Oranye Fikom Untar Oranye Fikom Untar Author
Title: Lihat ke Bawah dan Bersyukurlah
Author: Oranye Fikom Untar
Rating 5 of 5 Des:
Oleh: Ebel Darmawan Tulisan ini terinspirasi dari momen sederhana yang membuat saya berpikir. Sore hari dalam perjalanan pulang setel...
Oleh: Ebel Darmawan

Tulisan ini terinspirasi dari momen sederhana yang membuat saya berpikir. Sore hari dalam perjalanan pulang setelah aktivitas kampus, saya melewati lampu merah Grogol,  depan Mall Ciputra. Ketika menunggu lampu hijau, saya melihat banyak anak kecil mengamen. Ada satu anak yang menarik perhatian saya, seorang bocah laki-laki kira-kira berusia 5-7 tahun. Anak itu memiliki luka di mata kirinya yang membuat bocah ini hanya mempunyai sebelah penglihatan. 

Dalam sepersekian detik saya langsung berpikir, apakah ia sengaja dibutakan? Benak saya langsung terbawa ke adegan di dalam film laris, SlumDog Millionaire. Dalam film itu terdapat adegan sekelompok orang mengumpulkan anak-anak kecil untuk dijadikan pengamen. Ada anak yang dibutakan dengan sengaja untuk menarik simpati dan perhatian orang lain. Apakah sedekat itu adegan di film dengan kenyataan di sekitar kita? Saya pikir jawabannya YA.

meratapi nasib
Banyak orang kurang beruntung di dunia ini. Apakah itu salah mereka? Terlahir tanpa memiliki apapun, tanpa status sosial yang baik, terlahir tanpa fasilitas, dan tanpa kemampuan untuk mendapatkan hak mereka. Apakah kita pernah memikirakan hal ini? Sebagai praktisi akademik, mahasiswa, dosen, dan anggota masyarakat, kita selalu diajarkan sesuai dengan teori dari buku dan menjadi fleksibel dengan keadaan. Namun, apakah kita pernah benar-benar mempedulikan mereka? Mereka tidak butuh uang dan belas kasihan. Mereka hanya butuh satu hal, APRESIASI. 

Kita mengetahui mereka ada dan tahu apa yang seharusnya kita lakukan, tetapi kita cenderung mengingkarinya. Kita berbicara tentang  krisis ekonomi, naik turunnya nilai emas dan dolar. Tapi, apa itu krisis ekonomi? Krisis ekonomi terjadi pada mereka yang terbiasa makan di restoran, berwisata ke luar negeri, dan hidup mewah. Ketika terjadi krisis, mereka tidak dapat berwisata ke luar negeri dan tidak lagi bergelimang kemewahan. itulah arti krisis ekonomi menurut saya pribadi. Tapi bagi mereka? Krisis ekonomi bukanlah sesuatu yang harus dipusingkan, hanya sesuatu yang ngejelimet!

Saya tidak tahu alasan saya menulis tulisan ini, tapi saya tahu saya ingin menulisnya. Kita cenderung melihat ke atas dan tidak pernah puas. Kita mengeluarkan 30 ribu rupiah tanpa rasa sayang hanya untuk segelas kopi. Sementara banyak yang membanting tulang seharian dan hanya mendapat 5-10 ribu rupiah. Lewat tulisan ini, lihatlah ke bawah dan bersyukurlah!

melihat kebawah
Kita tidak dapat membantu mereka sekaligus, tapi setidaknya  janganlah menyakiti dan merendahkan mereka. Semoga dengan tulisan ini saya bisa menyadarkan semuanya dan mengapresiasi mereka dengan berbagai cara. Membuat kita lebih menghargai kehidupan dan mensyukurinya.

About Author

Advertisement

Posting Komentar

 
Top