Pages

Kamis, 27 Februari 2014

Memotret Rumah Akar

Peserta Hunting I-Focus
Indonesia memiliki kekayaan destinasi yang tidak hanya menjadi tujuan wisata tapi juga obyek bagi para pecinta fotografi. Salah satunya adalah Kawasan Wisata Kota Tua yang memberikan pengalaman menelusuri jejak Batavia bagi setiap pengunjungnya.


Tak pelak Kawasan Wisata Kota Tua menjadi lokasi yang tepat bagi para pecinta fotografi untuk mengasah kemampuan fotografi atau sekedar menyalurkan hobi. I-Focus, lembaga minat bakat pecinta fotografi Fikom Untar memanfaatkan Kawasan Wisata Kota Tua tepatnya di Rumah Akar sebagai lokasi pemotretan. Acara yang digelar pada hari Minggu (23/2) menghadirkan dua model sebagai obyek foto dengan Rumah Akar sebagai latar.

Acara yang dihadiri oleh 12 anggota I-Focus turut dihadiri oleh Ketua BEM, Satrio. “Kegiatan ini sangat memberikan pengalaman bagi teman-teman baru angkatan 2013 dan diharapkan kegiatan terus diadakan sehingga mampu meningkatkan kemampuan para anggotanya.” Ujar Satrio.


Steven, Ketua I-Focus mengungkapkan bahwa acara ini ditujukan untuk mengakrabkan anggota I-Focus. “Selain itu juga mengajarkan bagaimana bermain dengan teknik aviable light, begitu juga   dengan foto close-up outdoor bahwa itu tidak mudah.” Tambahnya. Salam jepret.

Merebut Suara Pemilih Muda

Koran Sindo mengadakan Round Table Discussion bertemakan "Adu Strategi Parpol Rebut Suara Pemilih Pemula"  yang diadakan di Gedung Sindo pada hari rabu (26/2) dan menghadirkan perwakilan dari partai politik di Indonesia. Selain itu, hadir juga perwakilan dari beberapa organisasi pemuda seperti ketua HMI, anggota relawan turun tangan, dan kalangan mahasiswa. Oranye sendiri diundang sebagai lembaga pers mahasiswa yang mewakili suara mahasiswa.

Boni Hargens, pengamat politik

Willy Aditya, Nasdem

Aryo Djojohadikusumo, Gerindra

Selasa, 25 Februari 2014

Hutan Indonesia Makin Gundul!

….
Sungguh Indah Tanah Air Beta
Tiada Bandingnya  Di Dunia
Karya Indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi Bangsa Yang Memujinya
...
(Indonesia Pusaka karangan Ismail Marzuki)

Potongan lirik lagu Indonesia Pusaka karangan Ismail Marzuki di atas berusaha menyadarkan kita akan kekayaan dan keindahan alam Indonesia. Tapi akankah tetap seperti itu? Nyatanya, kerusakan lingkungan di Indonesia telah mencapai titik kritis. Pada tahun 2013 lalu, Kementerian Kehutanan Indonesia merilis data kerugian negara akibat pembalakan liar mencapai 1,17 triliun rupiah. Selain itu, sekitar 27,1 hektar hutan di Indonesia berada dalam status rawan dari ancaman deforestasi dan degradasi lingkungan.

Keprihatinan terhadap maraknya pembalakan liar menjadi topik utama Talkshow Reward and Punishment Ilegal Logging (21/2) yang diadakan di Universitas Tarumanagara. Pembalakan liar ditenggarai sebagai penyebab utama perubahan iklim yang melanda berbagai belahan dunia.

Indonesia memegang peranan penting sebagai paru-paru dunia. Indonesia menyandang peringkat ketiga setelah Brazil dan Kongo sebagai negara dengan luas hutan terluas. Ironisnya, Indonesia juga menyandang “gelar” sebagai negara perusak hutan tercepat di dunia.

Chief of Party SIAP II, Fatin Hanif dalam kesempatan ini mengatakan bahwa kejahatan hutan merupakan kejahatan terorganisir.
“Orang yang menebang kayu di hutan ketika membawanya ke (Pulau) Jawa atau pulau lain bahkan negara lain tidak mungkin sendiri, pasti terdapat sistem yang menyokongnya.” Jelasnya.

Lanjutnya, terdapat 4 faktor yang menyebabkan begitu ramainya pembalakan liar yang terjadi di Indonesia. Keempat faktor itu antara lain permintaan kayu yang tinggi, hutan dicaplok untuk dijadikan lahan sawit, penegakan hukum yang lemah, dan  “perselingkuhan” antara pejabat dan pengusaha.

Turut hadir pula juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi. Johan memaparkan bahwa KPK telah menyelesaikan 6 kasus tentang kehutanan dengan kerugian negara mencapai puluhan triliun. Johan Budi menekankan bahwa KPK akan menindak hanya para penegak hukum dan para penyelenggara negara.

John Kerry: Indonesia rentan


Keprihatinan yang sama ditunjukkan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry saat berkunjung ke Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta. Dalam kesempatan ini, John Kerry mengatakan bahwa  Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia merupakan daerah yang rentan akan dampak perubahan iklim, khususnya kenaikan permukaan air laut sebagai dampak perubahan iklim tersebut.

"Berdasarkan hasil riset, dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini, permukaan air laut telah menunjukan kenaikan yang signifikan," ujar Kerry yang juga mengaskan bahwa penanganan perubahan iklim ini tidak dapat diperdebatkan lagi, dan harus segera ditangani.

"Tidak ada jumlah yang terlalu mahal untuk mencari cara menangani dampak perubahan iklim ini daripada tidak melakukannya sama sekali, untuk kelangsungan dunia," tambah Kerry.(tik)