Pages

Sabtu, 15 Desember 2012

Hasil Diskusi Planning Journalism & Public Relation

Dalam sesi focus disscusion group (FGD) Seminar Nasional “Career Planning Journalism & Public Relation" Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, para delegasi mencari solusi tentang dua tema besar yang diberikan dalam diskusi yaitu, “Mengapa PR yang melingkupi image perusahaan tapi didorong untuk menjual, dan, mengapa dunia PR lebih suka mendidik lulusan disiplin lain secara instan”. Dari sisi jurnalistik muncul tema  “Media lebih senang mendidik jurusan disiplin lain ilmu juralistik daripada lulusan jurnalistik murni yang menguasai satu bidang”. Berikut adalah hasil diskusinya:

HASIL PANELIS PUBLIC RELATIONS:
Bidang Sistem Akademis dan Kurikulum
A. Dibutuhkan integrasi pendidikan dasar jurnalitstik dalam sistem pendidikan public relations
B. Dibutuhkan cakupan pendidikan yang luas agar kelak mahasiswa dapat fleksibel dalam menghadapi dunia kerja
C. Dibutuhkan integrasi program magang ke dalam sistem pendidikan public relations

Wadah Pelatihan Mahasiswa
A. Dibutuhkan badan mahasiswa yang secara spesifik mengurus masalah public relations
B. Lingkup kerja badan mahasiswa tersebut antara lain menyelenggarakan kuliah praktisi, lomba, latihan praktis, serta menciptakan relasi dengan berbagai pihak terkait
C. Dibutuhkan birokrasi yang fleksibel dan transparan dari pihak kampus untuk mengakomodasi badan mahasiswa tersebut
D. Salah satu lingkup kerja paling penting dari badan mahasiswa ini adalah pengadaan pendidikan PR yang lebih spesifik, misalnya PR pertambangan, PR ekonomi, dan lain-lain

Minat Mahasiswa
A. Dibutuhkan peran aktif badan mahasiswa untuk meningkatkan minat dan pemahaman mahasiswa terhadap bidang PR

Pembinaan dan Publikasi Lomba
A. Dibutuhkan ketersedian informasi mengenai lomba untuk seluruh elemen mahasiswa komunikasi yang tertarik
B. Dibutuhkan dukungan finansial dan emosional dari universitas untuk peserta lomba
C. Dibutuhkan kesempatan yang sama bagi semua mahasiswa untuk terlibat dalam lomba dan mendapatkan dukungan dari universitas

Hubungan dengan Alumni
A. Dibutuhkan pertemuan rutin dengan alumni untuk menjaga hubungan
B. Dibutuhkan database alumni yang up to date dan mudah diakses

Fasilitas
A. Dibutuhkan akses yang memudahkan mahasiswa untuk belajar langsung di dunia kerja

Relasi dengan Perusahaan dan Praktisi
A. Praktisi dibutuhkan untuk menyampaikan kuliah diluar lingkup akademis
B. Relasi dengan perusahaan dibutuhkan dalam bidang beasiswa, akses magang, dan lain-lain

Apresiasi terhadap Prestasi Mahasiswa
A. Dibutuhkan sistem yang mengapresiasi prestasi mahasiswa melalui publikasi prestasi lewat berbagai media seperti web, spanduk outdoor, dan lain-lain.

HASIL PANELIS JURNALISTIK

Kesimpulan:
1. Minat mahasiswa sangat rendah, sehingga iklim belajar kurang termotivasi
2. Banyak alumni ilmu komunikasi masih kurang di pandang di dunia kerja. Sehingga banyak jurusan di luar komunikasi masuk dan menjadi profesi di komunikasi. Kecenderungan ini di karenakan:
• Mahasiswa cenderung kurang berperang aktif,
• Acara-acara seminar dan praktisi masih dibutuhkan pada masa kekinian
• Masih belum berimbangnya teori dan praktek di lapangan sehingga perlu pembenahaan kurikulum
• Perlu upgrading bagi para pengajar/dosen

Solusi:
1. Pihak kampus lebih membuka dan memfasilitasi relasi antara praktisi dengan mahasiswa karena pihak kampus pun sebetulnya terdiri dari orang-orang senior yang juga memiliki jaringan dan relasi keluar yang profesional. Dengan kata lain, dosen pun mampu memberi warisan relasinya kepada mahasiswa sehingga mahasiswa pun juga mampu menjalin relasi dengan para praktisi secara langsung dan memanfaatkan relasi yang ada sesuai dengan kebutuhan.

2. Dosen lebih bersifat sebagai fasilitator dan moderator ilmu dimana dosen tetap membekali teori dasar namun dari segi praktek dan teori aplikatif lebih berkiblat pada para praktisi yang pada dasarnya telah melakoni jurnalisme lapangan dalam kurun waktu lama.

3. Literasi ilmu lebih dikembangkan ke arah interdisipliner dimana ilmu jurnalistik dari ranah studi komunikasi tetap menjadi fondasi atau kacamata utama namun tetap terbuka terhadap segala bentuk insight dari ilmu lain.

4. Pembelajaran melalui praktek lebih difokuskan dimana dapat terakomodir dari bentuk ‘ekstrakulikuler’ seperti pers mahasiswa maupun magang di media-media baik yang terjalin dalam relasi kampus maupun tidak.

5. Teori-teori yang diberikan dalam kuliah pada dasarnya tetap dibutuhkan, namun perlu diberikan update sehingga lebih bersifat terapan atau praktis yang dinamis sesuai dengan perkembangan kondisi lapangan saat ini. Jadi perlu adanya pembaharuan literasi secara rutin dan konsisten.

 
Hasil diskusi ini merupakan sudut pandang dari mahasiswa yang mersakan pengajaran selama berkuliah di jurusan komunikasi, sekaligus juga dapat menjadi bahan masukan bagi Universitas yang memiliki jurusan Komunikasi untuk pedoman dalam mengatur sistem kurikulum pengajaran.

Seminar Career Planning Journalism & Public Relation

Profesi public relation dan jurnalis adalah profesi komunikasi yang paling sering dimasuki oleh lulusan dari disiplin lain, padahal pada saat yang bersamaan dua profesi ini adalah profesi yang paling membutuhkan basis dasar ilmu komunikasi.

Berkaca dari keresahan tersebut , pada tanggal 5-6 Desember kemarin Korps Mahasiswa Komunikasi (Komako) Universitas Gadjah Mada (UGM) Mengadakan acara Seminar Nasional “Career Planning Journalism & Public Relation". Tujuannya, agar akademisi dan mahasiswa bisa mendapat gambaran mengenai ceruk-ceruk profesi komunikasi kontemporer dan menyesuaikan diri dengan gambaran tersebut. Acara ini digelar di Auditorium Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. “Acara ini merupakan acara Komako terbesar dalam beberapa tahun terakhir” kata I Dewa Ayu, ketua Komako.

Acara ini turut mengundang 40 delegasi dari 15 universitas seluruh Indonesia. Universitas Tarumanagara yang mempunyai jurusan Ilmu Komunikasi juga tidak ketinggalan mengirimkan wakilnya. Fikom Untar diwakili oleh Riza Firdaus & Reza Ramadhan dari Oranye, lembaga minat& bakat Fikom Untar yang bergerak dalam bidang jurnalistik.

Hari pertama dimulai dengan sesi Public Relation (PR). Sesi ini menghadirkan  praktisi & akademisi dalam bidang  PR, antara lain Tribuana Tunggadewi (Vice President, Corporate Secretary BNI 46), Raldy Doy (Manager Public Relation TV One), Bunga Laulara (Mahasiswa Jurusan Komunikasi UGM) dan Budi Darmawan (Corporate Communication PT Djarum & Djarum Foundation)

Setelah itu dilanjutkan sesi Jurnalistik yang menghadirkan Wisnu Marta Adiputra (Dosen Ilmu Komunikasi UGM), M.Budi Santosa (Pimpinan Redaksi Okezone), Abdul Kohar (Kepala Pemberitaan Media Indonesia) & Budiman Tanuredjo (Wakil pimpinan Redaksi Kompas) sebagai pembicara.

Kedua sesi itu menghadirkan kepada para peserta  seluk-beluk dunia profesional profesi PR & jurnalistik. Pesertab juga diberikan gambaran mengenai ruang lingkup pekerjaan & tantangan profesi ilmu komunikasi di masa depan. Pembekalan materi diberikan supaya lulusan PR dan jurnalistik mampu bersaing dengan disiplin ilmu lain yang  kini mulai banyak ‘menginvasi’ profesi lulusan jurusan komunikasi.

Hari kedua, dilaksanakan sesi focus discusion group (FGD), dimana sesi ini hanya dikhususkan untuk para delegasi. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok kecil untuk PR dan 3 kelompok kecil untuk Jurnalistik. Dalam sesi FGD peserta melakukan sharing ilmu tentang apa yang sudah didapatnya baik dalam kampus maupun organisasi masing-masing.

Peserta juga mencari solusi tentang dua tema besar yang diberikan dalam diskusi yaitu, “Mengapa PR yang melingkupi image perusahaan tapi didorong untuk menjual lalu mengapa industri dunia PR lebih suka mendidik lulusan disiplin lain secara instan?” dan “Media lebih senang mendidik jurusan disiplin lain ilmu juralistik daripada lulusan jurnalistik murni yang menguasai satu bidang”.

Laurencia delegasi dari Universitas Petra, Surabaya, tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya dapat bertemu dan bertukar pikiran dengan  perwakilan jurusan ilmu komunikasi dari seluruh Indonesia, ”Senang banget dengan acara seminar ini, dapat bertemu teman dari berbagai kota dan sharing bersama” ungkapnya.

Sari Dewi sebagai ketua acara juga mengaku puas dengan acara terbesar yang pernah diselenggarakan Komako ini. Ia juga mengatakan bahwa kesuksesan acara ini tidak akan tercipta tanpa totalitas panitia yang sudah melakukan persiapan sejak 1,5 bulan terakhir. “Semoga ini bukan kesempatan terakhir untuk kita kerjasama dan membangun pertemanan,” tutupnya dalam pidato yang disampaikan di hadapan para delegasi. (rez)


Senin, 10 Desember 2012

Paradigma Baru Dunia Cetak Jurnalistik: Matriks 5W1H

Pemberitaan media cetak tidak cukup hanya mengandalkan unsure 5W + 1H (what, who, where, when, why & who). Paradigma ini mulai sekarang harus diubah menjadi matriks 5W+1H.

Abdul Kohar
Begitulah kira-kira pemaparan Abdul Kohar, kepala pemberitaan Media Indonesia dalam seminar nasional “Career Planning Jurnalism & Public Relation" yang digelar Korps Mahasiswa Komunikasi (Komako) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Auditorium Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. Rabu (5/12).

“Kalau berita hanya mengandalkan 5 W 1 H, sudah dilalap habis sama media televisi dan online. Itu tidak berlaku buat wartawan cetak," ujarnya.

Matriks 5W+1H yang dimaksud adalah mengaitkan unsur satu dengan unsur yang lain sehingga dapat mengungkap kedalaman berita lebih detail. Misalnya pembahasan unsur What & When tentang mengapa suatu peristiwa (what) terjadi ketika waktu tertentu (when) dan seterusnya hingga mendalam.

"Model 5 W 1 H atau piramida terbalik itu sudah kuno. Anda kalau di kampus masih diajarkan seperti itu, berarti metode untuk mencari berita harus diubah," sambungnya lagi.

Acara tersebut juga turut menghadirkan Pimpinan Redaksi Okezone M  Budi Santosa, Wakil Pimpinan Kompas Budiman Tanuredjo, dan Dosen Ilmu Komunikasi UGM Yogyakarta, Wisnu Marta Adiputra.

Ketua Komako UGM I Dewa Ayu saat di wawancara Oranye menyampaikan,
Profesi public relation dan jurnalis adalah profesi komunikasi yang paling sering dimasuki oleh lulusan dari disiplin lain. Seminar ini memberikan gambaran bagi para mahasiswa komunikasi, salah satunya tentang dunia jurnalistik agar tidak kaget setelah lulus. “Acara ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa jurusan komunikasi tentang apa saja yang dibutuhkan dalam seluk-beluk profesi komunikasi.” ujarnya. (rez)

Sabtu, 08 Desember 2012

UAS Datang, Liga Bersama Vakum


Para mahasiswa Fikom Untar yang biasa mengikuti acara liga bersama mungkin harus kecewa mendengar kabar ini. Pasalnya, mulai mulai Senin (10/12),  Departemen Olahraga BEM Fikom Untar untuk sementara menonaktifkan kegiatan yang rutin digelar setiap Senin ini.

Satrio, Staf Menteri Olahraga BEM Fikom saat dihubungi Oranye menjelaskan bahwa minggu lalu menjadi kegiatan terakhir acara Liga Bersama pada semester ini. Acara akan berjalan efektif kembali di minggu pertama semester genap. “Selama UAS kegiatan ini ditiadakan, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa Fikom bisa fokus ujian,” ujarnya.

Liga Bersama merupakan program kerja Departemen Olahraga  BEM Fikom Untar yang diselenggarakan untuk merangkul mahasiswa-mahasiswi yang mempunyai kesamaan minat di bidang olahraga khususnya futsal & basket. Acara ini rutin diselenggarakan setiap Senin jam 14.00-16.00 WIB untuk basket dan 16.00-18.00 WIB untuk futsal di gedung olahraga (GOR) Untar, Kampus 2.

Para mahasiswa tetap bisa menggunakan GOR pada hari Senin untuk berolahraga secara individu. 
“Jika ada yang ingin main secara individu, dipersilahkan,” sambung Satrio.

Ditiadakannya kegiatan ini bukan berati berhenti pula kegiatan olahraga para mahasiswa. Olahraga sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh apalagi saat ujian. Kondisi fisik yang prima tentunya menjauhkan kita dari penyakit di pekan-pekan yang rawan ini. Jadi, tetap berolahraga ya! (rez)

Rabu, 05 Desember 2012

Seminar 'Feminisme dalam Kajian Komunikasi'


Selasa (4/12) lalu, BEM Fikom Untar menyelenggarakan seminar 'Feminisme dalam Kajian Komunikasi' sekaligus bedah buku 'PORNO!' di Auditorium Gedung M lantai 8, Universitas Tarumanagara. Hadir sebagai narasumber yaitu Uni Lubis (pimpinan redaksi ANTV), Ahmad 'Alex' Junaidi (penulis buku “PORNO!”, Kajian Sosiologi dan Feminisme dalam Media), Maman Suherman (presenter kompas TV dan penulis buku BOKIS), serta Christina Yulianti Purba dari Komnas Perempuan.

Dalam acara tersebut Uni Lubis menghimbau dengan tegas agar jangan menjadikan wanita sebagai objek pemanis semata. Beliau juga menjelaskan bagaimana pemahaman tentang gender di kalangan redaksi media-media tanah air masih sangat minim. Uni juga menyinggung soal tantangan kaum perempuan dalam dunia jurnalistik, antara lain  jurnalis perempuan idealnya bukan hanya mengandalkan penampilan luar saja tetapi juga bagaimana kecerdasan mereka saat meliput di lapangan.

Acara dilanjutkan dengan bedah buku 'PORNO!' yang ditulis Ahmad 'Alex' Junaidi. Buku  ini merupakan karya kedua Alex berdasarkan tesisnya saat menempuh pendidikan pascasarjana di  Program Studi Kajian Wanita, Universitas Indonesia. Penelitian yang menjadi isi buku diinspirasi peristiwa pencekalan goyangan Inul sekitar tahun 2001-2002, dimana seluruh media 'heboh' memberitakan kasus tersebut. Alex menjelaskan inti dari bukunya adalah bagaimana wacana seksualitas ditampilkan di media cetak. Menurut pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini, salah satu alasan kasus Inul mencuat menjadi kasus pornografi adalah juga akibat dari pemberitaan media.

Yulianti Purba dari Komnas Perempuan pun turut berkisah, “Pernah seorang mahasiswa mengatakan kepada saya bahwa RUU Pornografi sebenarnya ditentang juga oleh laki-laki beradab, karena UU tersebut menempatkan seolah-olah lelaki adalah binatang yang siap menerkam perempuan!“ Lanjutnya lagi, “Tidak benar jika perempuan dipersalahkan karena pakaian yang dipakai karena itu adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Wanita selalu disalahkan atas apa yang menimpa mereka, padahal wanita adalah korban. Menurut studi kasus, hukum kita tidak berpihak pada perempuan.”

Maman Suherman turut menilai bahwa 'PORNO!' begitu menarik karena mampu memaparkan berbagai aliran feminisme di dunia secara lengkap. Dalam menanggapi kasus diskriminasi kaum wanita, Maman melakukan sindiran pada salah satu mantan pejabat Ibukota yang menyatakan rok mini adalah penyebab pemerkosaan. "Kasus yang ada bahkan memperlihatkan korban pemerkosaan yang paling muda adalah bayi berusia 8  dan paling tua adalah wanita berjilbab yang berusia 80 tahun yang bukan seorang pengguna rok mini!“ ujarnya.

Flora Ariesta, salah satu peserta seminar berkata, “Acara ini menarik karena membahas tentang eksploitasi terhadap perempuan dan saya jadi tahu bagaimana media selama ini memberitakan kita sebagai perempuan.“ (Maria)

Selasa, 20 November 2012

Ujian Saringan Masuk Fikom Untar (Gelombang 1)



Minggu 18 November  2012 lalu Universitas Tarumanegara mengadakan Ujian Saringan Masuk (USM) gelombang pertama. USM tahun ini diadakan di gedung utama dari lantai sebelas hingga lima belas.  Sejak pukul tujuh pagi sudah terlihat banyak orang tua yang menemani anaknya untuk mengikuti ujian, padahal ujian baru akan dimulai pukul delapan. Sebelum mulai ujian, Yonathan, salah satu peserta dari SMA Ketapang 2 mengatakan, “Aku yakin bakal diterima di Untar, harus optimis!“ Salah satu alasan Yonathan memilih Untar juga karena lokasi kampus yang dekat dengan rumah dan fasilitasnya yang bagus.

Setelah ujian selesai, Oranye mewawancarai Indra, salah satu peserta ujian yang mendaftar di Fakultas Ilmu Komunikasi. Sembari didampingi sang ibu, Indra menuturkan bahwa Fikom Untar merupakan jurusan yang bagus dan sesuai dengan keinginanya. Yang menarik adalah sebagai pelajar SMK jurusan Akuntasi, Indra berencana mengambil konsentrasi jurnalistik di Fikom. Keputusan Indra didukung penuh oleh ibunya.

Ketua BEM Fikom Untar, Elwi Gito yang turut hadir berujar “ Kami selaku BEM Fikom memaksimalkan pelayanan baik dari gedung ini, baik dari segi kepanitiaan maupun dari segi nilainya “

Selain pameran  masing-masing fakultas di lantai dasar gedung utama,  terdapat pula pameran dari Fikom di lantai sebelas dan dua belas.

Penyelenggaraan ujian tertulis ini selanjutnya akan dibuka pada  Januari hingga Juli 2013.

Jumat, 16 November 2012

LK BEM Pusat Ke-13: Membentuk “The New Leader”


Setiap  Universitas memiliki Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) & organisasi internal untuk  menyusun dan melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan mahasiswa. Untuk mendukung kinerja, setiap organisasi memerlukan pemimpin hebat agar mampu menjalankan roda organisasi serta merangkul semua anggota.
BEM Pusat Untar selaku induk organisasi yang membawahi organisasi internal fakultas & UKM, pada tanggal 2-4 November 2012 mengadakan acara Latihan Kepemimpinan (LK) BEM Pusat ke-13.

Acara yang bertema “You Are the New Leader” ini diikuti oleh perwakilan setiap organisasi internal fakultasi & UKM. Kegiatan yang diikuti oleh 38 peserta  ini bertempat di Hotel Wira Carita Anyer, Cilegon, Banten.
Tujuan latihan kepemimpinan ini adalah untuk mengembangkan & menggali potensi individu sebagai bakal pemimpin-pemimpin baru yang siap untuk melanjutkan tongkat estafet organisasi masing-masing. Fakultas Ilmu Komunikasi Untar diwakilkan oleh 6 peserta yaitu Febert, Satrio, Ronald, Nirma & Ester dari BEM Fikom serta Reza perwakilan Lembaga Minat & Bakat.

Perjalanan menuju lokasi dengan bus menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Sesampainya disana peserta dipersilahkan untuk makan malam  lalu dilanjutkan dengan kontrak sosial. Hari kedua diawali dengan senam pagi. Siangnya peserta melakukan outbond. Dalam outbond, disajikan banyak permainan yang menguji ketangkasan & kemampuan individu. Acara berikutnya dilanjutkan di tepi pantai. Berbeda dari sesi sebelumnya, dalam sesi ini lebih banyak permainan yang mengutamakan kerjasama & kolektivitas kelompok.
Malamnya peserta dibekali materi bertema “Komunikasi Efektif” oleh Agus Dariyo dari Tarumanagara Adventure Club. Dalam sesi ini dijelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik komunikasi yang efektif sangatlah penting. Dalam komunikasi tidak hanya teori yang dibutuhkan ,tapi bagaimana seorang pemimpin mampu mengaplikasikannya secara praktis.

Hari ketiga dilakukan upacara penutupan  dan diadakan foto bersama. Setelah itu peserta dipersilahkan mengemasi barangnya untuk kembali pulang ke Jakarta.

Dari segi fasilitas & permainan, acara latihan kepemimpinan ini bisa dibilang memuaskan & bervariasi.  “Sangat disayangkan, tidak ada materi tentang organisasi atau kepemimpinan lebih dalam,” ujar salah seorang peserta. Jeerial Pratama, selaku ketua acara menyatakan, acara ini memang sengaja didesain dengan banyak permainan agar peserta bisa langsung merasakan praktek ke lapangan “Kalau teori-teori (tentang organisasi & kepemimpinan) seperti itu kalian akan dapatnya di LK MM nanti.” ujarnya.

 Praktik kepemimpinan dengan turun langsung ke lapangan memang penting sebagai bentuk aplikasi nyata. Hal tersebut akan lebih mantap bila didukung dengan pembekalan teori untuk  membentuk karakter peserta. (rez)

Senin, 05 November 2012

Fikom Untar Menentang Korupsi!


                Plek! Sudah 3 gepok uang diletakan di hadapan Woko, seorang kepala gudang. “Kalau tidak bisa ditaruh beras saya hari ini juga, saya bisa rugi banyak, Pak. Jadi saya mohon, Pak.” Woko terdiam sebentar. Mungkin teringat pada anaknya yang sedang sakit atau mungkin pada tong berasnya yang sudah kosong. Namun dengan mantap ia menjawab “Saya rasa Ko Abeng harus mencari gudang lain.” Perbincangan itu terus berlanjut dan Woko tetap bersikukuh tidak meminjamkan gudang untuk sang penimbun beras.

 Begitulah salah satu adegan dalam film “Kita versus Korupsi”. Film ini ditayangkan dalam bedah film yang diadakan oleh Fikom Untar dalam rangka membangun kesadaran mahasiswa Fikom Untar mengenai fenomena korupsi di negeri ini pada tanggal 31 Oktober 2012.

                Dengan menghadirkan Tama S Langkun dari Divisi Investigasi ICW (Indonesia Corruption Watch) dan Agus dari Transparency International Indonesia (TI-Indonesia), bedah film ini disambut antusias oleh mahasiswa Fikom Untar.  Alhasil, kedua pembicara ini pun dicecar pertanyaan oleh beberapa mahasiswa Fikom Untar mengenai film yang diputar
.
“Jika kita masuk dalam lingkungan yang korup kita punya tiga pilihan. Yang pertama ikut korupsi. Yang kedua tidak korupsi dan membiarkan korupsi terjadi. Dan yang ketiga melawan korupsi tersebut. Pilihan mana yang bisa mengubah Indonesia? Biar teman-teman sendiri yang memutuskan.” ujar Tama menyikapi film tersebut.

Sedangkan Agus punya pandangan sendiri. Dia mengungkapkan bahwa memberantas korupsi harus dimulai dari hal-hal kecil. Menurutnya, hal-hal kecil bisa berdampak besar jika dilakukan bersama. Dia mencontohkan pada malam penangkapan Novel Baswedan oleh Polri, dia tidak menyangka dengan satu tweet yang tersebar. Dan hasilnya pada jam 1 dini hari berbagai elemen masyarakat berkumpul di Gedung KPK menghalau penangkapan tersebut.

Agus juga berharap, Fikom Untar dapat mengadakan acara-acara serupa yang bertemakan anti-korupsi. Harapan Agus ini direspon baik oleh Ketua BEM, Elwi Gito. Bedah film ini diakhiri dengan pengumuman pemenang lomba artikel bertema “Kita versus Korupsi” yang diadakan oleh Oranye, Media Fikom Untar yang diraih oleh Maria Margaretha (2012). 

(Willy) 

Minggu, 04 November 2012

Korupsi : Biasa? Tapi Luar Bi(n)asa



Seperti kita ketahui, ada dua kasus besar yang sedang menguji ketahanan negara kita, yaitu korupsi dan terorisme. Dua konflik lahir batin inilah yang sepanjang sejarah nasional terus menggerogoti keagungan perjuangan Hak Asasi Manusia (HAM). Korupsi adalah fenomena. Setujukah Anda dengan istilah itu?

Lebih dari sebuah fenomena, bukankah korupsi kini telah mewabah? Lebih dari sekadar penyakit masyarakat, korupsi telah merasuk jadi budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak hanya dalam pemerintahan seperti yang banyak dibidik media, korupsi juga terjadi sehari – hari. Selain berorientasi pada penyelewengan dana, bentuk dari tindak korupsi beragam, misalnya korupsi waktu dan korupsi rambu lalu lintas.

Mengapa korupsi terjadi?
Hal inilah yang harus, kudu, musti, perlu didalami segenap umat yang berakal-budi dan berhati-nurani. Dalam tinjauan psikologi, setiap sikap, tindakan dan perilaku individu merupakan hasil interaksi antar faktor intra, dari dalam diri sendiri maupun inter, dari luar diri.


Faktor dari dalam diri merupakan kepribadian individu yang membuat orang cenderung menahan id (naluriah kebinatangannya), dalam hal ini menahan diri dari godaan melakukan tindak korupsi. Faktor intra mencakup dua hal, yaitu motivasi diri dan moralitas. Menurut konsep motivasi berprestasi yang dikembangkan David McClelland (1963), motivasi berprestasi yang rendah merupakan salah satu atribusi individu berlaku korup. Orang yang motivasi berprestasinya tinggi cenderung mengejar kesempurnaan, dalam arti selalu mengupayakan yang terbaik, bukan kerja asal jadi.*


Faktor dari luar diri termasuk faktor budaya merupakan atribusi luar diri yang memudahkan individu berlaku korup. Contohnya, pemberian upeti. Oknum tak berprinsip akan menerima upeti bahkan memintanya. Mereka berpikir bahwa penerimaan upeti merupakan hal yang biasa dan pantas mereka terima. Contoh lain ialah pertimbangan hukum yang berlaku, perbandingan antara besaran uang yang dikorupsi dan besaran ganjarannya. Apalagi dengan pertimbangan adanya remisi penahanan. Bukan mustahil, kurangnya komunikasi yang baik pun dapat menjadi faktor terjadinya tindak korupsi.


Bagaimanakah upaya pemberantasannya?


Sebagai negara berkembang, kalau bukan terbelakang, tidak ada salahnya kita mencari referensi hukum dari negara-negara tetangga bernasib serupa yang lebih maju. Mari kita tengok, negara pecahan Uni Soviet yang ber-ibukota Riga di Eropa Utara, Latvijas Republika. Sebelum tahun 1998, Latvia termasuk negara terkorup di dunia, namun kini ia menjadi negara bebas korupsi setelah berlakunya UU Lustrasi. Melalui UU Lustrasi, semua pihak yang korup, termasuk para pejabat petahana dan pejabat yang pernah memerintah sebelumnya dipecat dan tidak diizinkan menjabat lagi. Istilah yang lebih dikenal ialah pemotongan generasi korupsi. UU ini pernah diajukan menjadi RUU oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud M.D. sebelum kelengseran GusDur, namun tidak digubris pemerintah.

Ataukah kita harus seperti negara China yang memberlakukan hukuman mati bagi para koruptor? Ya, hukuman mati. Setiap oknum yang menjadi duri dalam daging ini pantas mati. Terorisme, bahkan yang dilakukan secara gerilya pun tidak semenyakitkan duri dalam daging. Terorisme dapat datang sewaktu – waktu dan segera menghabisi dan meluluhlantahkan korban hingga pelaku. Terorisme menjadi isu besar sekelebat waktu. Tidak demikian dengan duri dalam daging yang terus menyiksa kita sepanjang waktu, membuat filsuf dan para ahli sakit kepala tiada henti.

Benarkah hukuman mati sudah tepat untuk memangkas hama, gulma, ilalang, parasit bernama koruptor ini? Hukuman mati berdampak memberikan efek jera, ya. Pertanyaannya, apalah yang kita dapat dari orang yang sudah mati? Mortvi non mordant. Dead me not bite, dead men tell no tale.

Bukankah kini kita negara demokrasi? Negara yang menjunjung tinggi pancasila dan nilai – nilai kemanusiaan? Ataukah demokrasi kita hanya sistem semu? Apakah ternyata kita secara praktik masih kolot? Masih komunis? Masih otoriter? Masih terpusat?

Berdasarkan asas pancasila dan penghormatan terhadap HAM, praktis kedua UU di atas tidak layak ditiru menjadi hukum kita. Sekarang, mari kita arahkan pandangan kita ke negara terdekat, Malaysia dan Brunei. Malaysia menghukum koruptor dengan menyita hak milik. Di Brunei, berlaku hukuman denda sebesar 30.000 dollar Brunei (sekitar 227 juta rupiah), sepuluh tahun kurungan dan kerja sosial. Demikian juga Hongkong, koruptor dihukum penjara dan denda, serta penyitaan kekayaan. Negara yang pernah menjajah kita 3,5 tahun, Belanda, menghukum tindak korupsi dengan kerja sosial.**

Indonesia tidak sendiri. Banyak negara baik yang masih berkembang seperti kita hingga negara-negara maju dan adidaya pun bergumul dengan korupsi. UU yang dianggap melanggar HAM seperti UU lustrasi Latvia dan UU Pemutihan di China, nyatanya berhasil memangkas tindak korup di kedua negara tersebut. Malaysia, Brunei dan Belanda berhasil dengan hukum kerja sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum manapun baik adanya, terlepas dari penghormatan terhadap perikemanusiaan. Lalu, manakah yang baik untuk kita adaptasi menjadi hukum di negara kita?

Sesungguhnya, bukan hanya sistem yang berjasa menyukseskan penanganan korupsi. Kunci utamanya ialahkonsistensi, yang termasuk di dalamnya cipta, rasa, karsa dan karya. Cipta maksudnya pikiran jernih, rasa ialah hati tulus, karsa yaitu tekad bulat dan karya berarti mau bekerja keras.***



Layaknya kebolongan lapisan ozon bumi kita, korupsi tidak bisa ditambal oleh satu per sepuluh orang saja. Perlu kesatu-paduan yang kukuh untuk memperbaikinya sehingga setiap kita dapat bernafas lega.

Sulit itu bukan mustahil, Kawan!

*)http://ancok.staff.ugm.ac.id/main/wp-content/Korupsi.pdf

**)Sumber: litbang “kompas”/ YOG, dari pemberitaan “Kompas” dan Koalisi Masyarakat Pemantau Peradilan.

***)http://kalinyamat.mhsw.isi-ska.ac.id/latto-moga-u-chi-kawa-chi-cipta-rasa-karsa-dan-karya/

(SIL)

Sabtu, 03 November 2012

Ayo Hidup Sehat!

Ada begitu banyak tanaman obat di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan sebagai obat alami, di antaranya:


Jahe: Untuk perut kembung dan sakit kepala
Temulawak: Radang lambung
Kencur : radang lambung, mual dan muntah
Ubi jalar merah: kembung, gangguan lambung
kunyit: perut kembung, mual, dan rasa begah
Kapulaga: mual dan muntah
Kayu manis: radang lambung dan mual


ISTIRAHAT JUGA PENTING


Untuk dapat beristirahat dengan tenang, ada beberapa tips yang dapat Anda lakukan, antara lain:


Mengurangi kebiasaan tidur di pagi hari
      Terlalu sering tidur di pagi hari dapat mengurangi produktivitas tubuh, karena di pagi hari adalah waktu untuk beraktivitas.

            Tidur siang
Saat jadwal tidur malam kurang, tidur siang menjadi alternatif baik. Waktu tidur siang ideal adalah 30-45 menit.

      Hindari kebisaan setelah makan langsung berbaring
Bertujuan mengurangi tingkat diabetes

            Posisi tubuh
Posisi tubuh miring ke kanan adalah posisi tidur yang sangat baik karena organ tubuh akan berada dalam posisi yang ideal.

  Tidur dengan lampu mati
Ahli biologi, Joan Robert mengatakan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tidak ada cahaya. Hormon ini mencegah berbagai penyakit kanker payudara dan kanker prostat. (bim)

Selasa, 23 Oktober 2012

Malam Keakraban Fikom Untar 2012: “Bukan Maen!”

~Foto Bersama Peserta Makrab 2012~
“Malam keakraban ini utamanya menciptakan momen untuk membangun hubungan emosional.”
-Elwi Gito  (Ketua BEM Fikom UNTAR)-

Setelah resmi menjadi  bagian dari keluarga besar Fikom Untar, mahasiswa baru angkatan  2012  dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus. Mereka  dihadapkan pada kondisi yang jauh berbeda dari masa SMA. Oleh karena itu,  pada tanggal 19-21 Oktober lalu, Fikom Untar mengadakan Malam Keakraban (Makrab) untuk membantu mahasiswa baru bersosialisasi dengan lingkungan barunya, baik dengan teman seangkatan, senior dan juga dosen.

Acara yang dipanitiai lintas organisasi BEM, DPM, I-Focus, Creadzy; Oranye ini mengangkat tema “Membangun Karakteristik Mahasiswa dalam Menumbuhkan Budaya Akademik dan Menanamkan Rasa Tanggung Jawab Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara”. Acara yang diikuti oleh 63 peserta ini bertempat di Villa Teen Ranch Indonesia, Cipanas, Puncak.

Hari Pertama
Peserta Berkumpul jam 11.30 WIB di kampus sebelum berangkat ke tempat tujuan. Menggunakan dua bus, perjalanan menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Sesampainya di villa, peserta melakukan sesi foto bersama dan dilanjutkan pembukaan oleh Pudek Fikom Untar, Drs. Widayatmoko, M.M atau yang akrab disapa Pak Wid.

Dalam pidatonya, Pudek menyampaikan bahwa makrab ini adalah langkah awal bagi mahasiswa baru untuk menjalin hubungan baik antar angkatan, senior maupun dosen, sehingga mereka terbiasa untuk menjalin hubungan yang lebih luas lagi dan berguna ditengah masyarakat.

Selanjutnya, acara  dibebaskan dan peserta berkumpul lagi pukul 19.00 untuk makan malam. Seusai makan malam,  peserta dibekali materi  berjudul “Brain Power”. Pembicara sesi tersebut adalah Risman Purba. Dalam materi, peserta diberi motivasi bagaimana cara mengelola pikiran. Hal tersebut penting karena apa yang seseorang pikirkan, itulah gambaran dirinya. Berat ringan kehidupan bukan terletak pada tantangan, tetapi pada pikiran. Peserta terlihat antusias pada sesi ini. “Saya jadi termotivasi dan membuat sendiri dejavudejavu yang positif.” ujar Peylika, salah satu peserta.

Selanjutnya panitia memberi kejutan kepada salah satu peserta makrab. Ternyata, salah satu mahasiswa baru dari kelas D bernama Livia tengah berulang tahun. Panitia memanggilnya ke depan sambil diiringi lagu Jamrud-selamat ulang tahun dan diikuti semua peserta.

Acara dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak sosial yang berisi peraturan-peraturan selama tiga hari mengikuti makrab dan pembagian kelompok  untuk permainan.

Hari pertama ditutup oleh ketua pelaksana Wilson Nugraha dengan melakukan briefing tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk permainan esok hari.

Hari Ke-2
Flashmob GangNam Style by Kelompok V
Hari kedua diawali dengan sharing mengenai perkuliahan yang dipandu oleh Dodi Salman, salah satu dosen Fikom. Menurutnya, tulisan yang bagus menjadi modal bagi mahasiswa meraih kesuksesan. Setelah itu barulah kemampuan analisis yang berdasarkan tiga aspek yakni mempunyai banyak referensi,  memahami masalah aktual dan penggunaaan logika.

Berbagai permainan luar ruang  mempunyai kesan tersendiri  di benak peserta. Permainan yang dilakukan antara lain catch the chic, lempar telur, cross the rope, tepung tampah, throw the bomb dll.  “Lempar telur, permainannya asik! Seru! Dikerjain! “ ucap Doohan, salah satu peserta ketika ditanya mengenai permainan  paling menarik.

Petang tiba menggantikan siang. Begitupun game outdoor usai dan dilanjutkan dengan talent show. Setiap kelompok harus menunjukkan kebolehan mereka untuk dinilai  dewan juri.  Acara kemudian dilanjutkan dengan acara api unggun. Semua peserta dan panitia berbaur untuk bernyanyi bersama sambil menikmati hangatnya api di malamnya Bogor yang dingin. Para peserta saling bertukar kontak. Foto bersama menjadi hal yang tidak terlewatkan.

Hari Ke-3
Dekan & Mahasiswi Peserta Makrab 2012
Acara dimulai dengan sarapan pada pukul tujuh, lalu dilanjutkan dengan penutupan oleh Dekan Fikom Untar, Drs.Eko Harry Susanto,M.Si. Dalam pidatonya, Dekan menyampaikan bahwa acara ini adalah bentuk kultural kekeluargaan; hubungan emosional keluarga besar Fikom Untar. Ia juga menyampaikan bahwa untuk waktu ke depan, acara seperti ini harus dilembagakan karena sangat baik dan mendidik. “Saya berharap peserta dapat menjadi aktivis-aktivis Falkutas Ilmu Komunikasi dan di masyarakat.” ujar Dekan. Setelah penutupan peserta dipersilahkan untuk mengemas barang-barangnya untuk selanjutnya kembali ke Jakarta.

***
Meski hanya tiga hari, acara ini memiliki kesan yang membekas bagi Vania Levi, salah satu peserta. Gadis ini mengungkapkan kepuasannya, “Enjoy sama acaranya, sama panitianya juga. Seru, ga membosankan. Saya betah di sana. Kalo bisa makrab ditambah lagi harinya.“ ujarnya. Hal serupa juga diutarakan Peylika, “Makrab seru! Bisa tambah teman. Saya mendapatkan arti kebersamaan, bertanggung jawab, menentukan pilihan dan bersosialisasi di sini."

Wilson Nugraha sebagai Ketua Pelaksana juga tidak bisa menyembunyikan kepuasannya atas acara ini, “Acaranya berhasil karena peserta fun. Meskipun jumlah peserta hanya setengah dari total jumlah angkatan, tetapi antusiasme mereka tinggi & mau membaur satu sama lain.” ungkapnya.

“Jadilah mahasiswa yang luar biasa. Berbuatlah yang terbaik menurut diri sendiri. Buat nama Fikom menjadi lebih baik lagi” – Amos Moses (Ketua DPM Fikom Untar)

(REZ, EWK)

Rabu, 17 Oktober 2012

Stop Kekerasan Terhadap Wartawan!


Kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini pelakunya ialah oknum TNI AU, Letkol Robert Simanjuntak terhadap sejumlah wartawan ketika meliput jatuhnya pesawat tempur TNI di Pekanbaru, Riau, Selasa siang (16/10). Sejumlah aliansi jurnalis pun mengecam dan meminta pertanggungjawaban atas kekerasan yang dilakukan. Data Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat sejak Januari hingga Mei 2012 telah terjadi sedikitnya 20 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Penyebabnya ialah pemerintah dan penegak hukum telah melakukan praktik impunitas yang membuat para pelaku tidak tersentuh hukum.

Jika kasus kekerasan ini terus diabaikan, para jurnalis akan berada di bawah ancaman kekerasan  dan menghambatnya untuk memberikan informasi yang utuh kepada masyarakat. Hal tersebut berarti merupakan ancaman bagi hak konstitusional warga negara untuk memperoleh informasi. AJI Indonesia menuntut para pelaku itu diadili dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, demi mendorong kesadaran setiap warga negara bahwa jurnalis adalah profesi yang dilindungi oleh hukum.

Sementara itu, dalam keterangannya pada Kantor Berita Antara, Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Hendry Ch. Bangun mengemukakan bahwa saat ini komunitas pers akan menyerahkan rancangan naskah Pedoman Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Wartawan kepada Ketua Dewan Pers, Bagir Manan. Pedoman itu berisi ungkapan bahwa praktik jurnalisme di lapangan masih menghadapi aksi kekerasan dari aparat keamanan. (Bima)

Bhineka Tunggal Ika di Fikom Untar


Indonesia merupakan salah satu negara dengan suku bangsa dan etnis paling beragam di dunia. Dari Sabang sampai Merauke, terdapat ratusan suku bangsa dan etnik serta bahasa yang berbeda-beda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut disatukan dalam satu dasar negara yakni Pancasila yang tercermin dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika di kaki Garuda Pancasila.

Keberagaman suku bangsa ini terlihat di Universitas Tarumanagara khususnya Fakultas Ilmu Komunikasi. Hal itu terlihat dari beragamnya asal daerah mahasiswa/i Fikom Untar. Tidak hanya dari daerah sekitar Jakarta saja, para mahasiswa Fikom juga datang dari berbagai daerah di Indonesia. Perbedaan ini menimbulkan satu pertanyaan, bagaimana cara kita menyikapi perbedaan tersebut?

Justru karena perbedaan tersebut harusnya kita bisa lebih saling menghargai dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan bangsa Indonesia, Semuanya kembali lagi kepada diri kita sendiri, apakah tingkah laku kita sudah mengacu pada semboyan (Bhineka Tunggal Ika) tersebut?” terang Andy Corry, salah seorang Dosen Pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi universitas Tarumanagara.
Andy Corry

Lebih lanjut, Dosen yang juga mengasuh Mata Kuliah Filsafat Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi ini mengatakan bahwa mahasiswa dewasa ini dituntut untuk berpikir kritis sehingga isu-isu yang belum pasti kebenarannya tidak menjadi provokasi.

Florencia, salah satu Mahasiswi Fikom Untar yang berasal dari Nusa Tenggara Timur tepatnya Pulau  Flores menyatakan bahwa, toleransi antar mahasiswa baik yang pendatang maupun yang berasal dari Jakarta merupakan kunci dapat terjalinnya hubungan yang harmonis. Dia mengaku tidak kesulitan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa Fikom Untar. Lebih lanjut lagi, Mahasiswi angkatan 2011 ini mengatakan tidak pernah merasa didiskreditkan oleh teman seangkatan, senior maupun dari dosen pengajar karena asalnya yang berbeda.

Beradaptasi dengan Lingkungan Baru
Mahasiswi yang akrab disapa Cha-cha ini menyarankan mahasiswa/i baru yang berasal dari luar Jakarta untuk mempelajari budaya Jakarta namun tidak meninggalkan jati dirinya. Senada dengan Cha-cha, Mahasiswa Fikom Untar lainnya, Andrew Aditya Chandra menambahkan mahasiswa/i baru sebaiknya bergaul dengan berbagai macam orang agar mampu menghadapi dunia global. Andi Corry menutup dengan pepatah “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” yang berarti dimanapun kita berada kita harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Saatnya Bhineka Tunggal Ika diamalkan dalam tindakan nyata. Perbedaan seharusnya disikapi dengan bijak sebagai salah satu kekuatan bangsa. Bukan dipahami secara sempit dengan mengkotak-kotakan seseorang berdasarkan suku, agama dan ras. “ Tidak ada satu budaya yang lebih superior atau inferior” tutup Cha-cha. (Willy/Jeje)

Kakek Bodoh Memindahkan Gunung


Alkisah, di sebuah desa terpencil, tinggallah seorang kakek bersama dengan keluarga besarnya. Desa tempat mereka tinggal itu terletak di antara dua gunung besar. Bila keluarga sang kakek itu hendak pergi ke desa lain, mereka harus berjalan kaki berhari-hari lamanya memutari gunung. Tentu itu sangat melelahkan dan menyita banyak waktu.

Suatu saat, sang kakek tua dengan pemikirannya yang lugu dan sederhana mengemukakan tekadnya. Ia mengajak segenap keluarganya untuk bahu-membahu memindahkan gunung. Pada hari yang telah ditentukan, keluarga sang kakek pun mulai menggali tanah lereng gunung. Hari demi hari dipenuhi dengan bekerja menggali-menggali dan menggali lereng gunung. Melihat kesibukan tersebut, beberapa hari kemudian para tetangga berdatangan. Salah seorang pemuda begitu penasaran dan bertanya pada si kakek.

"Kakek dan seluruh keluarga besar setiap hari terlihat begitu sibuk! Dari pagi sampai sore, menggali lereng gunung. Sebenarnya, apa maksud dan tujuan kakek?" Si kakek menghentikan kerjanya. "Kami menggali untuk memindahkan gunung ini, Nak," jawabnya mantap. "Hah, memindahkan gunung?? Mana mungkin, Kek?!" tanya si pemuda tidak percaya. "Gunung sebesar itu kok mau dipindahkan," lanjutnya. "Kakek kan sudah tua. Saya yakin, sebelum gunung bisa dipindahkan, kakek pasti sudah meninggal lebih dulu. Dengan begitu, bukankah kakek mengerjakan sesuatu yang sia-sia belaka?"

`Si kakek menjawab dengan lantang, "Kakek memang sudah tua. Tapi bila kakek meninggal, ada anak-anakyang meneruskan, ada cucu-cucu yang akan menggantikan, begitu seterusnya... Selama kami punya tekad, mau bekerja keras, penuh kesungguhan hati, dan konsisten, kakek yakin suatu hari kelak, gunung ini pasti bisa dipindahkan. Dan jalan kehidupan kita semua akan lebih mudah!" Tekad si kakek dan keluarganya yang begitu kuat, menggoyahkan hati masyarakat sekitar situ. Maka, mereka pun berbondong-bondong bergantian, dengan peralatan yang seadanya, bahu membahu mulai ikut bersama-sama bekerja menggali lereng gunung itu.

Singkat cerita, hati para dewa di khayangan pun akhirnya tergerak ketika melihat tekad si kakek dan semangat warga desa. Kemudian, mereka sepakat membantu sang kakek untuk memindahkan gunung itu. Dan haaap, tangan para dewa sibuk melambai bekerja sama.Dalam sekejap, terjadilah keajaiban! Gunung pun berpindah tempat dan jalan terbentang luas menuju kemana pun masyarakat desa itu hendak pergi. (Tania)

Minggu, 14 Oktober 2012

Mati Ide


Ketika dunia tak bergerak
sebagaimana mustinya

Ketika akal bersejajaran
dengan fakta

Ketika indra membangun benteng,
membentuk perisai,
menamengi pasukan kosakata

Ketika diksi dan relativitas
berlarian dalam serangkai
bidang simetri tak hingga

Ketika pijakan tak lagi menyokong,
runtuh tembok realita
bertemu cerita

Ketika semua yang lama
terasa baru

Sejajar dan searah
tak membentuk titik temu
tuk berpotongan
bersilangan

Opini berubah berita
bikin realita
tak lagi jadi
perhatian kita

Dan roda kehidupan
tak mengenal
kata tunggu

Memeras tinta
melukis kata
menjadi derita
ketika kita

MATI IDE

Dennis Reinhard, Raja ketiga Starteen 2012


Selepas menjalani karantina di ajang Starteen 2012 pada 20 hingga 26 September lalu, Dennis Reinhard telah kembali aktif berkuliah. Dengan perolehan juara 3, ia mengaku puas.

“Banyak hal yang saya pelajari di sana (karantina Starteen), terutama soal backstage. Saya belajar bahwa bersikap baik pada semua orang itu penting. We have to be nice to people.” ujarnya.

Saat ditanya juri mengapa ia ingin terkenal, Dennis justru menjawab bahwa ia tidak ingin terkenal. Menjadi terkenal bukanlah tujuan utama Dennis berpartisipasi dalam ajang bergengsi tersebut.

“Tujuan utama saya bukan untuk menjadi terkenal. Saya hanya mencintai pekerjaan ini, profesi sebagai News Anchor.” jawabnya.

Dennis tidak memungkiri bahwa menjadi terkenal itu ada baiknya. Menurutnya, menjadi terkenal akan memudahkannya berlajar dari kisah orang lain. Orang akan lebih terbuka jika tahu siapa dirinya.

Menduduki posisi ketiga, Dennis memperoleh uang tunai, gadget, dan Pre-management kontrak dari HighEnd Teen selama 6 bulan. (Sil)

Rabu, 10 Oktober 2012

Memperjuangkan Integritas Lewat Karya Film


Sebagai wujud partisipasi membangun integritas pelajar tanah air, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara mengadakan seminar sekaligus workshop "Memotret Isu Integritas Lewat Pelayanan Publik", Selasa (9/10) lalu. Acara yang diusung mengemban tema khusus “Peran Guru dalam Mendorong Kreatifitas Murid melalui Film”.

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Drs. Eko Harry Susanto, M.Si. menyatakan bahwa nilai-nilai integritas saat ini begitu tipis. Kejujuran menjadi salah satu hal terpenting bagi para pelajar saat ini.

Adanya acara semacam ini diharapkan mampu menjadi pedoman para pengajar mengaplikasikan nilai-nilai tersebut. Sambutan juga disampaikan oleh perwakilan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Hj. Rita Marlina, M.Si. Sebelum materi disampaikan, Adhe Nur dan Jessica Bernadetta sebagai perwakilan mahasiswa Fikom pun turut menyumbangkan lagu "Himne Guru".



Peserta yang hadir di seminar dan workshop ini berjumalh sekitar 150 orang. Mereka berasal dari kalangan guru se-Jabodetabek juga mahasiswa dan mahasiswi Fikom UNTAR. Para guru terlihat begitu menyimak setiap materi yang disampaikan.

Foto: I-Focus
Salah satu narasumber yang hadir adalah Lexy Junior Rambadeta, sutradara film dokumenter dan video jurnalistik yang bertema nilai-nilai integritas.
Sosok kelahiran Yogyakarta ini mengungkapkan Jabodetabek merupakan surga bagi berbagai cerita sebagai bahan pembuatan film.“Untuk berintegritas kita harus berjuang melawan diri sendiri dan ber-etika serta kejujuran menjadi faktor utama”, ungkapnya.


Berbagai macam hal teknis yang berkaitan dengan pembuatan karya film juga turut disampaikan oleh Syafitryah dan Eryccson Panjaitan dari School of Broadcast Media. Keterampilan teknis menjadi penting sebagai dasar bahan ajar untuk para siswa menghasilkan karya yang menarik.

Acar ditutup oleh penampilan duet Adhe Nur dan Andreas Sinaga dari Fikom Untar dan tarian "Saraswati" oleh Sinata Sanggar Saraswati. (Riza)

Senin, 08 Oktober 2012

Kesaktian Pancasila ala Ketua BEM dan DPM Fikom


Untuk benar-benar memahami Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh tanggal 1 Oktober lalu, Oranye mewawancarai ketua BEM dan DPM Fikom, Elwi Gito dan Amos Moses.

Elwi berpendapat bahwa Pancasila sekarang sudah tidak lagi menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia. Berbagai kegagalan Pemerintah dalam melindungi hak-hak yang seharusnya dimiliki rakyat telah jelas terlihat. Contohnya ialah kebebasan untuk berkeyakinan dan beragama seperti disebutkan dalam sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Kelompok minoritas seringkali tidak mendapat tempat untuk beribadah dan masih banyak rakyat menderita karena kebijakan yang muncul sehingga demonstrasi terjadi dimana-mana.

Sependapat dengan Elwi, Amos menambahkan bahwa kita sebagai generasi muda sudah seharusnya menjadikan Pancasila sebagai dasar dan mempertahankannya lewat cara memahamiisi dan menghayati nasionalisme. Selain itu, nasionalisme juga dapat ditumbuhkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan melestarikan budaya bangsa.

Minggu, 07 Oktober 2012

Profil Mahasiswa: Brun Kartino Sudjanto


Nama Lengkap : Brun Kartino Sudjanto
Kuliah : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Tempat, tanggal lahir : Jakarta,3 November 1991
Hobby : Nonton fim, Futsal
Buku favorit : il Principe – niccolo machiavelli
Film favorit : Angels and Demons
Musik favorit : Pop


 Sosok yang pantas dikagumi dan dicontohi prestasi belajarnya. Brun Kartino Sudjanto adalah salah satu siswa Fakultas Ilmu komunikasi Universitas Tarumanagara angkatan 2009 yang memiliki peringkat IPK tinggi yakni 3,90.

Brun memilih peminatan advertising (periklanan), dan mata kuliah kegemarannya adalah Advertising copywriting, karena pada mata kuliah itu pertama kalinya ia membuat iklan dan mendapat tips mengenai pembuatan iklan yang benar.

Kegiatan Brun saat ini adalah menyelesaikan kuliah semester 7 sekaligus merampungkan skripsi dan magangnya di DG Traffic, sebuah perusahaan Advertising di daerah Thamrin

Sebagai mahasiswa dengan peringkat IPK tinggi, Brun mengakui tidak memiliki rahasia belajar. Saya sama seperti mahasiswa lainnya, belajar sehari menjelang ujian. Hehehe. ”ujarnya. Namun apabila ia menyukai matakuliah tertentu, sepulang dari jam kuliah biasanya ia akan mengulang kembali materi matakuliah yang baru dipelajarinya. Brun akan membaca kembali materi yang diajarkan maupun mencari informasi lebih lengkap di internet.

Brun termasuk pribadi disiplin dan  tidak pernah absen matakuliah kecuali sakit (harus ditiru J). Brun memiliki passion di bidang bisnis. Laki-laki berusia 19 tahun ini memiliki cita-cita menjadi entrepeneur yang bergerak di bidang apparel (pakaian) olahraga seperti merek Adidas. Namun, karena tidak memiliki latar belakang dari bidang tersebut, Brun memutuskan untuk mempelajari  iklan dimana terdapat teknik pemasaran dan sebagainya. Ia berniat menggunakan ilmu yang dipelajarinya selama kuliah untuk memasarkan usahanya kelak.

Di tengah kesibukannya dalam kuliah, magang, dan skripsi, Brun juga masih menyempatkan diri membantu perusahaan orangtuanya yang bergerak di bidang advokat dan berencana mengambil S2 di bidang hukum.

Brun tidak pernah merasa waktu jalan-jalannya terganggu karena masih memiliki waktu luang saat weekend, pergi dengan teman atau keluarga. Menonton film adalah kegiatan weekend favoritnya.  Dirinya sendiri mengaku bahwa ia bukan tipe yang menyukai jalan-jalan.

Saran dari Brun bagi teman-teman mahasiswa“Ingat bahwa nilai bukan segalanya. Apabila kita berorientasi pada nilai, kita bisa saja menyontek. Namun yang terpenting adalah penguasaaan kita terhadap materi yang diberikan. Selain itu harus ada keseimbangan antara waktu belajar dan refreshing.“  Brun juga menambahkan agar tidak terlalu serius menjalani kuliah, akan tetapi fokus dan mengingat tujuan serta arah kuliah kita.

Saran untuk Fikom Untar dari Brun yaitu agar menambah sarana dan prasarana, terutama laboratorium. Perbanyak praktek dan kurangi penggunaan teori. (Anissa/Wendy)