Kepercayaan dan tradisi masyarakat Tionghoa di Indonesia sangat banyak. Kepecayaan ini bahkan hampir punah pada masa orde baru lantaran larangan oleh rezim yang berkuasa saat itu. Ada beberapa dari mereka yang nekat menjalankannya secara sembunyi-sembunyi. Kini umat Tionghua dapat merayakan hari raya mereka secara bebas. Tak banyak dari kalangan muda Tionghoa yang mengerti asal mula tradisi etnis mereka sendiri, hanya dijalankan sepatutnya tradisi saja.
Dalam penanggalan Imlek, hampir setiap bulan ada saja tradisi yang umat Tionghoa jalankan. Salah satunya adalah Duan Wu Jie (baca: Tuan Wu Ciek), atau orang Hokkian mengenalnya dengan istilah Peh Cun, dan Ngiat Ciet oleh orang Khek. Perayaan ini jatuh pada setiap tanggal lima bulan lima kalender Imlek, kira-kira sekitar bulan Mei-Juni kalender Masehi. Tahun ini, Peh Cun dirayakan pada tanggal 28 Juni 2009.
”Tepat jam 12 siang pada hari Peh Cun kita bisa mendirikan telur di atas ubin pada ujung lancipnya. Pada jam 12 itu juga mata air bersih bisa menyembuhkan penyakit dan beberapa jenis tanaman obat bisa manjur. Itu terbukti!” ujar David Kusnadi, mahasiswa Fikom Untar yang merayakan Peh Cun setiap tahunnya.
Masyarakat Tiong Hoa umumnya berbondong-bondong pergi ke pantai untuk merayakan Peh Cun. Masyarakat juga mengadakan perlombaan perahu naga. Biasanya, sebelum memulai perlomban mereka melemparkan kue bacang ke sungai atau ke laut. Kue Bah Cang adalah panganan khas Peh Cun.
Membuat Kue Ba Cang
foto: Suarapembaharuan.com
Pelemparan Bah Cang ke sungai atau ke laut merupakan komunikasi nirverbal. Ini adalah wujud simbolik dan memiliki makna bersejarah. Pelemparan Bah Cang adalah wujud penghormatan kepada seorang patriot asal China pada jaman perpecahan Tiongkok dulu. Dia rela menjatuhkan dirinya ke Sungai Mu Li ketika diminta tunduk oleh negara penjajah. Ini adalah wujud cinta kepada negaranya. Warga begitu mencintai kepada sang patriot kebanggaan mereka. Mereka membuat ketan berisi dagin dan dibungkus daun untuk dilempar ke Sungai Mu Li agar ikan-ikan memakannya dan tidak menggerogoti jasad sang patriot. Setiap tahun mereka melakukannya sampai sekarang. Peh Cun adalah simbol kesetian negara kita. Sanggupkah kita berkorban jiwa raga demi tanah air Indonesia? (Chandra).
Posting Komentar