"Yang namanya legislatif, DPR kalau normal ini hanya 5 tahun. Tidak selamanya jadi pemerintah, tidak selamanya jadi DPR, yang lama itu jadi rakyat," ujar Amin Jalalen, petani dalam film dokumenter "Yang Ketujuh".
![]() |
Wakil masyarakat dalam film dokumenter "Yang Ketujuh" diundang naik ke atas panggung pada Gala Premiere di Studio 1 XX1 Epicentrum, Jakarta Selatan. |
Seperti yang diungkapkan Produser Eksekutif "Yang Ketujuh" Andhy Panca Kurniawan, "Pemilihan presiden sebetulnya bukan lagi dari kacamata para calon. Tapi sebetulnya dari bagaimana sih masyarakat berharap perubahan. Tapi momentumnya pemilu."
Menarik, ketika terdokumentasi percakapan warga Menteng yang hendak menaikkan proposal perbaikan kali Menteng ke Jokowi namun di lain scene mengaku sebagai pendukung Prabowo.
"Yang terpenting dari film ini adalah perkelahian elit kan enggak selesai sampai sekarang, tapi diajarkan sebetulnya melalui film ini bahwa mereka (masyarakat menganggap) selesai. Masyarakat bisa menerima. Justru demokrasi itu berjalan di grass root, bukan di tingkat elit." jelas Panca Kurniawan.
Film dokumenter yang akan diputar serentak di bioskop komersil tanah air, antara lain di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Makassar, Yogya, dan Solo pada 25 September 2014 ini diakui Riri Riza sangat menarik. "Saya sih melihat dari awal bagus. Tentu saja karena ini momen yang sangat bersejarah dan penting. Film ini dengan kekuatan dokumentasi yang ada sangat dilligent mendokumentasikan banyak momen."
Tolok ukur keberhasilan film ini menurut Dandhy, yakni kehidupan para pemainnya berubah karena ada kebijakan publik yang diproduksi yang berpihak pada mereka, kemudian bisa menumbuhkan kesadaran politik bahwa mereka berhak memilih dan bersuara. Keberhasilan ketiga kalau media juga memperlakukan berita politik seperti watchdoc memproduksi isu tersebut melalui "Yang Ketujuh".
"Tanpa itu, ya film ini hanya jadi rame-ramean saja." terang Dandhy.
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.