak kenal maka tak sayang. Jika sudah dekat keberadaannya maka orang dapat mulai belajar menyayangi dan menjaganya.

MENYELAMATKAN HIU BERATI MENYELAMATKAN BAKWAN UDANG.

Indonesia merupakan eksportir sirip hiu terbesar di Dunia. Salah satu yang menyebabkannya adalah tren baru yang berkembang khususnya kalangan atas dalam mengkonsumsi daging atau olahan sirip hiu.
Karena permintaanya yang marak akhirnya nelayan melakukan perburuan terhadap hiu. Kadang-kadang para nelayan hanya memotong sirip hiu. Lalu hiu yang masih hidup saat dipotong siripnya dikembalian ke laut. Bukanya lantas hidup hiu tanpa sirip ini tak berdaya menunggu ajal, karena itulah banyak ditemui hiu yang mati dalam dasar laut, tanpa sirip.
“Beberapa populasi hiu sudah menurun hingga 99% dalam 50 tahun terakhir” jelas Riyani.
Padahal Hiu adalah predator yang menduduki tempat teratas dalam piramida rantai makanan. Keberadaanya sangat berpengaruh dengan keseimbangan ekosistem laut

“lo percaya ga nyelamatin hiu berati nyelamatin bakwan udang yang lo makan?” tanyanya sedikit tertawa.
Tanpa hiu sebagai predator puncak, ekosistem dapat berubah dan menurunkan tingkat produktifitasnya. Sebab, apa yang terjadi pada hiu itu terjadi di bawahnya. ikan di bawahnya akan kelebihan populasi dan membuat rantai terbawah seperti udang dan cumi menjadi langka dilautan.

Bersama #SaveShark Riyani mencoba merubah tren dari mengkonsumsi menjadi menyelamatkan hiu. Tren itu dibentuk melalui ranah online dan offline ia mempopulerkan hastag #SaveShark yang menjadi amat terkenal di media Sosial twitter.

Kampanye juga dilakukan hingga masuk kebidang lifestyle dengan branding image pesan penyelamatan hiu melalui fashion yang dipakai seperti baju, topi dan gelang.
“Harapannya si cuma satu, orang Indonesia bisa lebih bijak dengan isu kelautan” tegasnya. (rez)

Kamis, 03 Oktober 2013

10 Tips Merawat Batik Kesayanganmu

Kain apa yang menjadi ciri khas dari kebudayaan Indonesia ?
Yah! benar banget! kain batik.
Hampir 90% orang Indonesia menggunakan batik sebagai pakaian resmi dalam tiap acara dan kesempatan. Apalagi batik buatan Indonesia sangat terkenal dengan keindahan corak serta warnanya, sampai-sampai nih ada beberapa negara lo yang ngaku-ngaku kalau kain batik itu ciri khas dari negara mereka. Nah, buat kalian yang ingin merawat batik kesayangan biar tetap bagus, berikut beberapa tips kecil untuk merawat keindahan batik kalian:

1. Ketika mencuci gunakanlah sabun pencuci khusus untuk kain batik ( banyak dijualan di pasaran kok ).
2. Tapi kalau tidak ketemu, cucilah kain batik dengan sampo rambut. Caranya, larutkan sampo di air dan celupkan kain batik yang ingin dibersihkan.
3. Mencuci batik juga bisa dengan menggunakan buah lerak atau daun tanaman dilem yang sudah direndam air hangat.
4. Jangan pernah menggunakan detergen dan jangan digosok. Jika batik tak terlalu kotor, cukup di rendam dengani air hangat.
5. Untuk hasil lebih memuaskan sebaiknya jangan mencuci batik dengan mesin cuci. Gunakanlah tangan kalian sendiri.
6. Saat menjemurnya, batik yang basah tak usah diperas. Dan jangan menjemurnya langsung di bawah sinar matahari. Jemurlah di tempat teduh.
7. Jika sudah dijemur, hindari menyetrika batik secara langsung. Jika batik tampak sangat kusut, semprotkan sedikit air di atas kain batik lalu letakan sehelai alas kain di atasnya, baru diseterika.
8. Jangan semprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain batik.
9. Simpan batik kesayangan Anda dalam plastik agar tak dimakan ngengat saat disimpan di dalam lemari.
10. Jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini sangat keras dan bisa merusak batik.

Sekian tips-tips perawatan batik. Semoga berguna untuk kalian yang cinta batik. J
(fer)

Rabu, 02 Oktober 2013

Co-League Fikom Untar, Generasi Muda Penerus Bangsa

Peserta Co-League 2013
Pada tanggal 27-29 September lalu, mahasiswa/i Fikom Untar angkatan 2013 mengikuti Communication League atau Co-League. Acara ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang bernama Makrab atau malam keakraban. Co-League yang mengambil tema “Generasi Muda Penerus Bangsa” ini merupakan kegiatan pertama bagi mahasiswa/i baru angkatan 2013 Fikom Untar. Acara ini  diikuti oleh 63 peserta dan diselenggarakan di Villa Coolibah Kompleks 38, Cimacan.

Games Seru
Risman Purba, lagi-lagi dipercaya sebagai pengisi acara malam keakraban tahun ini dengan tema yang sama yaitu  “Brain Power”. Peserta terlihat sangat menikmati sesi ini, terutama ketika Risman Purba menutup sesinya dengan praktek kekuatan pikiran yaitu, memecahkan keramik menggunakan bohlam tanpa memecahkan bohlam tersebut.

Di hari kedua, sesi pertama diisi oleh salah satu dosen Fikom Untar, Doddy Salman dengan tema “ It’s You”. Setelah diselingi games oleh Charlie dan Indra selaku MC, Co-League dilanjutkan dengan games outdoor. Peserta yang sudah dibagi-bagi menjadi kelompok bertemakan super hero,satu persatu menuju pos-pos yang telah disediakan panitia. Pada sesi malam, panitia mengadakan talent night dengan menghadirkan Elwi Gito, Jessica Bernadetta dan Fransisca Kosasih sebagai juri. Talent Show berlangsung sangat seru karena ada battle dance antara panitia dan peserta. Pihak panitia diwakili oleh Kartika, Indra dan Claudia sedangkan dari peserta diwakilkan oleh Stevanus, Rio dan V-yusz.

Co-League ditutup dengan acara api unggun. Panitia juga membuat pemilihan panitia tercantik, terganteng, terbaik, terlucu dan tergalak. Yang masing-masing jatuh kepada Priska Nathanael, Indra, Marco, Charlie dan Dian. Tidak hanya itu dari pihak peserta, Tasya dan Andre Lukito dipilih sebagai peserta terbaik.

Salah satu peserta yang bernama Juan berpendapat “Awalnya saya dengar dari beberapa orang, Kalau ini acara untuk memplonco juniornya, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba, Kemudian saya daftar, dan ternyata acara ini keren banget, semuanya seru-seruan disini.”


Cemara selaku Ketua Pelaksana mengatakan “Terima kasih untuk peserta yang sudah memberikan kepercayaan kepada panitia untuk acara ini. Dan harapan aku, untuk peserta dapat sesuatu yang baru supaya ketika kalian pulang itu tidak sama seperti ketika kalian datang”.(yoh)

Wawancara Khusus Hari Batik Nasional

Hari ini, tanggal 2 Oktober 2013 merupakan Hari Batik Nasional. Sejak ditetapakan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi milik Indonesia, Batik telah menjadi ciri khas budaya Indonesia. Kali ini, Oranye akan menyajikan wawancara dengan salah satu dosen Fikom Untar yang kesehariannya sering menggunakan batik, yaitu Doddy Salman. Ditemui di sela-sela kegiatan mengajarnya, Doddy bercerita banyak tentang batik.

Doddy Salman
Seberapa sering Anda menggunakan batik?
Sekitar 3-4 kali seminggu dan untuk acara formil.

Apa makna batik dimata Anda?
Batik adalah hasil dari produk indonesia, ciri khas. Setiap wilayah punya batik. Batik cocok dengan iklim Indonesia dibandingkan dengan jas. Tidak cuma di Indonesia, di luar juga ada yang bangga dengan batik. Salah satu orang luar yang bangga dengan batik adalah Nelson Mandela. Kalau ke Indonesia suka menggunakan batik. Waktu itu dikasih batik oleh Pak Soeharto.Maka, kalau mau pilih duta internasional untuk Batik, Nelson Mandela cocok.

Malaysia sempat mengklaim batik sebagai budaya mereka, tanggapan Anda?
Mungkin Malaysia punya batik sendiri, kita juga tidak tahu. Karena kakek moyang Malaysia yang merupakan orang indonesia juga banyak. Persoalan ini lebih condong ke aspek hukum. Saran saya, segala sesuatu yang berkaitan dengan hak cipta harus segera didaftarkan, didokumentasikan. Karena, prinsip hukum hak cipta adalah siapa yang pertama kali mendaftarkannya.

Banyak anak muda Indonesia yang tidak peduli terhadap batik di Indonesia, tanggapan Anda?
Batik saat ini dapat diaplikasikan dalam banyak hal, seperti motif batik di laptop  atau telepon gengam. Itulah yang harus dipikirkan oleh produsen batik  supaya kalangan muda tetap bisa memakai batik.

Apa pesan Anda terhadap mahasiswa agar lebih peduli batik?

Mahasiswa harus terlebih dahulu paham mengenai sejarahnya. Mahasiwa bisa datang ke tempat pembuatan batik agar tercipta rasa kepemilikan. Perlu diingat, bukan berarti kalau anda memakai batik anda nasionalis dan orang yang tidak memakai batik tidak nasionalis. Yang penting adalah tindakan. Batik hanya merupakan salah satu indikator saja.(har)