Dalam hidup ini tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Manusia diciptakan Tuhan dengan rupa bermacam-macam, memiliki kelebihan serta kekurangan. Tetapi, sangat disayangkan masih ada sesama di sekeliling kita yang memiliki keterbatasan, yaitu mereka yang terkena keterbelakangan fisik atau mental.
Pada waktu itu, saya bersama teman-teman yaitu Heri, Nurul, dan Elwi menyambangi sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) di daerah Jakarta Barat, tepatnya di sekitar daerah Sumur Bor. Nama SLB itu ialah Alfiany. SLB ini menangani anak-anak tuna rungu dan tuna grahita ringan.
Saat itu, hari sudah menjelang sore ketika kami tiba di SLB Alfiany. Kami pun masuk dan langsung mewancacarai dua orang siswa dengan bantuan para guru. Yang kami wawancarai adalah anak tuna rungu. Nama mereka adalah Putri Wahyu dan Listiana.
Putri Wahyu dan Listiana berusia 17 tahun. Mereka berkomunikasi dengan menggunakan isyarat tangan. Kekurangan diri tidak membuat mereka patah semangat untuk mewujudkan bakat. Listiana berhasil memenangkan kejuaraan bulutangkis dengan menyabet peringkat 2 se-Jakarta Barat.
Kami sempat mewawancarai guru mereka, yaitu Ibu Tere. Ada satu celutukannya yang membuat saya kagum yaitu “Emang dosa ya kalo kita ngajar mereka?” tanya ibu Tere. Kata-kata itu keluar saat kami bertanya , “ Ibu, kenapa sih ingin jadi guru SLB, pasti kan dari pihak keluarga ibu ada yang tidak setuju dengan pekerjaan ini?”. Kami pun menyadari bahwa tidak ada salahnya mendidik mereka yang mempunyai ketebatasan ini.
Ada pula pesan-pesan dari mereka yang berkekurangan. Jangan anggap rendah mereka, hargailah mereka. Bagi anak-anak yang mempunyai kelebihan, jangan malas untuk bersekolah karena mereka yang memiliki kerterbatasan saja semangat untuk bersekolah. (Revi-Oranye)
Posting Komentar