Melalui banyak hal manusia belajar. Melalui
lingkungan, media, hingga permainan. Dan setiap pelajaran akan menetap dalam ingatan
manusia ketika terdapat suatu kesan di dalamnya.
LKMM Untar ke-37 kini telah usai. Selama 3 hari
2 malam, para peserta dari berbagai fakultas di Untar saling terhubung. Para
peserta saling bersaing, namun juga berbagi dan berjuang bersama-sama.
Salah satu permainan yang meninggalkan kesan
mendalam bagi para peserta ialah electric
fan. Kelompok dikurung dalam batas tali setinggi kurang lebih 1 meter yang
dianggap bertegangan listrik tinggi. Satu-satunya jalan keluar adalah melompati
tali pembatas itu tanpa menyentuhnya. Aturannya, setiap anggota harus bergandengan
tangan sampai seluruh anggota keluar dari kungkungan tersebut.
Beragam cara dilakukan peserta. Dalam kondisi
terguyur hujan, satu dan atau dua orang menjadi batu pijakan bagi teman-temannya.
Mereka harus merelakan punggung atau paha atau pundaknya agar temannya bisa
melompat keluar pagar pembatas. Satu per satu mulai keluar. Namun perjalanan
tidak semulus itu. Ketika salah seorang anggota menyentuh tali pembatas,
seluruh tim harus mengulang dari awal. Berkali-kali mereka harus mengulang.
Lagi dan lagi, padahal hanya tinggal satu atau dua orang lagi. Entah dari mana
asalnya semangat mereka. “Tidak apa-apa,” teriak mereka. “Bisa! Bisa! Bisa!
Kita bisa!”
Bobot tubuh yang besar tidak mengecilkan hati
mereka. Strategi demi strategi mereka coba. Mereka yang di luar pun tidak
lantas lepas tangan, mereka menopang, menengadahkan tangan-tangan untuk
membantu teman mereka keluar. Sorakan terus berkumandang ketika semakin banyak
anggota yang selamat. Tinggal satu anggota lagi. Semua tenang dan siap.
Harap-harap cemas, namun meyakinkan bahwa mereka bisa. Kelompok 4 misalnya,
Banyo (Fakultas Teknik) segera menungging di bawah tali, sebagian tubuhnya di dalam dengan
kepalanya menghadap ke depan, menjadi pijakan bagi temannya Bill (Fakultas Ekonomi) yang masih
tertinggal sendiri di dalam. Sementara teman-teman yang lain memegangi tangan
Bill. Bill pun mulai melangkahi tali dan teman-temannya meraih kaki Bill tuk
dijejakan pada pijakan yang tepat tanpa menyentuh pagar listrik. Syukurlah,
mereka pun berhasil.
Rela berkorban, saling percaya, optimistis,
pantang menyerah dan kerjasama tim menjadi pelajaran berharga yang dapat
dipetik peserta dalam permainan ini. Dalam kehidupan organisasi pun demikian,
diharapkan ketika datang masalah dan rintangan menghadang, organisasi tidak
menjadi lemah dan terpenjara. Organisasi harus yakin dan berjuang tanpa kenal
lelah demi tercapainya solusi bersama.
Jalan keluar selalu ada jika kita terus berusaha
meraihnya. Rintangan yang paling mustahil sekali pun dapat dilompati ketika
hati-hati terpadu menjadi satu kesatuan yang saling meneguhkan.
Satu kata dari Danny (Fakultas Teknik Informasi) mengenai pelajaran
yang ia dapatkan dari permainan ini, “intens.”
Banyo menambahkan “ jadi, kalau mau suatu
organisasi itu berjalan lancar dan berkembang, maka setiap individu (harus)
ditanamkan sifat rela berkorban. ”
“Before you are a
leader, success is all about growing yourself. When you become a leader,
success is all about growing others. “
Jack Welch
(SIL)
Posting Komentar