Siang hari di hari pertama Idul Fitri (31/8), saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu pusat perbelanjaan di daerah Puri, Jakarta Barat. Saat itu, suasana di sana tidak seperti biasanya. Pengunjung tidak sebanyak hari-hari biasa. Antrian di kasir pun sepi. Saya mengalihkan perhatian kepada karyawan-karyawan di pusat perbelanjaan tersebut. Mereka hanyut dalam pekerjaan mereka. Ada yang membersihkan lantai, melayani pengunjung, merapikan trolley, dan sebagainya. Entah kenapa, saat itu saya menangkap kemuraman di wajah para karyawan. Wajah mereka terlihat sedih dan lelah, gerak-gerik mereka terlihat tidak bersemangat. Entah apa yang mereka rasakan. Hati ini tiba-tiba berbisik, jangan-jangan mereka sedih karena tidak bisa berkumpul dengan orang tercinta di hari besar.
Kemudian kaki saya kembali melangkah ke pojok luar pusat perbelanjaan itu. Ada dua stand makanan ringan yang tampaknya sepi pembeli. Para penjaganya pun terlihat hanya diam dan termenung. Karena perut cukup lapar, saya memutuskan untuk membeli makanan di salah satu stand. Setelah memesan, saya mencoba sedikit berbasa-basi kepada si penjaga. Terdorong rasa penasaran, saya bertanya apakah mereka sedih ketika harus bekerja saat hari raya?
Atik, si penjaga stand mengatakan bahwa ia merasa sedikit sedih karena harus bekerja saat Lebaran. “Ada rasa bete juga sih, yah tapi mau gimana lagi,”ungkapnya polos. Atik berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Setiap tahun biasanya ia mudik ke kampung dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Atik
Tahun ini Atik tidak bisa pulang kampung karena harus bekerja. Atik menceritakan, biasanya bila ia pulang kampung, ia menghabiskan waktu untuk mengobrol dan jalan-jalan dengan saudara-saudaranya. “Saya kangen mereka, Mbak.”ujar Atik ketika saya hendak beranjak.
Pengalaman siang itu memberikan suatu pelajaran. Ketika kita terbuai asyiknya liburan, ternyata ada Atik dan Atik-Atik lain yang tetap bekerja melayani kita yang sedang menikmati liburan. Berkat mereka, saat liburan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Jangan lupakan mereka. (Eilina Mariamele)
Posting Komentar