Oranye kali ini berkesempatan
mengikuti Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut (DJTL) yang diselenggarakan oleh
Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Universitas Negeri Makassar,
Profesi setelah perwakilannya dinyatakan lolos seleksi. DJTL ini diadakan sejak
Rabu (7/5) hingga Sabtu (10/5). Para peserta yang merupakan perwakilan dari
berbagai Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di seluruh Indonesia digembleng dengan
berbagai materi serta diskusi sesuai dengan tema DJTL ini, yaitu “Ancaman Media
Sosial Terhadap Verifikasi Media Massa.”
Hari pertama DJTL dibuka dengan
acara penyambutan peserta. Bernuansakan suasana luar ruang dengan ditemani
pencahayaan obor, para peserta disuguhi tarian khas dari Sulawesi Selatan yaitu
Tari Paddupa. Selain itu, penari juga mengenakan pakaian khas Sulawesi Selatan,
yaitu Baju Bodo. Tari Paddupa memang merupakan tarian yang sering dimainkan
dalam acara pembukaan untuk penyambutan tamu.
“Tari Paddupa itu tari penyambutan tamu raja pada zaman Raja Gowa.
Sampai sekarang, Tari Paddupa disuguhkan dalam setiap acara pembukaan untuk
penyambutan tamu," ungkap Yeni, koordinator acara DJTL.
Pada hari kedua, para peserta langsung diberi materi seputar
media sosial dan verifikasi dari dua narasumber yaitu, Wicaksono dan Heri
Susanto. Keduanya merupakan mantan wartawan dari Tempo. Ketika siang menjelang,
para peserta disuguhi makan siang dengan menu khas Kota Makassar, yaitu coto.
Coto merupakan makanan berkuah penuh rempah-rempah dengan
isi daging sapi serta ketupat. Tidak ada alasan khusus panitia menyajikan coto.
Tetapi Lastri, koordinator konsumsi DJTL mengakui bahwa coto memang merupakan
makanan khas Kota Makassar. “Coto sudah ada sejak zaman Kerajaan Somba Opu.
Coto terkenal dengan rempah-rempahnya yang komplit,” ungkapnya.
Beragam budaya dari seluruh pelosok Indonesia mulai dari tarian, baju, ritual hingga kuliner menjadikan Indonesia sebagai negara yang menarik dan tak habis-habis untuk dieksplorasi. Jadi kenapa harus jalan-jalan ke luar negeri?(WIL)
Posting Komentar