Oranye Fikom Untar Oranye Fikom Untar Author
Title: [Miris] : Ke mana Kosa Kata Kanak-Kanak
Author: Oranye Fikom Untar
Rating 5 of 5 Des:
Putu Elmira sedang memberikan pelajaran Siang itu, sabtu tanggal 17 September 2011, aku punya janji untuk bergabung bersama teman-...
Putu Elmira sedang memberikan pelajaran

Siang itu, sabtu tanggal 17 September 2011, aku punya janji untuk bergabung bersama teman-teman Agent of Hope, untuk memberi les kepada anak-anak kurang mampu di daerah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Letaknya di sebuah Mesjid, dekat pinggiran kali yang bau dan jorok. Kemiskinan terhampar jelas di sini, berbanding terbalik dengan kehidupan glamor masyarakat metropolis ibu kota.

Kami ada bersebelas siang itu, terdiri dari berbagai kampus, tidak saling mengenal, tapi kami punya satu kesamaan, sama-sama peduli terhadap anak-anak marjinal ibu kota. Di pelataran mesjid yang tak terlalu luas itu, kami mengajarkan pelajaran matematika kepada anak-anak itu. Mereka dengan suka cita menyambut kehadiran kami.

Nurul Khotimah berfoto dengan salah satu anak didik

Ada satu hal menarik yang membuat saya sedikit tergelitik bila mengingat kejadian siang itu. Ada satu anak didik saya, Novi namanya, seorang bocah kelas 6 SD. Di sela-sela ia mengerjakan soal matematika yang saya berikan, saya sempat bertanya tentang hobi dia, ia pun menjawab dengan antusias.  “Novi suka bernyanyi, kak” ujarnya. “Novi suka nanyi lagu apa ?”, tanyaku lagi, dan jawabannya ini yang mengelitik hati saya.

“Novi sukanya nanyi lagu Cherry Belle sama lagunya SM*SH, kak”

Astaga Ojannnn. . .
Bayangkan seorang bocah kelas 6 SD, lagu kegemarannya Cherry Belle dan SM*SH..!!

Mengutip di situs metrotvnews.com, fenomena ini tidak bisa dianggap sebelah mata, bahkan ada seorang pakar psikolog, Rusdiah Agustina, mengatakan bahwa kosa kota anak-anak zaman sekarang sudah tercemar oleh kosa kata orang dewasa. Lirik lagu orang dewasa yang mengandung kata-kata vulgar seperti "bajingan", "selingkuh", "bercinta", atau "kurang ajar", "hamil", menjadi sedemikian mudah diucapkan anak-anak tanpa mereka tahu artinya.

Bahkan menurut Rusdiah, tidak jarang ada orang tua yang bangga mendengarkan anaknya sudah bisa melafalkan lagu-lagu orang dewasa itu. konsultan psikolog anak dan keluarga itu merasa prihatin dengan tidak berkembangnya lagu anak-anak di Indonesia. "Setidaknya dengan tayangan bermutu, mentalitas anak-anak Indonesia bisa terbentuk dengan baik," kata Rusdiah Agustina.

Sontak, saya merasa beruntung lahir di tahun 90-an, dan masih bisa mendengar lagu anak-anak, seperti yang dibawakan Trio Kwek-Kwek, Sherina, Joshua dan Tina Toon. (Elwi-Oranye-Fikom Untar)

About Author

Advertisement

Posting Komentar

 
Top