Pages

Kamis, 28 Agustus 2014

Ketua MK Mengaku Tidak Gunakan Ijazah

Jakarta- Menjadi hakim anggota bahkan Ketua Mahkamah Konstitusi sebelumnya tidak pernah dicita-citakan Hamdan Zoelva. Demikian ungkap beliau dalam program siaran TV Mata Najwa bertema "Di Balik Pilar Konstitusi" yang ditayangkan pada Kamis, 28 Agustus 2014 di halaman depan gedung Mahkamah Konstitusi.

Kepada Mata Najwa, Hamdan mengaku bercita-cita menjadi dosen. Sejak berkuliah di Universitas Hasanuddin, Hamdan aktif berorganisasi dan dipercaya menjadi asisten dosen di 3 perguruan tinggi, Fakultas Hukum Internasional UnHas,  FH. Universitas Muslim Indonesia, dan Fakultas Syari'ah IAIN Alauddin Makassar. 

Keberhasilan yang diraih oleh Hamdan tidak lepas dari bimbingan dosennya selama beliau kuliah. Berkat saran Said Nizar, dosen pembimbingnya di UnHas, Hamdan berangkat ke Jakarta dan melamar ke Law Office OC. Kaligis & Associates Jakarta sebagai asisten pengacara dan konsultan hukum pada  tahun 1987-1990. Sebelum akhirnya membuka kantor hukum sendiri, Law Firm SPJH (Sri Haryanti Akadijati, Poltak Hutajulu, Juniver Girsang, Hamdan Zoelva, dan Januardi S. Hariwibowo).

Tidak banyak yang tahu bahwa selama Hamdan melamar pekerjaan sebagai pengacara, beliau tidak pernah sekalipun menunjukkan ijazah kuliahnya. "Ketika beliau suruh saya ke Jakarta. Saya datang duluan, beliau belakangan. Beliau temui saya di Rumah Susun Tanah Abang."Hamdan bingung, "mau ke mana?" Dijawab santai oleh dosennya, "Yuk kita jalan saja." Lanjutnya, "diantarkan saya ke kantor OC Kaligis. Hari itu dikenalkan, hari itu juga saya diminta untuk kerja. Jadi saya tidak pernah menggunakan ijazah dengan cara melamar."

Pada sesi yang terakhir, Najwa membahas tentang daya tarik yang dimiliki Hamdan. Tidak hanya dikalangan ibu-ibu, bahkan banyak perempuan muda yang sangat kagum dengan ketampanannya. Tetapi Hamdan tidak merasa risih dengan itu, justru hal tersebut ditanggapi secara positif. Beliau menjadi bersemangat untuk melakukan pekerjaannya sebaik mungkin dan tidak ingin mengecawakan para fans-nya. Hamdan berusaha untuk tahan dengan godaan-godaan yang ada, terutama godaan uang. Beliau berkata bahwa uang dapat dicari, tetapi yang terpenting adalah menjaga kehormatan dan nama baik.

Penulis  : Linsye Linori Tanama
Editor    : Silviana Dharma

Hamdan Zoelva: Godaan Terbesar Adalah Uang

Lokasi Tapping Mata Najwa di MK
Jakarta - Setelah sebelumnya dipenuhi oleh para pendukung Prabowo-Hatta yang menunggu hasil putusan sidang sengketa hasil pilpres 2014 pada Kamis (22/8) lalu, kali ini Mahkahmah Konstitusi kembali menjadi lautan manusia. Pasalnya, Rabu (27/8), gedung MK menjadi lokasi syuting program Mata Najwa yang disiarkan oleh Metro TV.

Program yang bertemakan “Mata Najwa Spesial: Di Balik Pilar Konstitusi” ini dihadiri oleh ratusan penonton, kebanyakan dari kalangan mahasiswa. Hamdan Zoelva, ketua MK 2013-2016, menjadi narasumber dalam program tersebut. Selain membahas tentang hasil putusan pilpres yang diambil MK, Najwa Shihab, selaku pembawa acara juga menanyai tentang kasus korupsi yang melibatkan mantan ketua MK, Akil Mochtar.

Godaan terbesar salah satunya, uang. Kalau tidak kuat iman, integritas dan moral, jadi mudah terpengaruh,” jawab Hamdan Zoelva saat ditanyai mengenai apakah beliau akan turut tersangkut kasus korupsi atau tidak. Selain itu, Hamdan Zoelva juga mengakui, pasca kasus korupsi yang dilakukan mantan ketuanya, Akil Mochtar, MK membutuhkan waktu kurang lebih tujuh bulan untuk recovery dan memperbaiki keyakinan masyarakat terhadap kinerja MK.

“Bagi saya jadi hakim itu kehormatan bukan uang. Uang bisa dicari,” tutur Ketua MK yang sekarang sedang menjadi idola para kaum hawa tersebut. 

Penulis     : Violetta Chihiro
Editor       : Silviana Dharma

Senin, 25 Agustus 2014

Jadi TV Presenter, Siapa Takut?

Doc. I-Focus.
Dari kiri ke kanan: Christian A. Pangabean, Nirma Yunita, lova dan Ellyza Hasan.
Senin (25/8), Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara (FIKom Untar) berkerjasama dengan Communicasting Academy menyelenggarakan “Workshop TV Presenter”. Berlokasi di gedung utama Kampus 1 Untar lantai 11 ruang 1106B, News Anchor Berita Satu Ellyza Hasan dan Presenter TVRI Christian A. Panggabean dihadirkan sebagai pembicara dalam lokakarya tersebut.

Lokakarya yang dihadiri oleh 81 mahasiswa FIKom Untar ini membahas dan mengajarkan tentang  dunia penyiaran, pentingnya komunikasi dalam dunia kerja, permasalahan yang dihadapi public speaker, serta syarat-syarat menjadi TV Presenter

Menurut keterangan mantan Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FIKom Untar Satrio selaku penyelenggara, tujuan kedatangan Communicasting Academy ialah mengembangkan potensi mahasiswa-mahasiswi FIKom Untar dibidang Public Speaking, khususnya sebagai TV Presenter, memberikan pelatihan langsung kepada mahasiswa-mahasiswi ilmu komunikasi langsung dari para praktisi profesional, selain juga mengenalkan Communicasting Academy itu sendiri di kalangan universitas.

"Menurut Penelitian di Amerika, Glossophobia atau ketakutan berbicara di depan umum termasuk 3 fobia terbesar. Mengalahkan fobia takut mati dan takut miskin," ujar Christian. 

Berbicara pada dasarnya adalah perihal mudah menurut Ellyza. Bahkan berbicara adalah proses alamiah. "Yang perlu dikaji selanjutnya ialah bagaimana berbicara yang baik dan benar." 

Melalui lokakarya ini, diharapkan peserta termotivasi untuk berani tampil di depan umum dan berbicara kepada publik dengan benar. Mengenai grogi atau demam panggung, COO Communicasting Academy Christian A. Pangabean menjawab, "tidak akan bisa berbicara tanpa ada wawasan. Jadikan rasa grogi itu sebagai teman. Terlalu percaya diri justru menimbulkan kesalahan yang lebih besar. Jadi, grogi itu wajar."

Selain mendengarkan sharing dari kedua pembicara kondang tersebut, peserta juga diajak berunjuk aksi sebagai news presenter. Ketua Oranye Nirma Yunita dan Lova (mahasiswi FIKom angkatan 2014) memberanikan diri tampil sebagai news presenter dadakan. Meskipun masih banyak kekurangan, usaha keduanya dihargai masing-masing sebuah radio.

Mau jadi TV Presenter, siapa takut? Kuncinya ialah P3K, persiapan, persiapan, persiapan dan ketekunan.

Penulis         : Tania Reliana
Editor           : Silviana Dharma