Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal
dengan Ki Hajar Dewantara merupakan simbol
perjuangan akan pendidikan bagi kaum pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ki
Hajar menentang diskriminasi untuk mendapatkan pendidikan yang pada masa itu
hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan dan orang-orang Belanda. Ki Hajar
membangun Perguruan
Taman Siswa Yogyakarta yang memberikan pendidikan
bagi kaum pribumi. Atas jasanya, hari kelahiran Ki Hajar yaitu 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ki Hajar juga dikenal sebagai tokoh perjuangan kemerdekaan. Ki Hajar
berasal dari keluarga Keraton Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikannya,
Ki Hajar menjadi wartawan dan penulis di beberapa surat kabar. Semangat anti
kolonialisme selalu tertuang dalam tulisannya yang tajam dan komunikatif.
Ki Hajar bergabung dengan organisasi Boedi Oetomo (BO) pada tahun 1908. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan wacana Indonesia dalam persatuan dan kesatuan.
Selain BO, Ki Hajar juga dikenal sebagai tiga serangkai bersama E.F.E. Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangunkusumo yang membangun National Indische Partij. National
Indische Partij merupakan partai politik pertama dalam masa Hindia
Belanda dan bertujuan melawan diskriminasi yang terjadi pada masa itu.
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan
sumbangan dari warga pribumi untuk perayaan kemerdekaan Belanda. Timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis,
termasuk Ki Hajar.
Ia kemudian menulis tulisan yang berjudul "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu
Juga". Salah satu tulisan Ki Hajar yang paling dikenal
adalah yang berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda"
(judul asli: "Als ik een Nederlander
was") yang dimuat dalam surat kabar de express. Isi
artikel ini berisi kritikan pedas untuk kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan
tersebut antara lain sebagai berikut:
"Sekiranya
aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta
kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar
dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk
menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah
menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja
penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama
menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan
ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya."
Akibat tulisan ini Ki Hajar ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenbrug
dan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Dekker
dan Tjipto yang tidak terima atas tindakan pengasingan itu memprotes dan
berujung pada pengasingan tiga serangkai ke Belanda.(tany)
Posting Komentar