Setiap
tahun, pada
tanggal 5 bulan kelima dalam penanggalan China, masyarakat Tionghoa seluruh dunia merayakan hari raya Pehcun (端午节) atau lebih dikenal sebagai Dragon Boats Festival. Dalam penangggalan internasional, hari
perayaan Pehcun selalu berubah dari tahun ke tahun. Tahun 2012 sekarang, hari raya
yang juga dikenal
sebagai hari makan bacang ini, jatuh pada tanggal 23 Juni 2012.
Berdasarkan
kisah asli dari daratan Tiongkok, festival tersebut diadakan untuk memperingati pengorbanan seorang legenda
penyair dan tokoh patriotik China bernama Qu Yuan. Sebagai bentuk protes terhadap kebijakan kaisar Huai dan
penentangan terhadap tindak korupsi pejabat pengadilan, Qu Yuan menerjunkan
dirinya ke sungai Mi Luo sekitar 2000 tahun yang lalu.
Memasuki abad 21, kisah Qu Yuan masih relevan. Jika dahulu cara yang
digunakan Qu Yuan untuk menghentikan pemerintahan korup di China dengan terjun
ke sungai, kini aksinya itu termodifikasi menjadi aksi ekstrim lainnya.

Aksi serupa juga terjadi di Indonesia. Kekecewaan berat atas kinerja
pemerintahan diekspresikan Sondang Hutagalung, mahasiswa aktivis Universitas
Bung Karno dengan membakar diri di depan gedung Istana Merdeka pada sabtu, 7
Desember 2011 lalu.
Entah
apa yang dipikirkan orang – orang itu sebelum melancarkan aksinya. Jelas, aksi nekat mereka
berisiko maut. Demi suatu perubahan dan atas nama revolusi, apakah hal-hal semacam itu perlu terjadi?

Dengan
adanya kasus – kasus seperti di atas, hendaknya pemerintah introspeksi diri. Jangan
sampai ada lagi warga negara yang menjadi penerus Qu Yuan.
“Nobody can go back and start a new beginning,
but anyone can start today and make a new ending.”
-Maria Robinson
Happy
Dragon Boat Festival, 2012 端午节 快乐 ! (Sil)
Posting Komentar