Oranye Fikom Untar Oranye Fikom Untar Author
Title: Noda yang Terhapus Iklan
Author: Oranye Fikom Untar
Rating 5 of 5 Des:
O rganisasi minat dan bakat Creadzy mewakili jurusan periklanan FIKom Untar mengundang Eka Annash, vokalis grup band The Brandals men...
Organisasi minat dan bakat Creadzy mewakili jurusan periklanan FIKom Untar mengundang Eka Annash, vokalis grup band The Brandals menjadi pembicara seminar FIKom Expo hari ketiga (14/3) lalu. Tema yang diusung kali ini ialah “Noda yang Terhapus Iklan. 

Acara dibuka dengan video produksi Creadzy yang mengundang gelak tawa penonton. Usai video, tiba – tiba dari arah belakang peserta datang sekelompok pria berjubah putih hingga menutupi bagian kepala. Mereka mengusung bendera UNTAR dipimpin Nyoman (mahasiswa FIKom UNTAR angkatan 2011) selaku MC. 

Eka Annash memulai pemaparannya dengan perkenalan diri. Selain dikenal sebagai vokalis band The Brandals, ternyata Eka juga memiliki kesibukan sebagai Advertising Agency. Ia pun dengan apik memaparkan soal “kesaktian iklan dalam menghapus noda citra.

Iklan ternyata tidak hanya dimanfaatkan untuk mempengaruhi khalayak dan mempromosikan produk tertentu. Ia juga bisa dijadikan sarana untuk memperbaiki citra seorang public figure maupun suatu perusahaan. 

Eka mengambil contoh iklan U.K. Car Insurance Company Swiftcover. Sejumlah musisi menyatakan penolakan terhadap asuransi mobil tersebut dan mengadukan hal tersebut ke ASA (Advertising Standard Authority) karena mereka menggunakan Iggy Pop, seorang musisi punk yang aksi panggungnya terkenal sangat ekstrim. 

Ada juga John Lydon (atau yang lebih dikenal sebagai Johnny Rotten), musisi yang tergabung dalam grup band Sex Pistols yang menjadi bintang iklan British Country Life Butter. Iklan tersebut dinilai tidak sesuai dengan gaya punk–nya. Namun, berkat iklan tersebut John dapat berkumpul kembali dengan grupnya dan merekam album baru bersama Public Image Ltd. 

Jadi, pengiklan dituntut pula untuk jeli memilih sosok yang akan dilibatkan dalam iklan mereka. Salah – salah, bukannya khalayak tertarik, sebaliknya menarik diri dan kabur. 

Tidak sedikit pula iklan yang beredar kini menampilkan unsur pornografi. “Zaman sekarang, moral dan etika sudah tidak penting lagi. Kalau mau iklan kalian menarik, buatlah sebebas mungkin tapi kreatif,” ujar Eka. (Silviana Dharma)

About Author

Advertisement

Posting Komentar

 
Top