Pages

Senin, 31 Oktober 2016

DIVONIS 20 TAHUN, JESSICA AJUKAN BANDING







Jessica Kumala Wongso dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Kamis, 27 Oktober 2016. Ia dinyatakan terbukti bersalah melakukan pembunuhan secara berencana terhadap Wayan Mirna Salihin.
Hukuman tersebut sesuai dengan tuntutan jaksa penuntut umum sebelumnya. Jessica dinyatakan terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap Wayan Mirna Salihin, teman semasa kuliahnya di Australia.
Pembunuhan itu bermula ketika Jessica mengajak Mirna, Hani, dan Vera untuk reuni lantaran sudah lama tak berjumpa. Pertemuan tersebut terjadi pada 6 Januari 2016 di kafe Olivier, Jakarta. Jessica datang lebih dulu dan memesankan tempat di meja nomor 54.Jessica juga memesankan es kopi Vietnam untuk Mirna Wayan Salihin. Minuman itu kemudian diminum Mirna dan mengakibatkan kejang-kejang seketika, mulut Mirna pun juga mengeluarkan busa.
Mirna meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Abdi Waluyo. Setelah diperiksa, di dalam lambung Mirna ditemukan racun sianida sebesar 0,02 miligram. Pada 30 Januari 2016, polisi menangkap Jessica dan menetapkan statusnya sebagai tersangka.

Jessica memprotes vonis 20 tahun penjara. Baginya putusan ini tidak adil. "Saya tidak terima atas putusan ini karena sangat tidak adil dan sangat berpihak," ujar Jessica dalam persidangan Kamis (27/10).Sementara itu, ketua tim penasihat hukum Jessica, Otto Hasibuan menyatakan akan mengajukan banding. Jessica menegaskan putusan itu tidak netral."Karena putusan ini tidak berdasarkan hukum dan lonceng kematian keadilan maka kami nyatakan banding," ujar Otto.


Penulis : Citra
Editor : Yusrina Zulfa


KERETA API TERAKHIR

          Film lawas yang mengangkat kisah tentang gagalnya Perjanjian Linggarjati ini disutradarai oleh Mochtar Soemodimedjo, film ini diproduksi pada tahun 1981. Film yang bertemakan romansa perjuangan ini diangkat dari novel yang berjudul sama karya Pandir Kelana. Mengisahkan tentang seorang tentara yang bernama Firman, yang bertugas untuk mengawasi kereta tujuan Purwokerto-Jogjakarta, saat itu Indonesia masih dalam keadaan labil pasca kemerdekaan (1945-1950), ketika Belanda masih belum sepenuhnya rela melepaskan kemerdekaan bagi Indonesia masih terus melakukan intervensi di berbagai wilayah. Salah satu incaran Belanda adalah jalur perkereta-apian, karena pada saat itu kereta api merupakan transportasi penting bagi kebutuhan negara. Letnan Sudadi berangkat bersama kereta pertama, sementara Letnan Firman dan Sersan Tobing mengawal kereta terakhir, kereta terakhir bukan saja berisikan penumpang biasa namun juga berkas-berkas penting negara, Para Letnan bekerkasama dengan Jend. Gatot Subroto pada saat mengamankan keberangkatan kereta api terakhir.






            Film yang diproduksi PPFN (Pusat Produksi Film Negara) bekerjasama dengan PJKA (kini PT KAI) ini digarap dengan cukup apik, dan merupakan saksi bisu sejarah yang mampu menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi generasi muda untuk mengenal sejarah kemerdekaan.



Penulis : Yusrina Zulfa
Editor : Yuzrina Zulfa

Minggu, 02 Oktober 2016

CNN Meet Up! #4


        Rabu (28/9), pukul 12.00 WIB, Auditorium lantai 8 Gedung M Universitas Tarumanagara, CNN Indonesia bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (BEM FiKom) Universitas Tarumanagara mengadakan acara CNN MeetUp! yang bertajuk “Newsroom Sessions”. 

     Acara yang dihadiri sekitar 400 peserta ini dibuka dengan penampilan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara (FIKom UNTAR), dan dilanjutkan  kata sambutan dari Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Tarumanagara, Dr. Riris Loisa M.Si. dan juga Rektor Universitas Tarumanagara, Prof.Dr.Agustinus Purna Irawan, S.T., M.T.


Penampilan Mahasiswa FIKom Untar


Sambutan dari Rektor Untar, Prof.Dr.Agustinus Purna Irawan, S.T., M.T.


Acara terbagi menjadi dua sesi , dimana di setiap sesi para peserta diberi kesempatan untuk bertanya. Sesi pertama dipandu oleh H.H. Daniel Tambuarian, S.Sos, M.Si dengan pembicara Desi Anwar yang membahas “Adaptasi Jurnalis Televisi di Era Digital”.  Desi Anwar berbagi pengalaman sepak terjangnya di dunia jurnalistik hingga memberikan tips-tips bagaimana cara membangun karir berjurnalistik.

Desi Anwar pada sesi pertama

Sesi kedua diisi oleh Prabu Revolusi dan Annisa Pagih yang berbagi pengalaman dengan bahasan “Menguasai Public Speaking Sebagai Langkah Awal Menjadi Seorang News Anchor”.


Prabu Revolusi dan Annisa Pagih

Disini mereka berbagi cara menjadi news anchor yang baik dari mengatasi grogi hingga bagaimana cara mengendalikan emosi saat berada di lokasi kejadian.

“Public Speakers itu dulunya tidak sebagus dan selancar mereka berbicara di depan layaknya sekarang, mereka harus berlatih penuh agar bisa menjadi public speakers yang baik di depan umum.  All great speakers were bad speakers at first”, Ungkap Prabu.

          Setelah sesi, ada games yang dipandu oleh MC dan acara di akhiri dengan pembagian sertifikat dan snack.


Foto bersama para peserta game



Penulis: Stefani Sharen
Editor: Ricko.