Sebagian besar dari kita sering mendengar nama pahlawan revolusi yang satu ini. Bagaimana tidak? karena letak Kampus 1 Universitas Tarumanagara tempat kita bernanung berada di jalan dengan nama pahlawan ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Letjen.S Parman?
Ibarat pepatah yang berbunyi: "tak kenal maka tak sayang" dan momentum Hari Pahlawan yang jatuh pada hari ini, maka ada baiknya kita mengenal lebih dekat salah satu pahlawan revolusi kita yang satu ini.
Ibarat pepatah yang berbunyi: "tak kenal maka tak sayang" dan momentum Hari Pahlawan yang jatuh pada hari ini, maka ada baiknya kita mengenal lebih dekat salah satu pahlawan revolusi kita yang satu ini.
Letnan Jendral Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 4 Agustus 1918. Ia merupakan pahlawan revolusi karena menjadi korban kekejaman PKI (Partai Komunis Indonesia), bersama enam perwira lainnya. Cerita singkatnya, Letjen S. Parman merupakan seorang perwira intelejen yang mengetahui banyak rahasia terutama seputar kegiatan PKI yang ingin membentuk angkatan kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Angkatan kelima dimaksudkan untuk disejajarkan dengan tentara Angkatan Laut, Udara, Darat dan Kepolisian RI. Letjen S. Parman serta enam pahlawan revolusi lainnya menolak usul tersebut karena takut bila angkatan kelima akan mengambil alih pemerintahan, hal ini membuat mereka tidak disukai oleh pihak PKI.
Puncaknya terjadi pada 30 September atau yang lebih dikenal
dengan Gerakan 30 September (G-30S) PKI. G-30S PKI adalah peristiwa penculikan dan pembunuhan Letjen S. Parman beserta keenam perwira tinggi TNI lainnya yaitu Jend. Achmad Yani, Letjen. Suprapto, Letjen.
M.T. Haryono, Mayjen.D.I. Panjaitan, Mayjen. Sutoyo
S, dan Kapten Pierre Tendean. Jasad mereka kemudian dibuang kedalam sumur tua
di daerah Lubang Buaya.
Maka untuk mengenang dan menghormati jasa ketujuh pahlawan
revolusi tersebut, di daerah Lubang Buaya dibangunlah sebuah tugu yang bernama
Tugu Kesaktian Pancasila.(mar)
Posting Komentar